bc

Dicintai Kakak Kekasihku

book_age18+
4.4K
FOLLOW
53.1K
READ
love-triangle
one-night stand
HE
heir/heiress
drama
secrets
like
intro-logo
Blurb

Menjadi korban penculikan dan pemerkosaan pria tak dikenal, tentu membuat trauma seorang mahasiswi cantik bernama lengkap Agnia Fradella bertambah. Tidak mudah menjalani hari-harinya setelah kejadian naas itu, dia selalu merasa hina dan tidak berharga. Bukan hanya tak pantas bagi lawan jenisnya, bahkan hidup pun rasanya sudah tidak memiliki masa depan.

Namun, sosok Mirza Kalandra Rajasa selalu ada di sampingnya, melakukan banyak upaya agar Agnia dapat melupakan kejadian tersebut. Ia pun berjanji, kasih sayangnya tak akan berkurang hanya karena wanita itu sudah tidak utuh lagi. Dialah pria yang sudah menjadi kekasih Agnia selama satu tahun. Tak hanya tampan, dia juga penyayang dan berhati lembut.

Siapa sangka, cobaan dalam percintaan mereka terus berlanjut karena kehamilan Agnia hingga wanita itu diusir dari rumahnya. Bukannya ingin meninggalkan sang kekasih, Mirza justru ingin melindungi wanita itu dari keluarganya sendiri. Baginya, tipikal Agnia pantas untuk dipertahankan hingga ia bersedia menikahinya setelah melahirkan nanti.

Lalu, bagaimana jadinya jika Agnia mengetahui siapa yang telah menculik dan memerkosanya secara tidak disengaja? Dia bukanlah orang asing, tapi kakak dari kekasihnya sendiri, Ravindra Syahreza Rajasa. Pria yang dua tahun lebih tua dari Mirza itu selalu berusaha mencuri perhatian Agnia. Pertanyaannya, apa karena cinta atau ajang balas dendam pada Mirza?

Published 4 Juli 2023

chap-preview
Free preview
Karena Cinta
“Nia, duduk kamu!” Banu menatap tajam putrinya yang baru saja pulang. “Apa ini?” tanyanya sambil memperlihatkan alat tes kehamilan yang ditemukannya di kamar Agnia. “Jawab Papa!” “Pa, a—aku ....” Agnia sangat gugup, menatap tiga orang di hadapannya dengan kilatan takut. “Papa butuh jawaban!” Banu mendesak penjelasan dengan napasnya yang menggebu. Tak memiliki alasan untuk mengelak, kepala Agnia yang tertunduk dalam mengangguk pelan. Tak menunggu lama, sebuah tamparan yang sangat keras dari sang ayah meluncur dengan cepat di pipi kirinya. Pria itu lalu berdiri, seolah bersiap untuk memukuli Agnia. Sementara Rida dan Claudia yang juga ada di sana, hanya menyaksikan kejadian. “Siapa ayahnya?!” Banu ingin tahu, tak akan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. “Yang pastinya bukan Mirza. Iya, 'kan?” Rida bertanya sinis, kemudian tersenyum mengejek. “Papa minta kamu jujur, siapa yang udah hamilin kamu?!” Banu mengulangi pertanyaannya dengan suara yang meninggi penuh penekanan. “Aku gak tau.” Agnia menggelengkan kepalanya yang tertunduk takut, tak berani bertatapan. “Apa?!” Banu makin terlihat murka, jawaban putrinya itu tidak bisa diterima akal sehatnya. “Ya gini, nih, kalo nampung benih siapa aja. Bingung, 'kan, siapa bapaknya?” Claudia tersenyum kecut, lalu memutar bola matanya ke arah lain. “Kasian Mirza. Punya pacar kok murahan kayak kamu.” Rida tersenyum miring, menatap hina. “Papa gak mau tau, kamu pergi dari rumah ini sekarang juga!” usir Banu tanpa pikir panjang. “Pa ....” Agnia mendongak, menatap sendu. “Kamu bisa tinggal di rumah Santi.” Banu menegaskan ucapannya dengan kesungguhan. “Pa, aku mau jelasin—” “Papa gak butuh penjelasan apa-apa lagi dari kamu, tapi kamu harus jelasin semuanya ke Mirza!” Banu tak ingin mendengar alasan. “Sekarang juga kemasi barang-barang kamu! Papa gak mau kamu masih tidur di sini malam ini! Kamu denger?!” Banu tidak bisa memaafkan Agnia yang sudah mempermalukan nama keluarga. Terlebih, kekasih Agnia adalah pemimpin kantor cabang tempatnya bekerja. Apa yang harus Banu jelaskan pada pria yang merupakan bosnya itu? Ia sangat malu! Banu hanya tak tahu saja apa yang sebenarnya terjadi pada Agnia, putri satu-satunya yang dia miliki. Agnia Fradella, mahasiswi berusia 20 tahun itu menjalani kehidupan yang penuh lika-liku. Saat usianya tujuh tahun, dia melihat sendiri sang ibu mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Hal itu membuatnya mengalami trauma berat, nyaris depresi. Ditambah setelah ayahnya menikah kembali, tidak ada kebahagiaan untuknya lagi. Lingkungan keluarga yang tak harmonis membuat psikisnya terganggu. Agnia menjadi pribadi yang senang menyendiri dan tak mudah bergaul. Jangankan laki-laki, teman perempuan saja dia tak punya. Berparas cantik, pintar, dibesarkan di keluarga berkecukupan, nyatanya bukan jaminan sebuah kebahagiaan dalam kehidupan Agnia. Rida tidak pernah berlaku seperti seorang ibu, begitupun dengan Claudia. Parahnya Banu pun turut bersikap tidak adil dan selalu mengesampingkan Agnia. Sejak ibunya tiada, gadis malang itu selalu menghabiskan waktu bersama asisten rumah yang sudah dia anggap pengganti mediang ibunya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat teraman, malah terasa seperti medan perang. Tidak ada kenyamanan, tidak ada kedamaian, Agnia selalu diam setiap kali mendapatkan perlakuan ataupun ucapan yang tidak menyenangkan. Rumah itu terlalu menyakitkan untuknya, wajar dia sudah sangat lelah dan sedikit lega akan pergi dari sana. “Mas Mirza, maaf, kita selesai.” Agnia menatap pria di hadapannya dengan tetesan air mata. “Maksud kamu?” Mirza mengerutkan kening, tersentak dan tak mengerti apa yang terjadi. “Aku pergi ....” Agnia berbalik untuk pergi. “Jangan bercanda kayak gini!” Mirza mencekal lengan Agnia hingga kekasihnya itu berhenti melangkah. “Aku gak bercanda, Mas.” Agnia berkata lemah. “Aku cuma gak mau pergi tanpa pamit. Kamu udah baik banget sama aku, gimana aku bisa pergi seenaknya?” “Sayang, kita masuk dulu.” Mirza menarik tangan Agnia agar masuk ke apartemennya. “Aku nggak bisa, Mas. Supir Papa nunggu di bawah.” Agnia tak ingin lama-lama di sana. “Jangan kayak anak kecil gini!” Mirza menatap kesal, kembali menyeret Agnia untuk ikut. “Mas—” “Ada apa? Kenapa kamu mau tinggal sama Tante Santi?” Mirza berdiri di balik pintu, tak mau kekasihnya pergi tanpa penjelasan yang pasti. “Papa tau aku hamil.” Agnia menunduk dalam, menumpahkan tangisnya. “Papa usir aku.” Mirza terdiam beberapa detik, lalu meraih tubuh Agnia ke dalam pelukannya tanpa kata. Ia tahu kekasihnya hamil oleh pria lain, ia pun tahu mengapa hal itu terjadi. Sejujurnya ia sangat menyesali hari itu, hari dimana seharusnya ia yang datang menjemput Agnia, bukannya pria asing. Malam itu Mirza tidak jadi menjemput Agnia karena ada urusan mendadak yang cukup penting, hingga wanita itu memutuskan untuk pulang menggunakan taksi sepulang kuliah. Namun, yang datang bukanlah taksi, melainkan tiga orang pria asing yang menculik Agnia dan memerkosanya. Mirza sudah berusaha mencari tahu pelakunya, tapi justru Agnia sendiri yang tak ingin orang-orang tahu bahwa dirinya sudah tidak utuh lagi hingga hanya Mirza yang mengetahui musibah tersebut. Kecewa? Sangat! Mirza kecewa pada dirinya sendiri yang gagal menjemput Agnia pada malam itu! “Kenapa kamu gak bilang aja kalo aku yang udah hamilin kamu?!” Mirza tak mengerti lagi. “Aku gak bisa.” Agnia menggeleng lemah. “Kenapa?!” Mirza semakin tersulut emosi. “Aku gak mau kamu nikahi. Apa itu udah cukup buat jadi alasan, kenapa aku gak mau asal tuduh kamu yang hamilin aku?” Agnia mengatakannya dengan berat hati. “Sayang?” Mirza terlihat linglung, merasa ambigu karena Agnia tak mau dinikahi olehnya. “Mas, aku bukan Agnia yang dulu, yang kamu tau kalo aku gak pernah ciuman! Sekarang bukan cuma sekadar ciuman, tapi aku udah rusak! Aku malah lagi hamil yang entah siapa ayahnya!” Agnia menjerit histeris, menekankan setiap kata yang terucap. “Kamu bisa cari cewek lain yang sepadan, yang sama-sama terhormatnya kayak kamu!” “Aku tau perasaan kamu kayak apa sekarang ini. Aku mau nikahi kamu secepatnya!” Mirza terdengar sungguh-sungguh dan meyakinkan. “Mas ....” Agnia menggeleng tak setuju. “Lupain semua kejadian serta ucapan yang bikin kamu sakit hati, lupain masa lalu kamu, lupain semua itu. Aku terima kamu apa adanya. Aku sayang sama kamu, Nia. Aku mau kita memulai hidup baru. Aku jadi suami kamu dan kamu jadi istri aku.” Mirza kembali berusaha meyakinkan bahwa niatnya untuk menikahi tidaklah main-main. “Anak ini bukan anak—” “Dia anak aku! Aku janji, aku bakal anggap anak itu anak aku sendiri.” Mirza sengaja memotong ucapan, tahu Agnia akan bicara apa. “Kasih aku alasan, kenapa kamu mau nikahi aku yang ... hancur kayak gini? Sedangkan kamu bisa cari cewek lain. Satu lagi, apa kamu pikir keluarga kamu mau terima aku yang hina ini?” Agnia mengingatkan, bahwa dia tidak ada apa-apanya dengan kehormatan Mirza apalagi keluarganya. “Kamu terlalu sempurna buat aku tinggalin, Sayang. Aku gak peduli sama masa lalu kamu, aku cuma mau kamu.” Mirza meyakinkan sekali lagi. “Kamu yakin gak bakal nyesel?” Agnia menatap dalam-dalam, memperhatikan manik Mirza seolah mencari kebenaran di celah-celah tatapannya. “Nyesel karena apa? Justru aku bakal nyesel banget kalo ninggali kamu dalam keadaan kayak gini.” Mirza mengusap pipi Agnia kanan dan kiri, menghapus jejak tangis yang tak kunjung usai. “Suatu hari nanti, mungkin kamu bakal sadar, kalo yang kamu omongin barusan itu salah.” Tangis Agnia semakin menjadi, membayangkan penyesalan Mirza yang mungkin akan tercipta kedepannya. “Salahnya di mana?” Mirza bertanya santai, terkesan menyalahkan pemikiran kekasihnya. “Banyak yang mau sama kamu, tapi ka—” “Kamu sempurna.” Mirza menutup bibir Agnia hingga wanita itu berhenti bicara. “Sayang, aku tau apa yang terjadi sama kamu. Kamu sendiri, gak ada siapa pun yang bela kamu. Tapi, harus kamu ingat, ada aku yang bakal selalu ada buat kamu. Aku yang bakal jadi pembela dan pelindung kamu, Nia.” Agnia tersenyum haru, merasa sedikit lega. Sempat ingin mengatakan kepada ayahnya bahwa Mirzalah yang telah menghamilinya, tapi ia urungkan karena beberapa alasan. Bagaimana jika Mirza malah murka dan tidak terima atas tuduhan itu? Juga, reputasinya yang sangat bersinar akan meredup seketika. Nyatanya justru Mirza tak suka. Seharusnya Agnia menuduhnya saja, ia tidak keberatan. Dengan begitu, Agnia tidak akan mendapat cibiran serta perlakuan tak menyenangkan dari keluarganya sendiri. Reputasi tak penting bagi Mirza, karena kenyamanan sang kekasih lebih penting untuknya. Mirza Kalandra Rajasa, pria berusia 26 tahun itu menjabat sebagai pemimpin kantor cabang PT Rajasa, perusahaan ternama yang bergerak di bidang media, telekomunikasi dan TI yang sangat terkenal di tanah air maupun mancanegara. Tak heran, marga Rajasa begitu disegani dan dijunjung tinggi oleh banyak pengusaha besar lainnya. Tak hanya tampan dan bertubuh kekar, Mirza juga pria baik-baik dan kaya raya. Dia memang tidak suka gaya hidup glamor, tapi siapa yang berani meragukan kekayaan Rajasa? Kriterianya adalah wanita yang sangat cantik, baik hati, lemah lembut, pemalu, dan lugu. Semua kriteria itu ada pada Agnia, wanita rumahan yang sangat sederhana. Rumah Banu yang telah mempertemukan Mirza dan Agnia, tepatnya ketika Mirza berkunjung untuk membicarakan pekerjaan. Wanita yang sangat cantik nan lugu itu berhasil menarik perhatiannya, dan Mirza bangga dia menjadi kekasihnya sekarang ini, tak peduli pada kekurangan atau lainnya. Sudah satu tahun menjalin kasih, tentu Mirza mengenal Agnia dengan sangat baik. Wanita itu selalu berpenampilan sopan, tak suka berdandan berlebihan. Dia selalu menolak sentuhan, hanya sekadar pelukan ataupun kecupan singkat di keningnya. Lalu, bagaimana bisa Mirza menilainya kotor? Kejadian itu murni sebuah kecelakaan. “Jangan gugup, Sayang. Bentar lagi nyampe.” Mirza mengusap rambut Agnia dengan lembut. “Gimana kalo keluarga kamu gak terima aku?” Agnia mendadak gelisah, cemas, dan juga ragu. “Mama itu baik banget orangnya. Dia welcome, gak pernah nuntut cewek yang jadi pacar aku harus kayak gini, harus dari keluarga gini. Gak pernah jodoh-jodohin, selalu setuju sama pilihan aku. “Mama suka tanya-tanya soal kamu dan aku juga suka cerita tentang kamu, tentang keluarga kamu yang kayak gitu, tentang kelemahan kamu, dan masih banyak lagi. Mama suka sama kamu. “Mama udah sering minta aku bawa kamu, tapi kamu selalu aja sibuk kuliah. Makanya entar pasti sayang banget sama kamu tau kamu lagi hamil anak aku.” Mirza bicara panjang lebar, tak bosan membujuk. “Adik kamu yang cewek gimana?” Agnia kembali bertanya, khawatir tidak semua anggota keluarga Mirza bisa menerima kedatangannya. “Apalagi Citra, pasti deket banget sama kamu. Lihat aja nanti.” Mirza yakin pada ucapannya sendiri, Citra akan senang dengan keberadaan Agnia. “Ada siapa lagi di rumah kamu?” Agnia penasaran, tak sabar untuk bertemu mereka. “Cuma Mama sama Citra aja. Paling yang kerja, ada asisten rumah, supir, tukang kebun, security. Ravin gak pulang tiap hari, soalnya lumayan jauh ke kantor, jadi dia seringnya pulang ke apartemen.” Mirza dengan senang hati menjawab jujur. “Kamu mau langsung pergi lagi entar?” Agnia curiga, pria itu terlihat sibuk membalas pesan. “Iya, cuma nganterin kamu aja.” Mirza mengangguk, masih menatap layar ponselnya. “Kenapa gak nunggu kamu lenggang waktu?” Agnia merasa bersalah. “Banyak kerjaan, ya?” “Kamu gak mungkin mau nginep di apartemen aku sambil nungguin aku ada waktu luang, Sayang.” Mirza sudah sangat hafal karakter kekasihnya. “'Kan bisa nginep di hotel dulu buat beberapa hari sampai kamu libur.” Agnia tampak tak tega. “Akunya yang gak bakal tenang ninggalin kamu sendirian di hotel. Mending anterin ke rumah biar kamu banyak temen, baru aku bisa tenang kerjanya, gak sambil mikirin kamu.” Mirza tidak setuju. Untuk yang kesekian kalinya Agnia tersenyum haru, memandang pria di sampingnya dengan tatapan kagum. Dia selalu memperlakukannya dengan sangat baik, tak pernah bersikap lancang. Bisa dibilang, kebahagiaan Agnia bergantung pada pria itu. Seandainya tidak ada Mirza, siapa lagi yang akan membela dirinya sampai sejauh ini? Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju Jakarta, rumah Rajasa berada. Mirza tak setuju Agnia tinggal di rumah bibinya karena beberapa alasan, padahal kediaman bibinya masih bertempat di Kota Jakarta. Namun, dia akan lebih tenang menitipkan Agnia pada ibu dan adiknya, sedangkan ia sendiri akan kembali ke Cilegon. Mirza tak sudi meminta izin atau sekadar memberitahu Banu bahwa Agnia akan tinggal di Jakarta. Untuk apa? Pria tua itu sudah membuang putrinya sendiri, Mirza tak mungkin masih menghargainya. Bahkan, ia yang memblokir semua nomor keluarga Banu dari ponsel Agnia, tak ingin Agnia masih berhubungan bersama mereka.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.2K
bc

My Secret Little Wife

read
97.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook