Bab 3

1028 Words
Pagi ini tiba-tiba badan Mimi panas. Sehingga ia tidak dapat masuk sekolah. "Ayo makan sayang," bujuk sang Bunda. Tetapi Mimi hanya menggeleng kan kepalanya. "Ayo dong sayang, makan ya? Mau sembuh enggak?" Mimi hanya mengangukkan kepala nya. Bunda Laras yang mendapatkan persetujuan dari Mimi pun menyuapi Mimi dengan telaten. Bubur milik Mimi habis dan Bunda Laras ingin menaruh mangkuk itu ke dapur. Tetapi, Mimi menahan lengan Bunda nya. "Bunda temenin Mimi disini ya?" Lirih Mimi Bunda Laras pun mematuhi perkataan Mimi. Ia duduk disamping kasur tidur Mimi sambil sesekali mengelus rambut Mimi. Mimi terbangun di tempat yang sangat asing, di depan nya kini ada pusaran cahaya. Mimi mendekati cahaya itu. Seketika terdengar suara bisik-bisik. "Selamat ulang tahun yang ke-17 sayang," "Sweet seventeen babe," "Vanilla!" "NO!" Setelah terdengar itu Mimi terbangun dari mimpinya, dan mengatur nafas nya yang memburu. Bunda Laras yang tidur nya merasa tergangu pun bangun. "Kamu kenapa sayang?" Tanya Bunda Laras dengan lembut. "Eh! Bunda kebangun ya gara-gara aku?" "Enggak kok, kamu kenapa?" "Mimi engak kenapa-napa kok." "Benar?" "Iya Bunda." Bunda Laras pun meninggalkan Mimi dikamar, Dan membuatkan Mimi bubur. Sedangkan Mimi sedang berfikir siapa itu Vanilla? Karena bosan, Mimi membuka laptop nya dan menonton drama korea. "Hmm.. bosan banget," kata Mimi sambil guling-guling enggak jelas di kasurnya. "Kapan gue masuk sekolah sih! Kangen bapak galak." Tok tok Tok tok "Masuk!" "OMAYGAT! MIMI LO SAKIT APA BEB?!!" "Aduh! Biasa aja kali Fa, jangan teriak!" "Ehe.. maaf elah." "Udah sini duduk! Btw kaliang ngapain kesini? Tanya Mimi "Mau Belajar, ya mau jengukin lo lah," Kata Celin setengah ngegas. "Biasa aja kali," "Serah lo aja lah bayi," "Gue bukan bayi ya!" Kata Mimi. "Serah! Lo kapan masuk sekolahnya? Satu hari enggak ada lo tuh sepi Mi," "Iya tau kok gue emang ngangenin." "Nyesel gue bilang gitu." "Oh iya, tadi ada yang nyariin gue enggak?" Tanya Mimi "Enggak ada," "Ih serius? Pak Renjun gitu?" "Duarius Mi, enggak ada yang nyariin lo. Apalagi Pak Rendi." Mimi yang mendengar Zaufa mengatakan itu menjadi murung. "Udahlah ngapain sih masih suka sama tu guru galak? Enggak pernah senyum tuh guru. Kerjaan nya marah-marah mulu. Mukanya muka datar lagi." Gerutu Zaufa. Emang ya Zaufa itu enggak suka banget sama Rendi. Karena saat pelajaran Rendi, Zaufa selalu menjadi sasaran mengerjakan soal di papan. "Nama nya suka tu tak pandang umur," kata Celin "Emang cuma Celin yang pengertian. Sini peluk!" Setalah mengatakan itu, langsung Mimi memeluk Celin. Celin yang dipeluk hanya diam membeku. Sedangkan Zaufa yang melihat wajah Celin membeku pun tertawa terbahak-bahak. "Hahaha... muka lo tuh meme-able tau enggak Lin." "Bodo ah," Tok tok Tok tok "Ini camilanya, dimakan ya." "Iya, makasih tante." Kata Celin, Zaufa? Gadis itu langsung menyantap Camilan yang di berikan oleh Bunda nya Mimi. Celin yang melihat tingkah temannya pun menjitak dahinya. "Adoh!" "Lo tuh enggak pernah makan berapa tahun? Makan kok kayak Anjing." "Weh! Sembarangan ya anda bilang saya mirip anjing." "Udah-udah jangan ribut!" Kata Bunda Laras, sambil menunjuk Mimi menggunakan jari telunjuk nya. Dan nampaklah Mimi yang sedang tertidur, bahkan Dengkuranya terdengar. Melihat Mimi yang tidur dengan pulas, Zaufa dan Celin izin pulang. Esoknya, Mimi sudah membaik dan masuk sekolah. Sang Bunda pasti tidak mengijinkan Mimi untuk bersekolah. Tetapi Mimi terus saja membujuk sang Bunda dengan banyak alasan. Dan akhirnya Bunda Laras mengijinkan Mimi bersekolah. "Kak? Emang masih kuat sekolah?" Tanya Ayah Haris "Masih yah, lagian Mimu udah kelas 12 banyak ujian nya." Kata Mimi "Tapi ingat jangan sampai kelelahan." "Siap Bun!" Kata Mimi sambil berlagak hormat. ### Akhirnya Mimi sampai disekolah. Mimi langsung berlari menuju kelasnya. Hari ini, adalah pelajaran matematika. Pelajaran yang disukai dan tidak disukai oleh Mimi. Tidak disukai karena itu adalah pelajaran matematika. Sedangkan Mimi tidak menyukai hal-hal yang berbau hitung-menghitung. Sedangkan hal yang disukai Mimi, karena yang mengajar adalah Rendi. Guru galak bermuka datar. Tapi sedari tadi tidak ada tanda-tanda kehadiran Rendi, Mimi pun memutuskan untuk tidur sebentar. "Lin, nanti kalo pak Renjun udah datang bangunin ya!" "Hmm." "Mimi, hey bangun sayang," "Mimi, hey! Bangun kamu!" Mimi melihat dua bayangan yang berbeda. Mimi pun tersadar bahwa didepan nya ini ada Rendi. "Kamu kenapa tidur di jam pelajaran saya?!" "Ngantuk pak, saya juga baru sembuh." Jawab Mimi "Terus kamu ngapain ke sekolah kalo sakit?" "Yaa mau ketemu bapaklah." "Tapi saya enggak mau ketemu sama kamu," "Awas loh pak kalo bapak beneran sama saya," Ucap Mimi dengan pedenya. Seketika anak-anak kelas pun ribut. "Sudah semuanya diam!" Teriak Rendi. Semua murid dikelas itu langsung diam saat Rendi teriak. Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Mimi menghampiri meja guru, yang sekarang ditempati oleh Rendi. Mimi baru saja membuka mulut nya, Rendi lebih dulu berkata "Ngapai kamu?!" "Ih, bapak galak. Saya kesini mau bahas tentang pelajaran." Kata Mimi "Nah ini baru bapak ladeni, mau tanya apa?" "Motivasi bapak jadi guru apa?" Tanya Mimi "Karena orang yang spesial bagi saya, ssebenarnya cita-ciat saya menjadi seorang dokter. Tetapi, ya, orang yang spesial itu ingin melihat saya menjadi guru." Kata Rendi "Segitu spesialnya dia bagi bapak?" "Iyalah, sangat malah." "Terus, pasti orang yang spesial itu senang melihat bapak telah menjadi guru?" "Entahlah, saya tidak tahu dia senang atau tidak?" Jawab Rendi "Lah?! Kenapa?" "Dia sempat koma dan amnesia, jadi dia pasti melupakan saya." Kata Rendi "Tuh kan bapak mending sama saya aja, saya siap kok pak." Rendi terkekeh mendengar Mimi mengatakan itu. Mimi yang melihat Rendi terkekeh hanya diam membeku. "Tampan" -batin Mimi "Sudah sana kekantin! Kamu baru sembuh itu perut perlu diisi." "Siap!" Mimi berjalan kearah kantin dan duduk di tempat kedua teman nya yang sedang bersenda gurau. "Asik banget ya kalian ngobrol, mana enggak ngajak-ngajak lagi." "EH MONYET, EH MONYET!" Lantah Zaufa "Astagafirullah, ukhti." Sedangkan Mimi hanya tertawa melihat teman-temanya yang sedang mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan. "Lo ngagetin aja sih, gue masih belum mau mati sebelum nikah sama Faiq.. upss," Mimi dan Celin tercengang mendengar ucapan Zaufa. "Sejak kapan lo suka sama Faiq?" Tanya Celin "Sejak gue main kerumah Mimi," jawab Zaufa "Tenang Fa, nanti gue bantu pdkt ke Faiq. Tapi jangan lupa pajak jadianya." Kata Mimi "Hmm... serah lu bayi. Itu pun kalo, lagi pula kalo Faiq mau sama gue." Kata Zaufa dengan wajah yang muram "Jangan nyerah dong, dekatin! Lo enggak liat perjuangan Mimi yang ngejar-ngejar Pak rendi. Padahal enggak direspon." Kata Celin "Nah betul tuh," Kring kring Kring kring "Udah bel tuh masuk yuk!" Mereka bertiga pun masuk kedalam kelas. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD