1. Pengkhianatan Raiden
Sudah hampir satu tahun Nayra menjalankan hubungan jarak jauh dengan Raiden. Ia masih bertukar kabar dengannya sampai detik ini. Hari ini juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Sayang sekali sang kekasih tidak bisa mengucapkan dan merayakan hari istimewanya.
“Happy birthday, Sweety,” ucap laki-laki yang tak lain adalah Felix. Dia merupakan sepupu Raiden.
Felix memberikan buket uang yang berisi lembaran uang seratus ribuan. “Ini dariku, bukan dari kekasih tidak bergunamu yang jauh itu.”
Nayra berdecih. Selama satu tahun ini pula Felix yang menggantikan posisi Raiden. Dia yang selalu ada dan menemaninya di saat merasa kesepian.
“Kekasihku itu berguna, buktinya dia masih memberiku kabar dan ucapan selamat yang manis,” balas Nayra sembari menerima buket uang.
Felix tertawa, ia masih tidak tahu cara berpikir orang yang jatuh cinta bagaimana. Hanya diberi kabar saja sudah merasa spesial. Sungguh aneh orang yang jatuh cinta.
“Sadarlah, Sweety. Dia hanya memberi kabar. Tunggu saja kabar lainnya hari ini. Sepertinya kau akan meminta padaku untuk menjadi kekasihmu.” Felix merangkul pundak Nayra. Kemudian Nayra berusaha menyingkirkan tangan Felix.
“Ingat, kau bukan peramal!” pekik Nayra.
Felix hanya tersenyum penuh misteri. Kemudian meninggalkan Nayra begitu saja. Sedangkan Nayra langsung mengambil ponsel untuk mengecek pesan dari Raiden.
“Kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak? Ini gara-gara Felix yang menyebalkan itu! Awas saja kau Felix.” Nayra melangkahkan kakinya menyusul Felix yang berjalan menuju kelas.
Anindya Prinsa Nayra adalah gadis berusia 18 tahun yang masih duduk di bangku kelas 12 SMA. Gadis pintar dan ceria itu memiliki seorang kekasih bernama Raiden Pangestu Atmaja, berusia 21 tahun dan bekerja di luar negri untuk menggarap sebuah proyek.
“Selamat ulang tahun sahabatku yang cantik!” sambut Cici yang merupakan sahabat karib Nayra. “Nih, kado untukmu.”
Sebuah kotak besar yang dibungkus kertas kado diberikan kepada Nayra. Nayra pun begitu antusias. Ia menerimanya dengan senang hati. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia pun membuka isi kado tersebut. Senyum sumringah Nayra langsung berganti dengan wajah datar.
Isi dari kado itu adalah dua pack pembalut yang masing-masing berisi 48. Nayra seharusnya tidak berekspektasi tinggi mengenai isi kado dari Cici.
Nayra menatap Cici yang tersenyum tak berdosa. “Itu stok pembalut untuk 3 bulan ke depan,” ucap Cici tersenyum lebar.
“Terima kasih sahabatku yang baik. Sungguh sangat bermanfaat,” ucap Nayra penuh kesabaran.
“Wuhu! Pastinya sangat bermanfaat. Semoga harimu terus bahagia. Karena memiliki sahabat yang baik sepertiku.”
Nayra merotasikan matanya. Ia kemudian duduk di bangku dan meletakkan kado dari Cici ke dalam laci meja.
“Oh iya, kau dapat kado apa dari Raiden? Buket uang itu dari Raiden ya? Wah, banyak sekali uangnya. Coba aku hitung.” Cici mengambil alih buket uang itu dari Nayra. Kemudian menghitung uangnya satu persatu.
“Itu bukan dari Raiden, tapi dari Felix,” ucap Nayra menjelaskan.
Iris Cici melebar. “What! Jadi uang dua juta ini dari Felix?”
Nayra menjawab dengan anggukan dua kali. “Terus Raiden memberimu kado apa?” tanya Cici bersamaan dengan suara notifikasi dari ponsel Nayra.
“Sebentar.” Nayra mengambil ponselnya dari saku. Ia kira ada pesan dari Raiden ternyata sebuah notifikasi berita panas hari ini.
Mata Nayra membaca judul berita itu dengan seksama. Entah kenapa ia ingin membaca berita itu dengan lengkap. Jarinya menyentuh untuk membuka portal berita.
“Dari Raiden ya? Dia sedang mengirimmu buket uang juga?” Cici terus bertanya. Namun Nayra tidak menjawabnya.
Melihat sang sahabat yang ekspresinya berubah sendu, Cici pun ikut melihat isi ponsel Nayra. Cici langsung mengatupkan kedua tangannya pada mulut. Ia hampir saja berteriak.
Di berita itu tertulis dengan jelas bahwa Raiden Pangestu Atmaja, menghamili anak pengusaha kaya dari negeri sakura. Nayra begitu sesak membaca berita yang sangat menggentarkan dirinya. Baru beberapa menit Raiden mengirimkan pesan manis untuk Nayra. Inikah kejutan untuk hari ulang tahun Nayra?
“Ci ... Raiden tidak mungkin melakukan itu,” ucap Nayra dengan suara parau. “Raiden mencintaiku, Ci. Dia kekasihku. Pasti ini berita hoax.” Nayra terus menyangkal berita buruk itu.
Tangan Nayra sampai bergetar. Ia mengetik pesan untuk Raiden. Pandangan mata Nayra pun mengabur karena air mata yang membendung.
Felix tiba-tiba datang, ia menyodorkan sebuah undangan pernikahan. Di undangan tersebut jelas tertulis nama lengkap Raiden dan nama wanita lain.
“Besok dia akan menikah, Nayra,” ucap Felix dengan suara rendah.
Nayra menggeleng. “Tidak, kekasihku tidak akan menikah dengan wanita lain, Felix. Ini kejutan untukku ‘kan? Kau bersekongkol bersama Raiden untuk memberiku sebuah kejutan romantis ‘kan?” Bulir bening keluar dari mata Nayra. Meluncur membasahi pipi.
“Sayangnya ini bukan film romantis yang disetting sedemikian rupa, Nayra. Kekasihmu memang mengkhianati dirimu sejak lama,” jelas Felix.
“Aku akan menelepon dia, Felix. Dia pasti ada di sekitar sekolah.” Nayra berjalan keluar kelas. Ia menempelkan ponsel pada telinganya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan sang kekasih.
Felix mencekal lengan Nayra. Ia menyodorkan ponsel dan menyetel pesan suara dari Raiden. “Aku akan hidup bahagia dengan wanitaku di sini. Apa kau sudah membuat Nayra jatuh hati padamu? Kuharap kalian juga bahagia, ya. Jangan ada yang mengganggu kehidupan diriku yang baru di sini.”
Ponsel yang tadi Nayra tempelkan pada telinga pun terjatuh. Suara Raiden pada ponsel Felix jelas terdengar.
“Sudah cukup, Felix. Aku sudah cukup terkejut. Sekarang aku sangat merasa sakit hati. Hentikan sandiwara ini. Ayo bawa aku pada Raiden. Dia tadi pagi mengirimkan pesan manis padaku. Tidak mungkin dia akan menikah dengan wanita lain. Aku kekasihnya, Felix.” Suara Nayra begitu tercekat. Ia menahan air mata yang akan meluncur keluar.
“Tenangkan hatimu, Nayra. Tidak ada sandiwara apa pun di sini. Kekasihmu itu memang b******k. Kau jangan terus menyangkal.”
“Bagaimana aku bisa tenang kalau kekasihku saja mau menikah dengan wanita lain, Felix?” Hati Nayra hancur. Ia tidak mampu lagi membendung air matanya. Linangan air mata menghapus raut ceria Nayra.
Felix memberikan instruksi pada Cici untuk meminta izin pada guru kalau Nayra akan pulang lebih awal karena sesuatu hal. Cici pun pergi meninggalkan Nayra dan Felix.
“Ayo kita pulang, kau harus berdamai dengan lukamu.” Felix menyodorkan tangannya pada Nayra.
Nayra yang terduduk di lantai pun menerima uluran tangan Felix. Ia masih berpikir positif kalau ia akan diberi kejutan di rumahnya.
‘Pasti ini kejutan untuk hari ulangtahun ku,' batin Nayra.
Felix membawakan tas dan kado untuk Nayra. Mereka pulang menggunakan mobil sport Felix. Felix melihat Nayra yang tidak lagi menangis.
“Kau akan memberiku kejutan padaku ‘kan? Aku sudah menebaknya, Felix.” Nayra tersenyum getir.
Felix terdiam. Nayra masih menganggap bahwa berita tentang Raiden adalah kebohongan semata. Sampai di rumah Nayra. Nayra pun bergegas keluar dan memasuki rumahnya dengan semangat yang menggebu-gebu.
Nayra membuka pintu rumah. Ia tidak melihat siapa-siapa di ruang tamu. “Sayang, kamu sembunyi di mana? Aku sudah tahu kalau ini adalah sandiwara. Keluarlah!” teriak Nayra.
Nayra berjalan dan mengabsen setiap sudut ruang tamu. Ia tidak menemukan keberadaan Raiden, yang ia temukan hanya undangan pernikahan Raiden dan secarik kertas di atas meja.
Nayra dengan cepat membuka kertas itu dan membacanya dengan perlahan. Kertas itu berisi ucapan permintaan maaf Raiden.
“Tidak! Raiden masih mencintaiku. Kebohongan macam apa ini? Ini tidak lucu. Raiden kau di mana? Keluarlah! Aku sungguh benci jika dibohongi.” Nayra berteriak sekeras mungkin. Ia menunggu kehadiran Raiden. Namun yang ada hanya udara kosong. Bahu Nayra bergetar. Jadi ini nyata?