PROLOG
Alisandra sedang berada di sebuah club malam saat ponselnya berbunyi. Dia melihat panggilan video dari salah satu sahabatnya dan langsung mengaktifkan bluetooth di telinganya untuk menerima panggilan telepon itu sambil berjalan keluar dari club malam itu.
“Ada apa kau mencariku jam segini, Sy?” tanya Alisandra. Di New York sekarang jam satu pagi, berbeda dengan di Jakarta yang masih siang hari. Ternyata di layar ponselnya sekarang bukan hanya ada Sissy, tapi ada sahabatnya yang baru saja melahirkan juga, Morin.
“Aku butuh bantuanmu, Lis!” seru Sissy cepat.
“Bantuan apa yang kau butuhkan, Sy?” tanya Alisandra yang dipanggil Lisa oleh para sahabatnya di Jakarta, sedangkan di New York, dia dikenal dengan nama Ali.
“Merayu gay,” jawab Morin.
“Kalian jangan membuat ide aneh lagi ya!” seru Lisa horor. Matanya melotot mendengar jawaban absurd Morin.
“Kau tega sahabat kita dipaksa menikah dengan gay. Bisa kau bayangkan nanti Sissy harus bersaing dengan kekasih laki Jackson Martinez,” jawab Morin memprovokasi. Dia memberi penekanan pada kata ‘kekasih laki’.
“Jackson Martinez CEO MM Corp?” tanya Lisa memastikan.
“Iya,” jawab Sissy.
“Walaupun aku belum pernah melihat dia bersama wanita tapi bukan berarti dia gay. Terkadang pria memiliki wanita simpanan yang tidak pernah ditunjukkan di depan publik,” Lisa mencoba menjelaskan pada kedua sahabatnya. Sekarang di New York dia selalu berpenampilan seperti pria dan bergaul dengan teman-teman saudaranya yang memang berpikir kalau dia juga pria. Banyak diantara mereka yang belum mau serius dengan wanita tapi tidak mau reputasinya buruk dengan terus berganti-ganti pasangan yang bukan dari kalangan mereka, jadi mereka memiliki wanita simpanan dengan kesepakatan hubungan mereka tidak boleh bocor keluar.
“Dia suap-suapan es krim dengan asistennya. Setauku pria normal tidak begitu,” kata Morin.
“Kau serius?” tanya Lisa. Matanya terbelalak kaget dan kedua sahabatnya mengangguk.
“Apa yang kalian rencanakan?” tanya Lisa. Sudah pasti pria itu tidak normal dan dia tidak tega kalau Sissy menderita setelah menikahi pria gay.
“Kau harus merayu Jackson Martinez agar kita bisa mendapatkan bukti kalau dia gay.” jawab Morin dengan senyum liciknya.
“Kalian tahu aku tidak tertarik pada pria,” jawab Lisa sambil melengos.
“Tidak ada yang menyuruhmu tertarik pada pria itu. Kau hanya perlu merayunya agar kita mendapatkan foto dia sedang berciuman mesra dengan sesama pria. Nanti Om Andreas pasti membatalkan rencana pertunangan mereka,” jawab Morin yang otaknya sudah mulai menyusun rencana.
“Kenapa harus aku?” tanya Lisa pasrah. Dia sepertinya sudah dipaksa masuk dalam rencana gila dua sahabatnya ini. Begitu kedua sahabatnya ini sudah membuat rencana, empat yang lain pasti akan ikut. Begitulah persahabatan mereka, susah senang ditanggung bersama.
Masa sekolahnya adalah masa-masa indah tak terlupakan karena hidup mereka sangat berwarna dengan berbagai kesenangan dan keseruan tiada akhir. Apapun kekacauan yang mereka buat, Om Donny pasti akan menyelamatkan dan membantu mereka menyelesaikan semua itu. Mereka berhutang banyak pada Ayah Morin.
“Karena kau sahabat kami yang terlihat seperti pria dan tidak akan mengkhianati kami,” jawab Sissy semangat. Jawaban itu tidak akan bisa dibantah oleh Lisa.
“Dan kau tidak akan tega jika sahabatmu ini menderita karena menikahi gay, kan?” kata Morin kembali memprovokasi. Tentu saja Lisa memang tidak akan tega. Dia bisa tega pada siapapun selain para sahabatnya.
Lisa tidak perlu berpikir lama jika itu menyangkut para sahabatnya, dia akan melakukan apa saja untuk mereka, seperti mereka juga akan melakukan apa saja untuknya.
“Aku akan kembali ke Jakarta paling lama satu minggu lagi. Aku harus bicara dengan Alex dan Ayah dulu, kemudian membereskan pekerjaan yang tidak bisa kuberikan pada orang lain. Kalian susun rencana dulu saja dengan baik, tapi jangan buat rencana yang terlalu mengerikan untuk kulakuan,” pinta Lisa serius karena dia memang harus mengasihani dirinya sendiri yang sekarang menjadi martir. Kedua sahabatnya itu bisa sangat sadis saat mengorbankan si martir dalam rencana mereka dan kali ini posisi itu diberikan padanya.
“Siap. kami akan menunggumu sambil menyusun rencana.” jawab Morin yang disetujui Sissy dengan anggukkan. Senyum licik kedua sahabatnya membuat Lisa bergidik ngeri.
****