Chika berjalan ke wastafel yang ada dipinggir lapangan sekolah ia membasuh mukanya dengan malas, air dari keran ini terasa hangat karena siang ini cuaca cerah ia kembali membasuh mukanya, sengaja berlama-lama karena sudah malas jika harus belajar sejarah pada jam waktu tidur siang ini.
Yang ada nanti gua ketiduran lagi terus cuci muka lagi batin Chika sambil memainkan air dari kran itu.
Ia mendengar suara seseorang terjatuh yang berasal dari bagian belakang gedung sekolah ia berjalan mendekati asal suara tadi entah apa yang memberanikan dirinya berjalan kesana tanpa pikir panjang terlebih dahulu.
Ia membulatkan mulutnya saat melihat seorang murid laki-laki yang tergeletak disana sambil meringis memegang sikutnya. Dika?.
Chika tidak mau berurusan dengan cowok itu dengan buru-buru ia memutar badannya untuk menjauh dari sana.
"Eh! Tolongin gua dong siapapun lo"
Chika menghentikan langkahnya ketika mendengar ucapan minta tolong dari Dika seperti cowok itu memang membutuhkan bantuan, tapi ia takut untuk menolong Dika nanti seperti yang dimimpinya itu lagi. Tapi kalau tidak diberikan bantuan kasihan juga.
"Eh gua minta tolong serius" Dika mencoba untuk berdiri namun kakinya terasa sedikit sakit gara-gara nekat memanjat pagar sekolah untuk membeli batagor dari luar wilayah sekolah.
Dika mengangkat kepalanya saat melihat uluran tangan seseorang di depannya, namun cewek itu melihat arah lain seperti enggan melihatnya. Aneh!. Dika langsung menerima uluran tangan Chika yang tengah menghindari kontak mata dengannya.
"Tarik gua dong! Lo lemes banget kayak orang lagi puasa" Protes Dika karena kalau hanya begini dirinya percuma minta tolong kepada cewek itu yang tadi sempat ia perhatikan di kantin.
Chika memasang wajah kesal namun mencoba tetap sabar Dika terlalu berat untuknya lebih baik ia mengangkat galon daripada cowok ini.
Kebanyakan dosa gara-gara baperin cewek sih nih orang hujat Chika dalam hatinya.
Chika menarik paksa Dika dengan tenaga yang ia miliki sampai akhirnya cowok itu berdiri dihadapannya sambil memegangi siku yang terluka, saat merasa pertolongannya sudah selesai ia langsung melangkah mundur sebelum membalikkan badan dan berjalan kembali ke kelas, namun sangat disayangkan ia tidak sadar jika ada satu anak tangga dibawah.
Brugh!
Dika belum sempat menahan pinggang Chika agar tidak jadi jatuh ke lantai namun kali ini tidak seperti cerita-cerita di novel romantis. Maaf.
Chika meringis sambil mengusap pinggulnya yang mencium lantai dengan sangat faster. Chika mendumel dalam hati niat nolongin orang malah sendirinya juga ikut jatoh oh s**t!!!
Chika meliukan badannya ke kanan sambil menyembunyikan wajah yang kesal bercampur menahan sakit dan juga malu. Dika berjongkok sambil menyingkirkan rambut Chika yang menutupi wajah gadis itu.
"Sorry sorry. Gua kurang cepet nahan lo tadi" Dika merasa bersalah karena terlalu lelet dalam menahan cewek itu.
Dika melihat situasi di sekitarnya yang cukup aman, Dika mengusap kepala Chika karena kasihan dengan cewek itu.
Chika langsung menyingkirkan tangannya dan mencoba berdiri meskipun sedikit sakit tapi malunya itu mungkin yang terasa lama. Chika memberikan hansaplast untuknya sebelum berjalan pergi begitu saja darinya.
Jam istirahat kedua sudah berbunyi semua murid diperbolehkan istirahat atau melaksanakan kewajiban masing-masing seperti sholat atau sejenisnya. Teresa tertawa karena mendengar cerita Chika yang tadi katanya terjatuh.
"Ya udah ayo sholat daripada lo ngedumel kayak medusa gitu" Naya menarik tangan Chika agar bangun dari bangkunya dan pergi mengambil wudhu di masjid sekolah.
Saat mengantri ditempat wudhu yang hanya berbatasan tembok dengan laki-laki Chika hendak bersembunyi karena melihat Raja yang ada di dekatnya.
Raja itu salah satu kakak kelas yang menyukai Chika entah beneran suka atau hanya suka menggoda, karena setiap ada Chika pasti cowok satu itu langsung mendekat entah dengan cara merangkul bahu, menggandeng tangannya, mendekatkan wajahnya, dan yang benar-benar membuat Chika takut Raja itu memiliki tangan yang nakal. Terakhir kali Raja menggodanya dengan merangkul bahu namun tangannya tiba-tiba hampir mengenai dadanya. Ia takut dengan cowok itu.
"Hai Chika"
Chika langsung menengang saat acara sembunyi-sembunyinya gagal, ia hanya tersenyum kecil kepada Raja yang berdiri disampingnya ia mencoba menjauh dari cowok modus itu. Namun Raja menahan tangannya padahal cowok itu sudah berwudhu emang nggak punya otak.
"Kan lo udah wudhu kak" Chika mencoba melepaskan tangannya yang ditahan Raja.
"Mau jalan sama gua gak Chik?" Mendengar pertanyaan Raja ya sudah pasti ia akan menolak tawaran itu.
"Gua gak bisa kak, sorry ya mungkin lain waktu" Lain waktu juga gua gak mau kali kalau jalan sama modelan cowok otak s**********n kayak lo!.
"Kalo gua maksa gimana? Hm" Raja merapatkan tubuhnya ke Chika yang langsung mencoba mendorong mundur cowok gila dan haus belain itu.
"Semuanya akan sama aja gua gak bisa jadi percuma lo maksa gua" Chika masih mencoba menahan kata-kata yang selama ini sudah ia tahan.
Dika dan kelima temannya memasuki tempat wudhu dan ia memperhatikan Raja yang seperti memaksa cewek itu, tanpa ia sadari Kemal melihatnya dan mengikuti arah pandang Dika, ohhh cewek itu lagi.
Kemal membisikkan sesuatu kepada Dika," tumben amat babang Dika cuman sekedar mengagumi dalam diam dan hanya bisa melihat dari kejauhan" Ledek Kemal.
"Berisik lo b**o" Dika mendorong Kemal agar maju antriannya, ia masih memperhatikan Raja yang semakin nekat menarik tangan yang tadi menolongnya.
Gua bantuin gak ya? Tapi nanti gua dikira ikut campur lagi kalau misalnya dia berdua pacaran batin Dika bimbang.
Dika langsung mendekati kedua orang itu dan langsung mendorong Raja hingga terdorong beberapa langkah kebelakang. Semuanya langsung melihat ketiga orang tersebut tapi sebenarnya untuk melihat Dika yang sangat berkharisma walaupun dari belakang.
"Sorry kalau ganggu lo berdua tapi kalau emang ada masalah selesainya jangan disini, kalau dia cewek lo jangan terlalu kasar"
Raja langsung menarik Chika menjauh dari tempat ini, "gua bukan pacar dia woy! Akh lepas!!" Chika mencoba memukul tangan Raja yang mencengkram pergelangan tangannya. Dasar cowok gila! Kasar gini siapa yang mau sama dia.
Saat di lapangan sekolah Chika masih mencoba melakukan perlawanan kepada Raja yang menahan tangannya dengan kuat. Tiba-tiba Dika datang dan langsung menyingkirkan tangan Raja yang mencengkram pergelangan gadis itu hingga merah.
"Gua tahu lo punya backingan banyak, tapi buat kali ini lo gak usah ikut campur karena ini bukan masalah lo!" Raja kembali menarik Chika.
"Gua udah bilang sama lo gua nggak mau jalan sama lo! Gua NGGAK MA-"
Dika langsung melayangkan pukulan diwajah Raja sebelum cowok itu main tangan ke perempuan. Hingga Membuat cowok itu terjatuh dan belum sampai disitu Dika menunduk menarik kerah baju cowok yang terjatuh karenanya.
"Lo cowokkan? Berani main tangan sama cewek? BANCI LO"
Semua murid yang menyaksikan itu langsung berteriak histeris saat Dika memberikan pukulan pertama ke Raja hingga cowok kelas 12 itu terjatuh. Dika kalau sedang seperti ini sangat berbeda sangat menyeramkan detik itu pun suasana menjadi tegang bercampur creepy.
Ternyata benar gosip yang bertebaran itu, Dika bukan hanya memiliki wajah tampan bagaikan dewa Yunani saat menggoda banyak cewek yang mendekatinya. Tapi ia juga mempunyai sisi kelam yang tidak banyak orang tahu mungkin yang orang tahu dari sisi kelamnya hanyalah Tawuran, Clubbing, dan baku hantam saja.
Tapi Chika merasa Dika lebih dari itu cowok ini seketika menciptakan suasana yang sangat mencengkam wajah tampannya pun sekarang terlihat berbeda.
Kelima teman Dika berlari secepat mungkin ke lapangan mereka tidak bisa tinggal diam karena seorang Dika jika sudah terusik tidak akan segan-segan menghancurkan lawannya. Kemal langsung menarik Dika mundur dan Jafran membantu Raja berdiri sambil menyuruh cowok itu pergi sebelum singa mengamuk.
"Kali ini lo aman" Raja menunjuk Chika yang ada dibelakang Dika.
"Udeh sono cabut!" Jefran mendorong tubuh Raja agar segera menjauh.
"GUA KALAU GAK KETEMU LO JUGA BAKAL AMAN!" Dika langsung melihat kebelakang dan dengan cepat Chika terdiam menutup mulutnya rapat.
"DIKA KE RUANGAN SAYA!"
Dika langsung memukul keningnya saat mendengar teriakan dari bu Irene, alamat ke ruangan tercinta lagi gua.
"Nolongin orang aja masih masuk BK gini amat hidup" Chika melihat wajah Dika yang kesal.
"Tungguin Dik!" Juna berjalan di belakang Dika.
"Lu pada mau ngapain?"
"Ikut lo ke BK" Jawab Juna.
"Kaga usah ngapain?! Lo pada gak salah sono sholat" Mendengar suara Dika sudah datar seperti itu mereka berlima langsung kembali ke masjid.
"Ahhh kak Dika tangannya gapapa?"
"Dikaaa lo gak kenapa- kenapa kan?"
"Yaampun sayang gak ada yang kena tonjokan?"
Dika menanggapi cewek-cewek itu dengan senyuman sambil berjalan santai ke ruang BK yang sudah ia anggap sebagai rumahnya sendiri. Ia menoleh dan mendapati cewek yang tadi ia tolong berjalan disampingnya dengan wajah lebih santai daripada pertama bertemu dengannya.
"Sama-sama" melihat cowok yang disebelahnya oh iya paham, "oh iya makasih".
Dika menghentikan langkahnya, " Lo mau ngapain sih? Mau ikut gua masuk ke kandang iblis?" Tanya Dika melihat cewek yang hanya sebatas lehernya.
"Lo dipanggil sama bu Irene gara-gara nolongin gua, jadi masa iya lo doang yang kena marah"
Dika langsung berjalan sampai didepan pintu ruangan BK ia melihat Chika, "lo emang mau ketemu sama tuh cowok lagi hah?" Chika menggeleng.
"Tapikan ada lo"
Dika tersenyum miring, "jangan salahin gua kalau lo sampai baper" Dika langsung masuk dan disusul oleh Chika saat didalam Raja langsung berdiri dengan cepat Dika menggeser tubuh Chika agar tidak bersebelahan dengan Raja.
Ibu Irene yang baru masuk bingung melihat Chika ada didalam, pasalnya Chika itu salah satu murid yang taat aturan tidak pernah membuat ulah.
"Kamu ngapain Chika?" Tanya bu Irene berdiri di sampingnya.
"Saya disini buat jelasin semuanya bu, Dika berantem sama kak Raja karena nolongin saya" Tanpa Ragu Chika menceritakan apa yang sebenarnya terjadi setelah ini ia akan menjauhi kedua orang itu.
"Ya sudah duduk saja dulu"
Chika duduk di sebelah Dika yang sepertinya sudah terbiasa dengan ruangan ini entah berapa kali cowok itu keluar masuk tempat ini. Sampai sepertinya ia tahu apa saja yang berubah dari disini.
"Sejak kapan ada layar CCTV disini bu?" Tanya Dika baru sadar jika CCTV di sekolah ini bisa dipantau langsung dari ruang BK.
"Simpan pertanyaan kamu untuk lain kali Dika" Mendengar itu Dika kembali diam.
Bu Irene menghela napas sambil meletakkan tangannya di kepala dan melihat Dika dengan wajah tidak tahu mau berkata apalagi.
"Dika" Bu Irene menegakkan badannya sebelum menyapa murid kesayangan sekolah ini.
"Kasus kamu udah banyak Dika. Mulai dari tawuran, cabut sekolah, berantem, sabotase kunci jawaban ulangan dan ujian, dan terakhir hampir bikin laboratorium kebakaran" Bu Irene hanya menyebutkan seperempatnya saja jika semua tidak akan cukup satu jam.
"Ibu kebiasaan, cuman inget kejelekan saya doang. Itu yang dapetin piala, piagam, medali emas, perak, perunggu siapa?" Kini Dika membalikkan pertanyaan kepada bu Irene.
Chika yang menyimak langsung speechless mulai dari maksiat sampai prestasi yang membuat nama sekolah bagus semua itu Dika? Tapi diwaktu yang bersamaan cowok itu juga mencoreng nama baik sekolah. Ah tipe macam apa sih seorang Dika Ragesta.
"Semua guru disekolah ini sangat membanggakan prestasi kamu Dik, tapi semua guru juga menyayangkan kelakuan kamu yang seperti ini" Bu Irene harus sabar menghadapi seorang Dika meskipun berandalan tapi berprestasi dibidang akademik atau non-akademik.
Ditambah lagi cowok itu anak dari pengusaha yang sangat terkenal di Indonesia maupun berwajah Spanyol yaitu Aaron. Dika memang termasuk konglomerat di Indonesia tapi ia tidak pernah membanggakan itu semua karena itu milik orang tuanya.
"Buat kamu Raja, jangan pernah main tangan kepada perempuan kamu lahir dari perempuan" Bu Irene kini menatap Raja yang hanya menunduk sambil mengangguk pelan.
Chika berhenti.
"Sekali lagi makasih Dik" Dika hanya mengangguk dan langsung berjalan menemui temannya.