Abimana melepaskan genggamannya perlahan. Lucrezia jatuh berlutut dengan tangan yang masih bergetar menahan sakit. Nafasnya tersengal, tapi ia masih sempat menatap Abimana dengan mata penuh harap. “Mas, cukup,” ucap Tiara lirih. Suaranya lembut tapi tegas. “Dia sudah menyerah.” Abimana menatap istrinya sekilas, lalu menarik napas dalam. Sorot matanya kembali dingin. “Surya.” Langkah cepat terdengar dari arah belakang gedung. Surya muncul dengan dua orang anak buahnya, masing-masing sudah siap siaga dengan senjata. Ia langsung berdiri tegak di sisi Abimana. “Amankan dia,” perintah Abimana singkat. Surya mengangguk. “Baik, Tuan.” Lucrezia menatap Abimana dengan sorot putus asa. “Jangan bunuh aku. Aku datang bukan untuk melawan. Aku datang membawa peluang besar untukmu.” Abimana menata

