"Cerai sajalah, Rania tidak berhak punya pasangan lembek sepertimu," ucapnya sok tahu. Siapa juga yang lembek, aku kuat. Cuman aku lemah kalau dia minta cerai. Meskipun Mama terus saja mendesak untuk memulangkannya, tapi aku belum siap. Terlalu berat. Aku juga bingung dengan sikap Mas Surya yang tiba-tiba baik sama Rania. Padahal selama ini selalu marah-marah dan sering mengancamnya juga. "Kenapa Mas selalu ikut campur?" tanyaku tajam, mungkin ini kali pertamanya aku berkata dengan nada seperti ini. "Karena Rania berhak bahagia!" serunya sambil mendorongku agar bisa masuk ke dalam. Kecurigaanku semakin besar kepada Mas Surya kalau Rania adalah perempuan idamannya. Dulu ia pernah mengatakan padaku kalau perempuan idamannya itu yang sederhana, cantik alami, dan pintar mengolah bahan ma

