Sejak tadi Maura mencerna perkataan Omah baik-baik, sampai dia terus melamun dengan melangkahkan kakinya. Ucapan salam semua karyawannya pun terdengar seperti angin lalu, dia berjalan mirip mayat hidup yang tidak punya sukma. Tiba di lantai atas, dia segera disambut oleh Natalia yang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa. “Ra, Maura!” panggilnya dengan sedikit lebih keras. “Apa, sih?” “Dari tadi ada pria yang menunggumu di dalam ruangan! Aku sudah mengusirnya, tapi dia tetap bersikukuh dan menunggu hingga kamu kembali. Aku memanggil keamanan, tapi dia menyuruhku untuk menghubungimu, dan mengatakan jika dia adalah teman baikmu.” “Kenapa kamu tidak menghubungiku?” “Jangan salahkan aku! Lihat saja ponselmu.” Maura merogoh ponselnya, dan dilayar ada lima panggilan tidak terjawab

