Baik Farel ataupun Fania tidak ada yang bersuara. Keduanya hanya diam dengan pandangan yang kompak menatap penuhnya parkiran fakultas. Fania melirik ke samping. Memastikan bahwa Farel memang masih berdiri di sampingnya. Laki-laki itu tak mengucapkan sepatah kata apa pun pada Fania sejak mereka kembali dari UKS tadi. Tatapan Fania beralih menatap luka di telapak tangannya yang sudah terplaster dengan rapih oleh Farel. Walaupun tangannya sudah lebih baik, kakinya masih sakit dan menyebabkan langkah Fania yang tertatih dan sedikit pincang. Bibir Fania tersenyum tipis saat kembali melihat balutan plaster di telapak tangannya dilakukan dengan rapih oleh Farel. Bagaimana dong, sepertinya Fania sudah semakin aneh dan tidak beres. "Lo bisa pulang sendiri?" Fania menoleh dengan releks. "Ya?" F

