Chapter 4

1126 Words
"Kau lihat gadis itu? Dia juga anak Indigo.." Arya menunjuk salah seorang peserta kemah yang ternyata teman sekelas Lidya. "Amel?" Arya mengangkat bahunya tak tahu, "Aku tak tahu siapa namanya, yang jelas dia anak Indigo. Tapi dia tak bisa melihatku." Lidya menatap Arya lekat. "Kenapa? Kenapa dia tak bisa melihatmu?" Arya kembali mengangkat bahunya, "Tak tahu. Itulah alasan kenapa aku mengikutimu. Karena saat di bus, aku melihat dari luar kau selalu mengikuti posisi dudukku. Kau tak pernah berhenti menatapku." ucap Arya. Lidya kembali menatap Amel. Memang benar Amel selalu menatap ke arahnya. Apa Amel juga melihat apa yang ada di sekelilingnya sekarang?. Tapi kenapa Amel tak bisa melihat Arya. Apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa hanya dirinya yang bisa melihat Arya. "Kau seorang penguntit? Atau penjahat kelamin?" Arya mendadak cengo mendengar pertanyaan Lidya. "Dasar cewek gila!!" Arya beranjak dari sana. Ia pergi meninggalkan Lidya yang menurutnya sudah semakin gila dan butuh hiburan. "Lah! Gue salah ngomong apa? Kan pertanyaan gue bener. Kenapa cuma gue aja yang bisa lihat dia? Kenapa yang lain nggak? Nggak salah toh gue nanya.." "NGGAK!!..." "Allahu akbar. YAAKK! Lo bisa nggak sih nggak muncul mendadak!" bentak Lidia saat Arya muncul tanpa Bismillah. Arya mencibir. Lidia mendadak bicara bahasa gaul padanya. Tanpa ada embel embel aku kamu. "Terima nggak terima, kenyataannya memang hanya kamu yang bisa melihatku." ucap Arya. Lidia merutuk kesal. Ia berjalan mendekati Arya, "Bodo Amat.." ucapnya lalu berjalan menuju tenda. Ia sudah selesai menjalankan ritualnya. Jika untuk kamar mandi, ia akan mengunjungi salah satu rumah warga nantinya. Karena tak mungkin ia harus mengganti pembalutnya di sungai. Selama seharian bahkan sudah menyentuh malam kembali, Lidia tetap memikirkan kenapa hanya dirinya yang bisa melihat Arya. Lidia melirik Amel. Gadis itu sedang termenung dan di sekitar Amel, Lidia bisa melihat para makhluk itu meliriknya. Mencoba berbicara dengan Amel namun tak digubris oleh gadis tersebut. Saat asik melirik Amel, Lidia dibuat tersentak saat semua makhluk yang ada di keliling Amel, mendadak melirik ke arahnya. "Mampus lo Lid." rutuknya lalu mencoba berdiri. Namun belum juga ia beranjak, ia sudah dikelilingi oleh Makhluk tak kasat mata yang tadi ia lihat ada di dekat Amel. Lidia memejamkan matanya. Ia memang sudah terbiasa. Namun jika kondisinya malam begini, ia juga ketakutan. Lidia menatap Amel. Gadis itu ternyata juga sedang menatap ke arahnya. Detik berikutnya Amel tersenyum membuat Lidia langsung mengumpat kasar. "Sialan Amel. Gue ditumbalin.." gerutu Lidia. Posisinya serba salah saat ini. Para arwah ini tak bisa membaca pikirannya, kalau ia berbicara, sudah pasti yang lain akan mendengarnya. "Butuh bantuan nona?" Lidia seketika memutar tubuhnya ke belakang. Ia menemukan Arya tengah berdiri sambil berkacak pinggang di sana. Lidia menatap Arya dengan tatapan memelas, "tolong. Tolongin gue.." ucap Lidia dalam hatinya. Arya mengangguk santai. Ia berjalan mendekati Lidia. "Kalian ada perlu dengannya?" tanya Arya pada para arwah tersebut. Arya meringis melihat salah satu dari mereka. Tanpa kepala dan darah masih mengalir di pangkal lehernya. "Apa tak ada rumah sakit khusus arwah? Tubuhku ngilu melihatmu.." tunjuk Arya pada makhluk tanpa kepala tersebut. Lidia menatap Arya yang berbicara dengan tenangnya pada para arwah tersebut. Memang pria ajaib. Lidia menatap Amel kembali. Gadis itu menatap bingung ke arahnya. "Jangan lihat dia. Dia hanya bingung kenapa mereka ini menatap ke arahku dan bukan ke arahmu. Sedangkan temanmu itu tak bisa melihatku." terang Arya. Lidia mengangguk paham. Ia yakin sebentar lagi Amel akan mengajaknya bicara. Gadis itu pasti penasaran tentang keanehan ini. Ia yang bicara sendiri tapi lawan bicaranya tak terlihat olehnya. Lidia kembali menatap Arya, "dan kau kemana saja?" "Kenapa? Kau merindukanku..?" tanya Arya sambil mengangkat alisnya naik turun menggoda Lidia. "Huh! Pe de itu boleh. Tapi lihat tempat.." Arya mencibir seketika. "Ya sudah." jawab Arya. Pria itu kembali menatap makhluk tak berbentuk tadi, "Dan apa kalian masih ada keperluan di sini? Kenapa kalian ke sini? Bukannya tadi kalian ke sana? Jangan ganggu dia. Kalian tahu, gadis ini jika sudah mengamuk, sadisnya melebihi makhkuk hitam tinggi penunggu pohon itu.." Arya menunjuk pohon besar yang berada cukuo jauh dari tempatnya berdiri. Sontak semua arwah tersebut melirik Lidia. Lidia menggeleng menolak tuduhan Arya, namun entah karena percaya ucapan Arya atau memang mereka malas berlama-lama, satu persatu makhluk tersebut menghilang dari pandangan Lidia. Lidia menatap Arya sembari menggertakkan giginya, "Apa maksudmu?" tanya Lidia menahan kesalnya. Arya mengangkat bahunya acuh, "Dari pada mereka mengekorimu." "Tapi kenapa kau samakan a..." Lidia terkejut saat Arya menutup mulutnya dengan telapak tangan pria tersebut. Satu lagi yang membuat Lidia kebingungan. Ia bisa bersentuhan kulit dengan Arya. Padahal selama ini ia tak bisa menyentuh para arwah tersebut. Kalaupun ia bisa menyentuhnya, pasti setelahnya tubuhnya lemas dan demam. Tapi ini, Arya bahkan bisa dengan mudah menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan pria tersebut. Aneh bukan? Dan keanehan itu ia rasakan sendiri tanpa indigo lainnya rasakan. "Kau bisa diam? Harusnya kau bersyukur aku bisa mengusir mereka.." ucap Arya. Lidia tak menjawab lagi. Dalam benaknya malah bertambah satu kebingungan lagi dan semakin lama kebingungan itu semakin bertambah. Pertama ,Arya yang tak bisa dilihat oleh Anak Indigo lainnya kecuali dirinya, kedua Arya yang bebas menyentuhnya tanpa ia merasa lemas ataupun demam. Ketiga, Arya yang bisa membaca pemikirannya. Kenapa? Kenapa bisa seperti itu. Sedangkan makhluk yang lain tak bisa seperti itu, tak bisa melakukan hal yang tadi Arya lakukan padanya. Ya Tuhan. Lo udah gila Lid. Sadarin diri lo segera. Lidia memukul pipinya seperti orang gila. Bahkan Arya yang memperhatikannya sedari tadi hanya bisa menatap Lidia horor. Lidia menatap Arya dengan seksama. Ia berjalan mendekati Arya lalu berkacak pinggang saat posisinya sudah berada dekat di hadapan Arya. "Lo, pasti manusia. Lo bukan setan. Lo..." Plaaakk! Awww... Lidia meringis saat Arya memukul kepalanya. "Ni cewek kalau ngomong suka nggak tahu aturan ya." "Habisnya gue bingung. Gue heran. Kenapa cuma gue yang bisa lihat lo! Kenapa yang lain nggak.." "Karena mereka bukan iNdigo..!!" "Lalu apa kabar dengan Amel. Amel anak Indigo tapi nggak bisa lihat lo..!" Arya seolah kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka jika seorang Lidia begitu keras kepala. Sudah ia katakan tadi jika ia tak sendiri juga tak tahu apa alasannya. Kenapa hanya pada Lidia ia bisa terlihat. Kenapa hanya Lidia saja yang bisa melihatnya dari sekian banyak anak Indigo yang ia temui, termasuk Amel. Tapi hanya Lidia yang bisa melihatnya. "Gila. Ini gila.." "Ia. Kamu gila. Ngomong sendiri!" "Iiiiih! Gue kayak orang gili begini juga karena lo!!" "Lah! Kok aku. Kamu yang aneh." Lidia seketika gemas melihat Arya. Ingin rasanya ia melempar Arya ke sungai ,namun sudah pasti itu tak akan berhasil. Haha! Melempar hantu ke sungai? Sama saja artinya lo isi ember dan lo tahu ember lo itu lagi bocor. Paham kan? Sia-sia!! ***** HAAII.. Aku akan up mulai tanggal 1 ini ya.. Dan doakan saja berlanjut. Aku mau minta tolong sama teman2..^^ Yuk klik lambang love bagi yang belum klik. Yang sudbv. ah klik, makasi banyak.ya..^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD