bc

APR (Asisten Pak Rektor)

book_age18+
21
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
second chance
drama
sweet
bxg
enimies to lovers
lies
affair
naive
selfish
like
intro-logo
Blurb

Muak dengan bosnya, Mia memutuskan untuk extend di Batam. Menghabiskan akhir pekan untuk memenuhi fantasinya selama ini tentang dunia malam. Sekali saja, dia ingin melepaskan semua rasa penat di kepala. Dan karena bosnya memberi izin plus kebetulan uang dinasnya berlebih, Mia benar -benar menjalankan misinya mencicipi dunia malam.

Dan sialnya, sesuai fantasinya, dia terbangun dengan kepala sakit karena terlalu banyak minum plus sendi yang ngilu juga bagian kewanitaannya. Tidak lupa, ranjang kusut serta lelaki yang berbaring telungkup dengan wajah menghadap sisi lain sehingga Mia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Pria itu telanjang dari pinggang ke atas. Mia yakin, pinggang ke bawah, yang ditutupi selimut itu pun sama.

Gila!!!

Mia benar-benar sudah gila!!!

chap-preview
Free preview
1
Sial benar nasibku! gerutu Mia dalam hati. Jauh-jauh dia dinas sampai ke Jakarta, Surabaya, Jogja, dan kini Batam, dia tidak pernah benar-benar bisa memiliki waktu luang bahkan untuk sekadar mendapatkan foto dengan hasil yang memuaskan sehingga akan menghasilkan iri dengki saat dia post di sosial medianya. Sang bos yang sudah menjelang pensiun dan rewelnya minta ampun selalu berhasil merusak segalanya. "Ih, heran deh Ibuk, kok bisa-bisanya ya dia menjadi dekan. Padahal," dia mendengkus kesal. "hampir seisi kampus tau aibnya." Gibahan ini bukan gibahan baru. Sudah diulang mungkin seribu kali. Dan setiap diutarakan kembali, selalu diiringi dengan emosi yang sama. Mia salut dengan kekonsistenan itu. Dia mana bisa bercerita berulang-ulang dengan emosi yang sama menggebunya. Apalagi kalau diceritakan pada orang yang sama pula. "Terus kan ...." Si Bos pun menatap Mia lama dengan senyum yang seringkali membuat Mia jengah. Jenis senyum ibu-ibu yang angkuh, yang selalu super benar dan penuh percaya diri. Mia yang tadinya sibuk menge-scroll ** pun mengalihkan pandangan dari layar hp ke bosnya sejenak. "karena malu, dia hapus foto m***m yang dia mau kirim ke selingkuhannya itu di whatsap. Dulu mana bisa dihapus. Terhapus cuma di wa kita. Hahahaha." Lagi, si ibu tertawa puas. "Kok bisa ya, Bu, Bu Dekan itu selingkuh waktu dinas di Jakarta?" Ini sudah sering ingin Mia tanyakan, tapi selalu dia tahan karena malas kalau ceritanya semakin di panjang lebarkan. Namun, spesial siang ini, dia sudah sangat mengantuk mendengar ocehan sang bos dan mungkin sedikit berpartisipasi dalam gibahan bisa membantu mengurangi rasa kantuknya. "Ya dia pakai aplikasi mungkin. Apa tuh namanya? Michat? Wichat? Ada chat-chatnya pokoknya." Bu Widya tertawa lagi. Entah di mana lucunya, Mawar tidak mengerti. Dan sudah jelas si bos sembarangan menjawab karena dulunya aplikasi Mi-chat yang Mia tahu itu hanya aplikasi pencarian teman biasa. Awalnya namanya We-chat baru kemudian berubah menjadi Mi-chat. Itu seingat Mia. "Oh. Nggak takut kena penyakit apa ya, Bu? Kan biasanya yang daftar di aplikasi itu yang emang biasa begituan." "Halah. Iya kalau anak bujang tuh yang bawa penyakit. Kalau Bu Dekan gimana?" Iya pula, batin Mia. Sebenarnya, Mia tidak sepolos yang dia tampilkan. Maksudnya, pikirannya. Otaknya sudah nista sedari SD. Kadang saat bertemu dengan temannya yang sudah menikah tapi secara teori masih lebih lugu dari dirinya, Mia merasa malu. Bertambah malu karena dengan teori yang segudang itu, dia belum pernah praktek sama sekali. Imajinasinya liar, tapi pergaulan dan kemampuannya terbatas. Mia suka membaca novel beradegan m***m terutama yang mengusung tema one night stand. Pokoknya manusia-manusia yang bisa b*******h dengan lawan jenis secara mendadak karena ada yang spesial, itu mengesankan sekali baginya. Tentu saja dia menyadari tidak semua one night stand terjadi karena alasan spesial. Tapi, tetap saja, di novel romansa dewasa yang dia baca, semua bermula dari sana. Cinta satu malam, jadi dua atau tiga malam bahkan lebih, lalu saling mencintai sampai maut menjemput. Itu lebih romantis dari orang yang sudah menikah dan setiap hari mengucapkan cinta, tapi akhirnya malah kedatangan orang ketiga. Muak dengan cerita tentang orang-orang munafik membuat mindset Mia agak sesat. Dia lebih bisa menerima kemungkinan segala sesuatu yang dimulai dengan cara yang salah, akan berakhir benar. Dan sebaliknya. "Pokoknya kacau deh keluarga mereka itu." Sekacau keluarga ngana kan, Buk, jawab Mawar dalam hati. "Hah, sama deh kayak Pak Budi." Kan, mulai. Habis bahas aib keluarga orang, masuk ke bahas aib keluarga sendiri. Mia menarik napas dalam dengan tarikan pelan, agar si bos tidak sadar dia sudah sangat jengah. Bukan apa-apa, ini hari terakhir mereka bersama-sama di Batam. Mereka baru saja bagi hasil uang perjalanan dinas yang kali ini jumlahnya lumayan karena kamar mereka sebenarnya gratis, dibayar oleh mahasiswa bosnya yang baru saja di acc thesisnya. Ceritanya mahasiswa itu sudah hampir di DO. Sudah masuk masa tenggang aktif kuliah. Kalau tidak di acc dan segera ujian sia-sialah semuanya. Mia mengusulkan ide busuk di mana dia yang berbicara kepada si mahasiswa untuk memberi hadiah dan si bos ternyata setuju. Jarang sekali terjadi. Biasanya bosnya itu suka meminta hal-hal remeh. Mungkin karena jasanya kali ini--menyetujui tesis untuk mahasiswa yang bekerja di dinas dengan jabatan yang lumayan--agak besar. Aktingnya sungguh sempurna. Dia berakting seolah-olah sang bos tidak tahu akan traktiran itu, padahal si bos sudah tahu. Demi jaga-jaga, Mia merekam percakapan mereka. Hal yang dia pelajari dari sang bos sendiri, yang suka merekam percakapan untuk dijadikan alat di kemudian hari. Ting! Pesan masuk. Dari Bella, bestienya. Jadi nambah hari? tanyanya. Nggak tau nih, takutnya Bu Widya nggak ngasih. Kenapose? Kalau jadi, kuy meet up. Aku lagi di Batam, Buk. Mendadak kemarin Mas Suami ditugaskan ke Batam hehehe Mata Mia langsung membesar. Aihhhh, kok baru bilang? Aduh enak banget kalau bisa perpanjang hari. Bisa keliling bareng aduuhhhhh Ya makanya izin sama si bos tuh. Kan hak kamu kalau mau pulang belakangan. Besok Sabtu, dia nggak ada hak ngatur kamu di luar jam kerja. Mia menarik napas panjang. Ada benarnya. Harusnya dia berani tegas. Tidak ada hak sama sekali bagi si bos melarang dia perpanjang hari di Batam. Toh, uangnya yang akan digunakan untuk biaya selama perpanjang hari itu. Mereka juga sudah membagi uang dinas sesuai anggaran masing-masing. Dan yang terpenting, Senin dia masuk kerja seperti biasa. Diperhatikannya lagi sang bos yang berbaring telungkup dengan bibir yang terus bergerak aktif bercerita tentang keburukan sang suami. Dia harus bisa mengambil hati wanita tua ini. Demi kebahagiaan akhir pekannya. Kapan lagi dia bersenang-senang. Masalahnya ini Bella, bestienya yang paling sesat. Yang suaminya juga terbuka sehingga mereka bisa bersenang-senang bersama. "Eum ... Bu, boleh nggak nanti Mia pulangnya belakangan? Mau beli oleh-oleh sekalian mau ketemuan sama te--sodara, Bu." "Sodara? Mia punya saudara di sini?" "Eumm ... Mia juga masih belum ngerti sih, Bu. Mendadak Ayah bilangnya begitu. Pokoknya sih katanya nanti ketemunya Sabtu." Si bos mengerucutkan bibir ke bawah dengan keningnya berkerut, khas beliau saat sedang berpikir. Mia mengaduh dalam hati, jangan sampai si bos malah tergoda ikut memperpanjang hari. Sia-sia kalau begitu. Bukannya melewati malam liar penuh sensasi yang ada Mia akan kembali tertahan di kamar mendengarkan curhatan tak kunjung usai beliau. Contohnya hari ini saja, rombongan dari universitas sedang berkeliling mencari oleh-oleh sekaligus makan bersama di luar. Si bos mengeluh sakit dan menahan Mia sebagai staf-nya untuk menemani. Padahal, Mia dan kenalan barunya yang sesama pegawai honorer sudah berencana akan berfoto-foto sekaligus berburu oleh-oleh. Mia kesal sekali sebenarnya. Sensasi berlibur ke luar kotanya jadi tidak menyenangkan karena gagal membawa oleh-oleh. Itu kan sepaket. Jalan-jalan dan oleh-oleh. "Nanti belikan jugalah untuk Ibu, ya, Nak, oleh-olehnya. Kita nggak ada belanja kan. Cokelat-cokelat yang di mall itu ada yang murah beli aja agak berapa ya? Belikanlah untuk Ibu 5. Sama apa ya?" Biasanya titipan oleh-oleh yang sebenarnya tidak akan dibayar sama sekali ini membuat Mia berang. Tapi, kali ini dia super ikhlas. "Nanti apa yang ada di sana Mia kasih tau Ibu jadi Ibu bisa pilih, Bu," jawabnya cepat. Si bos mengangguk. Tampak puas dengan penawaran Mia. Artinya, dia berhasil mendapatkan izin untuk pulang belakangan. Artinya ... dia akan melewati malam penuh kenangan di Batam. Asyik!!! soraknya dalam hati.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook