Melihat sang ibu yang memeluk Gendhis dalam posisi tertidur, Puri senang bukan kepalang. Ia sudah membayangkan banyak hal mengenai kekayaan yang akan didapatkan. Mulai dari hasil penjualan rumah yang ditempati Gendhis di Pasuruan, lalu mendapat keuntungan dari kafe yang dikelola sang kakak bertahun-tahun lamanya. Ia bahkan sudah punya keinginan untuk membeli mobil pribadinya. Ponsel yang sedari tadi digenggam, lantas diusapnya berulang. Ia memastikan tak adanya panggilan dari Pak Norman yang terlewat. Sayang, hingga beberapa waktu berlalu, ponselnya masih juga bungkam. "Jancuk! Aku lupa kalo hapenya Gendhis enggak dibawa!" maki Puri pada dirinya sendiri. "Pantes aja kalo Gendhis belum nelpon notaris." Puri hampir saja masuk dengan wajahnya yang riang saat pintu kamar perawatan tempat G

