Pernikahan
"Mulai saat ini kuresmikan kalian sebagai suami dan istri"
Setelah kalimat itu terucap, resmilah sudah kedua orang di atas altar itu menjadi pasangan suami dan istri. Sebuah senyum kebahagiaan terlukis di wajah sang mempelai wanita yang terlihat sangat cantik hari ini. Kebahagiaan sang mempelai wanita menyebar ke seluruh ruangan. Membuat setiap orang ikut merasakan kebahagiannya.
Semua orang kecuali dia.
Seorang pria berwajah aristokrat dingin yang sangat tampan. Wajahnya bahkan mungkin membuat para dewa olympus menangis iri. Wajah yang sempurna. Tampan. Tulang rahang yang tinggi, bibir atas yang tipis dan bagian bawah sensual. Hidung yang mancung lurus. Bulu mata yang tebal melengkung indah menaungi iris berwarna dark grey yang sempurna.
Pria itu tidak bahagia. Tidak sama sekali. Karena dia telah menandatangani kontrak penjara hidupnya. Hidupnya tidak akan sama lagi. Dan semuanya karena perempuan sial bernama Loraine Kavanya Waise. Istrinya.
*********************************
Tidak ada senyum yang terpancar dari wajah tampan rupawannya selama acara resepsi diadakan, sangat bertolak belakang dengan ekspresi sang istri yang tidak bisa menurunkan bibir tipisnya.
"Dev, tersenyumlah. Beberapa tamu tadi melihatmu heran. Jangan rusak hari ini",Lorraine menepuk lengan suaminya lembut. Wajah cantiknya menatap suaminya penuh harap.
Laki laki itu melirik sekilas pada istrinya dan kembali mengalihkan tatapannya ke arah ballroom hotel mewah yang sekarang menjadi tempat resepsi mereka.
"Devano Albertus Royale"
Sang suami menengok mendengar nama lengkapnya dipanggil.
Matanya melembut dan sebuah lengkungan di bibirnya terbentuk. Senyum pertamanya hari ini,"Gwen".
Perempuan bernama lengkap Gwena Aliana itu tersenyum ceria dengan lesung pipi di dekat bibirnya. Manis dan cantik. Perempuan berperawakan mungil dengan rambut hitam lurus sepinggang itu lalu menjabat tangan Devano dengan lembut.
"Selamat atas pernikahanmu"
Wajah Dev berubah sendu. Matanya terlihat kecewa karena ekspresi bahagia wanita di depannya. "Te..rimakasih", ucapnya kaku.
Gwen beralih ke arah sang mempelai wanita,"Vanya"
Gwen memeluk Vanya erat. Vanya membalasnya dengan tidak kalah erat. Tidak lama kemudian mereka melepas pelukan mereka.
"Aku berbahagia untuk kebahagiaanmu Vanya"
Vanya tersenyum tulus ke arah sahabatnya itu,"Terimakasih Gwen. Kamu sahabat terbaikku"
Gwen berdecak kecil,"Sahabat? Kita itu sudah seperti kembar Vanya!"
Vanya terkekeh kecil.
"Ehem, malam pertamanya cerita cerita ya"
"Gwen!" Vanya menepuk lengan Gwen ringan. Wajahnya merah padam.
Gwen tertawa lalu berlalu dari hadapan kedua mempelai itu.
Maafkan aku Gwen, batin Vanya.
Dev memperhatikan tingkah kedua orang sahabat itu. Dari awal hingga akhir. Hatinya menangis dan marah. Dia membenci Vanya. Sangat membenci istrinya.
