Bab 3

1094 Words
Pangalengan, Jawa Barat, Juni 1984. "Kenapa tidak mengajak istri kalian?" Alfredo Syalendra bertanya pada sahabat-sahabatnya sambil terkekeh. "Lenny pasti kerepotan membawa Panji, kau tahu lah anak usia tiga tahun," kata Dharma Adhiyaksa. "Nadine juga baru melahirkan, kalau mereka dibawa ke tempat dingin seperti ini, tidak baik untuk istri dan anakku." Andrej Johnstone ikut menimpali. "Menikah itu tidak enak Al, kau masih bebas ke mana pun, sedangkan kami tidak bisa lagi bebas seperti dulu,"  ucap Dharma dengan suara kesal. "Bukannya menikah itu enak ya?Ada yang mengurus kalian?" Alfredo tertawa. "Itu hanya dongeng," balas Dharma. Mereka bertiga tertawa sambil berjalan mengelilingi peternakan keluarga Johnstone yang terkenal itu. Andrej memang sengaja mengajak kedua sahabatnya itu ke peternakan keluarganya tersebut dengan tujuan mengajak keduanya berbisnis dengan menanam modal di peternakannya. Alfredo yang dari keluarga Syalendra yang terkenal dan pengusaha sukses, sedangkan Dharma dari keluarga Adhiyaksa yang memiliki kuasa di pemerintahan negara ini sekaligus juga kaya raya adalah perpaduan yang sempurna untuk memajukan peternakan keluarga Johnstone. Andrej Johnstone ingin melebihi ayahnya Arthur Jonhstone atau yang sebelumnya bernama Arthur Ivan Jovetic sebelum mengganti namanya. Arthurberasal dari Yugoslavia sebelum negara itu bubar dan pecah. Si pria Balkan datang ke Indonesia dan menikah dengan gadis minahasa, lalu tinggal dan beternak di Pengalengan, Jawa Barat. Keluarga Johnstone berhasil menjadi peternak sukses. Lalu Arthur dan istrinya pindah ke Jakarta membuka pabrik daging sapi dan s**u dengan tetap menjalankan peternakan mereka. "Akhir tahun ini aku akan menikah," kata Alfredo memberitahu teman-temannya. "Oh ya?!" Dharma terbelalak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Welcome to the club, kau akan tahu bagaimana wanginya popok bayi berwarna kuning itu?" Mereka bertiga tertawa. "Sepertinya itu menyenangkan," kata Alfredo tersenyum. "Jadi, siapa wanita yang akan kau nikahi ini?" tanya Dharma penasaran. "Caroline Ellard." Kedua sahabatnya itu pun terkejut mendengar nama yang disebutkan oleh Alfredo. "Jadi, waktu kita kuliah di Inggris, kalian diam-diam pacaran?" tanya Andrej tak percaya. "Dan sampai sekarang," jawab Alfredo santai. "Pantas saja siapa pun yang mendekati si bunga Inggris tidak pernah berhasil, ternyata si b******n ini yang punya," ucap Andrej pura-pura sinis. Alfredo pun tertawa. Dharma Adhiyaksa juga ikut tertawa, tetapi hatinya semakin panas mengingat istrinya, Lenny, menyimpan perasaan pada sahabatnya ini. Bahkan Caroline Ellard, si mawar dari Inggris berambut cokelat dan bermata biru yang diincar Dharma sejak mereka memasuki Universitas Oxford juga menolak dia. Dan Alfredo Syalendra kembali menjadi sosok yang selalu ada di antara kehidupan asmaranya, hal itu semakin membenci si Syalendra itu. Saat mereka memasuki area peternakan, Dharma melihat Dahlia Anugerah, seorang gadis cantik berusia sembilan belas tahun. Memiliki rambut cokelat bergelombang yang dikucir tinggi. Tubuh langsing semampai. Kulitnya seputih s**u dengan wajah merona ditulang pipinya. Pria langsung terpesona. Tidak menyangka di peternakan sapi ini ada seorang gadis cantik yang sedang memasukkan rumput ke dalam kandang sapi. "Drew, siapa gadis itu?" Dharma bertanya pada Andrej dengan menggunakan nama panggilan sahabatnya itu. "Namanya Dahlia, dia dan ibunya bekerja di sini," jawab Andrej menatap Dharma penuh peringatan. "Kau jangan membuat onar di sini Dharma." "Aku jadi ingat gambar nona Belanda di salah satu kaleng s**u," kata Dharma tertawa. "Kau sudah memiliki istri Dhar, kurangi mata keranjangmu itu." Alfredo ikut memperingatkan. "Astaga ... kalian ini, aku hanya bertanya," kata Dharma pura-pura tersinggung. Andrej langsung mencibirnya. Alfredo menatapnya tajam, sedangkan Dharma Adhiyaksa merencanakan apa yang akan dilakukannya malam ini pada gadis itu.                                                                                             ********** Boots memasuki kawasan rumah Langit yang asri namun berjarak jauh dengan para tetangga. Terlalu penuh privasi dan tenang. Bahkan untuk Langit yang jarang berada di indonesia. Tetapi mereka memang selalu mencari privasi. Tadi pagi dia menghubungi sahabatnya itu untuk membicarakan hal penting. Hal yang yang sudah di rancang Boots untuk tujuannya. Dan kebetulan Langit Tahitu sekarang ada di sini. Tidak kebetulan sebenarnya, karena Hans Soedjipto selalu berkata kepada Boots, tidak ada satu pun yang kebetulan yang terjadi di muka bumi ini. Dan butuh bertahun-tahun untuk Boots memahami perkataan itu. Bahkan sejujurnya sampai saat ini dia belum terlalu paham. Boots menuju ruang bawah tanah di rumah Langit, yang digunakan sebagai markas. Sebenarnya hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke ruang bawah tersebut. Dan dia mendapati Jack dan Stephen sedang duduk di salah satu meja di ruangan itu. Jack sibuk dengan laptopnya sedangkan Stephen dengan ponselnya. "Boots ... ! Tumben lo datang." Stephen tampak antusias saat melihat kedatangan seniornya tersebut. Hanya pada Langit panggilan Bos disematkan Stephen. Mungkin karena Langit yang menolongnya dulu. Sedangkan untuk yang lainnya dia hanya memanggil nama. Walaupun begitu, secara diam-diam, tidak mau mengakui, Stephen sangat hormat pada ketiga sahabat Langit. Jack, Boots dan juga Rafael  yang sangat jarang bertemu dengan Stephen karena dia tinggal di New York. Jack adalah teman berdebatnya. Dan yang selalu bertemu dengan Stephen karena Jack yang bertanggung jawab untuk pekerjaan mereka di Indonesia. Jericho "Jack" Bameswara, adalah seorang mantan militer, membangun perusahaan bernama Security Dragon, perusahaan sebagai penyedia jasa keamanan tingkat elite, sebenarnya itu hanya sebagai kedok untuk menjalankan pekerjaan mereka yang penuh rahasia. Dan tidak ada yang tahu kalau, Jack Bameswara adalah mata-mata, memecahkan kasus-kasus yang sulit dan pekerjaan berbahaya lainnya. Walau pun banyak yang curiga, karena perusahaannya yang berhubungan dengan keamanan, tapi orang malas berurusan dengan Jack yang kaku, dingin, tak tersentuh. Langit Diaz Tahitu dengan nama samaran Phoenix, tidak akan pernah ada yang mengira kalau pemilik Skylar Inc di New York itu adalah mata-mata bersama rekannya Rafael Ramirez yang memiliki nama samaran Buffalo. Bram Anugerah atau Boots adalah pemilik perusahaan Anugerah steel yang mencakup usaha galian pasir terbesar di Indonesia yang memiliki cabang di setiap propinsi. Juga di bidang tambang batu bara, dan konstruksi. Pengusaha muda berwajah tampan dengan bekas luka memanjang di wajahnya itu jarang tersenyum. Wajah tanpa emosi, ditambah dengan bekas luka melintang di sisi pipinya membuatnya seperti pangeran si buruk rupa yang menawan, menggoda tapi tidak tersentuh. Pekerjaan mereka adalah mata-mata, membongkar kasus sulit, pembobol kode-kode rahasia, dan membunuh lawan dengan cara mereka. Lawan mereka bisa Mafia, tokoh pemerintahan yang licik, bahkan pengusaha-pengusaha yang terlibat pekerjaan kotor. Menurut Stephen, mereka adalah Robin Hood dan Zorro abad ini. Kelompok tidak bertuan dan memiliki aturan sendiri. "Ada apa di dalam?" tanya Boots pada Stephen sambil menunjuk sebuah ruangan yang tertutup dan mendengar suara sayup dari dalam. "Si bos sama tawanannya, dokter cantik," jawab Stephen. "Tawanan? Dokter?" Stephen mengangguk. Boots sedikit heran karena, Langit tidak pernah menggunakan rumahnya untuk mengintrogasi tawanannya. rumahnya tidak digunakan untuk pekerjaan seperti itu, karena mereka memiliki markas utama, sekaligus tempat mereka merakit mobil dan motor-motor besar, alih-alih digunakan sebagai tempat usaha perakitan otomotif yang sebenarnya tempat penyimpanan senjata, dan juga markas mereka. Di sana lah mereka biasanya berurusan dengan sandera atau tawanan untuk mendapatkan informasi yang mereka cari. Tapi kali ini sepertinya berbeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD