Part - 1- Tercyduk Mami

1224 Words
"Satu.. dua.. tiga.." Jepretan kamera berkali-kali menghujani gadis semampai dengan gaun biru langit tanpa lengan, memamerkan bahu mulus menggoda iman setiap lelaki yang melihatnya. Gadis itu berpose beberapa kali di samping mobil produk Jepang keluaran terbaru. "Oke, cukup! Pemotretan kita selesai untuk hari ini." Pria berambut gondrong mengintruksikan semua kru yang ia bawahi untuk segera membereskan peralatan mereka. Ia lalu menghampiri gadis yang menjadi primadona di tempat itu. Pria gemulai nampak sibuk mengipasi Si Gadis yang kepanasan. "Terima kasih untuk hari ini, Sil. Aku yakin mereka akan puas dengan hasilnya! Kamu memang juara!" Silvia. Gadis berusia 21 tahun, seorang model pendatang baru yang lagi naik daun. Ia terhitung sebagai model pendatang baru dengan bayaran termahal. Bahkan mengalahkan bayaran model papan atas. "Its Ok, Bram! Bukan hal yang besar." Gadis itu lalu berjalan meninggalkan pria yang dipanggil Bram. Dan tentu saja pria gemulai yang mengipasinya juga ikut mengekor di belakang Silvia. Mereka berjalan menuju hotel yang tak jauh dari lokasi pemotretan. "Eh, lo serius mo keluar dari kerjaan ini?" "Gak tahu ah, gelap gue! Bonyok ngotot banget pengen gue keluar." "Eh, cyn.. ! Asal lo tahu ya? Menurut eykeu, yey b**o banget kalo nyampe resign dari ni kerjaan. Secara ini mesin uang yang paling wow yang tiada tanding tiada banding, you orang tinggal senyum bin jepret dan byur...! Tuh duit ngumpul masuk rekening you." Silvia hanya mengendikkan bahu. Yeah, gaya hidupnya memang menuntut biaya super mahal. Mengingat pekerjaannya sebagai model. Yang kadang sesekali ia menerima tawaran main film layar lebar. Tapi jangan salah, ia kerja bukan karena kurang uang. Tidak sama sekali. Sang Papi, Budi Sentosa merupakan konglomerat yang sudah dikenal di dunia bisnis. Masuk pada jajaran 5 orang terkaya di Indonesia. Asetnya di mana-mana. Bahkan di luar negeri tak terhitung anak perusahaan yang berada dalam naungannya. Silvia dimanjakan sejak kecil. Bahkan fasilitas kartu kredit tanpa batas ia dapatkan saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Betapa tidak, sejak lahir, Silvia sudah menjadi pewaris tunggal dari kerajaan bisnis milik Budi Sentosa. Saat Silvia berulang tahun yang ke 17, Papinya mulai memindahkan sejumlah saham yang cukup besar atas nama Silvia Sentosa. Tapi yang namanya hidup tidak ada yang sempurna. Setiap orang punya masalah masing-masing. Tak luput seorang Silvia juga memiliki masalah. Silvia dengan limpahan materi tidak serta merta membuat hidupnya sempurna seperti yang dilihat orang terhadapnya. Ya, Silvia kehilangan sosok orang tua dalam hidupnya. Bukan karena yatim piatu, melainkan kesibukan kedua orang tuanya membuat Silvia kesepian. Sejak bayi ia hanya hidup dengan pengasuh. Dan ini tentu saja membuat Silvia mencari pelampiasan lain. Ia butuh teman, butuh perhatian. Dan di sinilah ia berada. Terjun ke dunia entertainment, tentu saja dengan modal wajah dan tubuh yang sempurna bak barbie, bukan hal yang sulit baginya untuk diterima di dunia hiburan ini. Dan apa yang ia lakukan ternyata tak membuat kedua orangtuanya peduli. Hingga ia malah jadi keasyikan dengan dunianya sekarang. Ia menikmatinya. Perhatian semua tertuju padanya. Seperti entertainer lainnya, ia juga ikut gaya hidup mereka. Club malam, alkohol sangat akrab dengan kesehariannya. Cuma gak sampai ngobat apalagi free seks. Toh ia membatasi diri bukan buat orang lain kan? Silvia masih waras jika harus sejauh itu. Kena HIV baru tahu rasa! "Sisil sayang kok yey ngelamun sih?" "Apa sih Soni?" "Sonia, Sil! So-ni-a. Oke?" "Iya, Sonia! Menurut lo kalo gue ke pesantren pantas gak sih?" "What? Demi Dewa Tampan yang belom juga ketemu ama gue! Lo mau pindah kerja jadi Mamah Dedah?" "Mamah Dedah?" "Yoi cyin... itu lho yang digandrungi emak-emak pagi hari. Yang kalo mau ikut tuh acara bisa ngantri kayak daftar haji." "Apaan sih lo? Dasar badut! Gue bukan mo pindah kerja! Tapi gue disuruh bonyok masuk pesantren." "Hellow...! You sebut eikeu badut lagi?" "kan lo lucu, macam badut, hahaha." "Serah lo deh, asal ibu seneng aje! Yang penting gaji eikeu cair!" Yah, ni banci inget aja kalo masalah duit! O ya si Sonia ini bentukan makhluk setengah jadi. Silvia menggajinya buat menjadi asistennya. Tepatnya sih, cuma disuruh ngintilin kemana-mana. Soni yang selalu minta dipanggil Sonia ini menjadi senjata ampuh mengusir p****************g yang sering sekali menggoda Silvia. Hanya satu pria yang kebal pada Sonia. Namanya Ardi Guntara. Ganteng? Iya, dan mereka bahkan sangat dekat. Media juga menggosipkan Ardi dan Silvia menjalin hubungan spesial. Bodo amatlah, Silvia tak pernah mengiyakan atau membantah. Suka-suka mereka saja. Mungkin mereka memang cari uang dari sana, dari berita menarik seputar dirinya tak peduli tentang kebenarannya. "Son, gue capek. Mo tidur dulu, kalo manajer gue nyari, bilang gue lagi istirahat, oke?" "Siap bosku!" Silvia merebahkan badannya ke atas kasur. Benar-benar lelah. Soni juga udah melenggang pergi dari kamar hotelnya. Baru beberapa menit matanya terpejam, Silva mendengar pintu kamarnya terbuka lagi. Tanpa membuka mata, Silvia menebak, mungkin si Soni balik lagi ketinggalan barang. Detik berikutnya terpaksa ia membuka mata saat tangan kokoh seseorang memeluknya dan ikut tidur bersamanya. "Ardi?! Ngapain lo kemari? Gue capek, ngantuk Ar!" "Ya udah, tidur aja! Gue juga ngantuk." "Tapi ya gak usah pake nempel kayak gini juga Ar! Lo kira gue bini lo apa?" "Ya itung-itung latihan tidur sama bini lah!" "Gendeng! Sana lo pergi, gue mana bisa tidur?" "Ya udah, temenin gue minum yuk, gue lagi mumet, Sil" Silvia bangun. Si Ardi ini benar-benar ya! Bocah tengil yang satu ini emang sangat dekat dengannya. Mereka sering tidur bersama. Tapi dalam arti tidur yang sebenarnya. "Lo mau mabok di sini, Ar?" Ardi mengangguk tanpa dosa. Lalu mengambil salah satu botol anggur yang ia bawa. "Gila lo ya? Manajer gue bisa bertanduk kalo tahu gue mabok di kamar hotel" "Bodo ah, ‘ntar juga manajer lo memohon lagi sama lo buat nanda tangan kontrak baru. Secara kan lo mesin uang buat dia." "Berengsek! Lo kalo ngomong suka kelewat jujur ya!" "Makanya sini temenin gue minum." "Lo kenapa sih? Pake pengen mabok segala?" "Si Andin pacaran sama aktor baru itu, Sil. Kacau PDKT gue selama ini." "Lagian sih lo pake acara PDKT segala! Biasanya juga langsung tancap gas!" Keduanya menuangkan anggur yang dibawa Ardi. Tok-tok! "Siapa lagi sih?" Silvia hendak bangkit menuju pintu. Tapi urung sebab pintu sudah terbuka duluan. Dan matanya terbelalak hampir loncat. "Mami?!" "Ngapain kamu di sini? Eh, siapa itu di dalam?!" Sarah alias sang mami menerobos masuk ke dalam kamar hotel. Yah, ketahuan dah mau mabok bareng! "Astaghfirullah!! Silvia! Sejak kapan kamu mulai teler pake ngajak laki-laki?!" "Silvia gak ngajak kok, Mi! Orang dianya yang nyelonong duluan!" Mami berkacak pinggang menatap tajam ke arah Ardi yang mulai garuk-garuk kepala. Alamat kena ceramah gratis nih gue! "Kamu juga, ngapain masuk kamar anak gadis, hm? Keluar!!!" "Maaf tante!" "Saya bukan tante kamu! Bocah edan! Mabok di kamar anak gadis orang! Duh gusti! Dosa apa ya aku? Sampe punya anak gadis begini amat!" "Ih Mami, kok bilang gitu? Harusnya Mami tuh seneng, punya anak gadisnya udah sukses jadi model jempolan sejagat raya." "Sukses udelmu! Jualan badan bagus kamu bilang sukses?! Mami udah gak tahan, Sil! Besok kamu pergi ke pesantren di kampungnya nenek kamu!" "Apa?! Kok tega sih Mi? Itu sih sama aja nyuruh Silvia buat semedi! Mana di kampung lagi!" "Semedi katamu? Bagus! Daripada anak gadis Mami satu-satunya makin kacau, lebih baik kamu semedi di pesantren, bersihin otak semprulmu itu!" Kampret si Ardi! Bawa sial tahu gak? Gara-gara tuh bocah tengik! Dirinya besok akan dikirim ke pesantren katanya! Niat mau istirahat malah kacau begini, huh! Nasib-nasib! Si Ardi juga udah melarikan diri dari omelan panjang kali lebarnya Mami.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD