Hari yang cerah, secerah hati Starla yang akan berbelanja pakaian di mal. Dia pergi ditemani Ria dan Tia. Tadinya ingin mengajak si kembar planet, tapi kedua anak itu malah tidur. Orang tua Starla sendiri tadi pagi sudah pulang ke Bogor diantar oleh Aries sampai stasiun. Karena warung mereka masih dibangun tidak boleh ditinggal lama-lama.
"Ini bagus, Non." Tia yang paling semangat berbelanja sepertinya, sedangkan Ria tampak tak terlalu peduli.
"Iya, bagus." Starla pergi ke tempat yang bertuliskan sale agar bisa membeli banyak. Dia juga membelikan beberapa helai pakaian pada Ria dan Tia untuk pergi ke kampus. Tentu sudah meminta izin terlebih dahulu pada Paduka Raja Aries dan beliau mengizinkan. Entah ikhlas atau tidak hanya Aries yang tahu.
"Semangat ya kalian kuliahnya nanti," kata Starla setelah menyerahkan belanjaan Ria dan Tia. Dia sudah seperti majikan yang baik hati.
Tahun ajaran baru Ria dan Tia akan memulai kuliah. Gaji mereka selama setahun lebih memang keduanya kumpulkan untuk biaya kuliah.
Awalnya mereka tinggal dengan nenek karena Mbok Sur dan Pak Sur menginap di tempat Aries hanya seminggu sekali pulang melihat keadaan mereka.
Dua tahun lalu nenek keduanya meninggal akhirnya setelah lulus SMA mereka diboyong ke istana Aries dan kembar planet. Aries setuju mempekerjakan mereka karena banyak ART muda yang telah mengundurkan diri dengan alasan akan menikah dan sekarang hanya keluarga Mbok Sur yang bertahan di sana.
"Iya, terima kasih, Non Starla," balas mereka kompak, senang sekali mendapat majikan baik seperti Starla. Seusia pula dengan mereka, tapi tetap terlihat cocok bersama Paduka Raja Aries sama-sama murah hati.
Setelahnya Starla pergi ke toko kue, membelikan untuk putra-putrinya. Tidak pernah terbayang olehnya akan memiliki anak kembar di usia 19 tahun. Namun, dia senang apalagi Venus dan Mars menerimanya dengan tangan terbuka.
"Kalian memang mengambil jurusan apa?" tanya Starla sembari menunggu pesanannya.
"Aku manajemen dan Tia ilmu komunikasi," jawab Ria.
"Beda jurusan ya." Keduanya tersenyum.
Kuliah ya? Dulu Starla juga sempat memikirkannya, tapi sekarang tanggung jawabnya sudah berbeda. Dia harus bisa menentukan mana yang prioritas. Baginya sekarang prioritasnya adalah suami dan anak-anak.
Lagi pula uang dari mana? Mana mungkin dia meminta lagi dengan Aries, pujaan hatinya. Terlihat tidak tahu malu sekali. Satu lagi, Venus dan Mars akan masuk TK kecil tahun ajaran baru, jadi dia lebih baik mengurus putra-putrinya.
Sesampainya di rumah, Starla sudah disambut dengan teriakan Venus dan Mars.
"Mama, kenapa pelgi enggak ngajak kita?" Keduanya menggembungkan pipinya. Rasanya Starla ingin menggigitnya. Mimpi apa dia bisa punya anak kembar menggemaskan seperti mereka. Mana wajah bule lagi.
"Tadi kalian tidur." Starla menyejajarkan diri dan mengecup pipi keduanya. Mereka terlihat masih kesal. "Ini Mama bawakan kue, mau?" Starla menunjukkan kotak kue yang ia bawa. Mata keduanya langsung berbinar.
"Asyik!!!" Mereka segera menarik tangan Starla ingin segera mencicipi kue.
Starla tertawa melihat tingkah laku keduanya. Apalagi ketika mereka memakan kue. Lucu sekali, meski berlepotan.
"Sayang-sayangnya mama." Starla mengusap bibir mereka yang berlepotan. Kemudian ketiganya menonton kartun.
Venus dan Mars sangat senang bermanja dengan Starla. Biasanya mereka bermanja dengan Aries hanya bisa kalau malam jika mereka belum tidur atau hari libur. Sekarang ada Starla sang mama kecil yang akan selalu menemani.
Nova mengangkat kopernya dari lantai atas. Starla yang melihat segera membantu Nova. Kecil begitu Starla memiliki kekuatan yang cukup memadai. Apalagi telah teruji karena pernah membersihkan seluruh kediaman megah Danu tanpa dibantu.
"Tante sudah mau pergi ya? Kenapa cepat sekali?" Padahal Starla ingin bertanya banyak tentang Aries pada Nova.
"Iya, Nak. Kasihan anak-anak tante sama papanya anak-anak sudah rindu berat. Nanti deh Tante ke sini sekeluarga kalau liburan." Nova memeluk tubuh kecil Starla. Bersyukur Aries bisa menikah dengan Starla yang sayang anak-anak terlihat jelas kasih sayangnya tidak palsu. Tadi Nova diam-diam memperhatikan bagaimana Starla memperlakukan Venus dan Mars.
"Oh iya, pesan Tante terus beri perhatian kepada Aries dan si kembar. Walaupun dari kecil Aries terbiasa mandiri, tapi dia pasti senang diberi perhatian lebih apalagi dengan istrinya yang cantik." Nova mencubit pipi Starla gemas. Istri Aries tak kalah gemas dengan si kembar.
Tidak lama Aries yang memang ada pekerjaan hari minggu ini kembali ke rumah dan mengantar Nova ke bandara, si kembar sudah menangis ingin ikut, tapi untung ada Starla yang menenangkan.
Aries tiba pada malam hari, segera melihat si kembar yang telah terlelap. Di kamarnya Aries memperhatikan Starla yang sedang menyusun pakaian barunya di ruang ganti. Belanjaan Starla lumayan banyak, tapi yang Aries tahu istrinya itu hanya mengambil dua juta di kartu debitnya.
"Loh, Aa' sudah pulang?" Starla tampak terkejut melihat sang suami memperhatikannya.
"Hmmm. Belanja apa saja?" tanya Aries basa-basi.
Starla segera memperlihatkannya. "Ini ada pakaian di rumah, mukena, pakaian keluar, peralatan mandi, terus pakaian dalam …."
Segala pakaian dalam diperlihatkan, Aries geleng-geleng.
"Terus tadi beli juga untuk Ria sama Tia masing-masing dua buat nambah pakaian ke kampus. Semua yang aku beli obral dan diskon."
Aries bersyukur istrinya suka barang diskonan. Dia mengusap rambut Starla dan tersenyum tipis.
"Aa' jangan senyum!" protes Starla.
"Kenapa?" tanya Aries heran.
"Senyuman Aa' tidak baik untuk jantungku takut meledak ini." Starla memegangi d**a kirinya.
"Berlebihan sekali. Ya sudah saya mandi dulu." Aries geli sendiri mendengarnya.
"Aa' sudah makan malam?" tanya Starla memperhatikan suaminya yang sedang memilih baju rumahan.
"Belum."
"Oke, aku siapkan." Starla segera berlari keluar kamar.
"Jangan lari-lari nanti jatuh!" sorak Aries memperingati. Dasar bocah, pria itu hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah laku sang istri kecil.
Saat makan malam, Starla dengan telaten menaruh nasi dan lauk-pauk ke piring Aries dan menyiapkan segelas air untuk suaminya itu.
"Kamu memangnya belum makan?" tanya Aries melihat Starla ikut makan bersamanya.
"Sudah, tapi makan lagi. Kurang lengkap rasanya kalau tidak makan bareng Aa'."
Aries menggeleng pelan, dia tahu istri dadakannya ini tukang gombal. "Tidak perlu berlebihan."
"Benaran A', aku tanpamu bagai Cinderella tanpa sepatu kaca."
"Jadi, kamu anggap saya sepatu yang jelas-jelas dipakai di kaki?!" kesal Aries dibuat-buat, dalam hati ingin tertawa melihat ekspresi Starla yang berubah takut.
"Bukan begitu, A'."
"Kalau kamu Cinderella, seharusnya saya pangerannya." Aries tersenyum tipis.
Ketika melihat senyum suaminya, Starla merasa dia benar-benar Cinderella yang bertemu pangeran berkuda putih. Aries sendiri melambaikan tangan di hadapan Starla ketika melihat istrinya itu melamun. Entah apa yang sang istri kecil pikirkan.
"Katanya besok temanmu mau datang, siapa namanya?" Suami Starla itu mengganti topik pembicaraan.
"Namanya Selina Aqilla. Usianya sama denganku."
"Mau wawancara di kantor mana dia?"
Starla berpikir sejenak. Pertanyaan susah karena daya ingatnya tidak begitu baik.
"Ya sudah kalau tidak ingat." Aries langsung paham kalau sang istri mungkin lupa.
Aa' dirimu memang sangat mengerti Eneng, batin Starla merasa dimengerti.
Sebelum tidur ternyata obrolan sepasang pengantin baru itu masih berlanjut.
"Kamu tidak ingin kuliah?" tanya Aries, sebenarnya pria itu berharap Starla lebih fokus mengurus Venus dan Mars. Namun, Aries tidak mau egois pasti istrinya punya cita-cita yang ingin diraih.
"Tidak A', untuk sekarang aku ingin menjalankan peranku dengan baik sebagai istri dan sebagai orang tua juga," jawab Starla sembari tersenyum manis. Aries pun bisa melihat ketulusan di dalamnya.
"Kamu pastinya ada cita-cita ingin jadi apa, kan?" tanyanya penasaran tentang cita-cita sang istri kecil.
"Cita-citaku sudah terkabul Aa'," ungkap Starla yang membuat Aries menatap heran. "Memangnya apa?"
"Mempunyai suami sempurna seperti Aa' Paduka Raja Aries, Ahayyy ...," jawabnya dengan alis naik turun seperti menggoda Aries. Rasanya pria itu ingin melempar bantal ke wajah istrinya.
"Sudah tidur daripada ngegombal." Percuma menanyakan kepada sang istri yang mengidolakannya.
"Diusap-usap kepalaku, A'," pinta Starla.
"Merepotkan sekali." Namun, tangan Aries tetap terulur mengusap kepala sang istri kecil.
***
Selina Aqilla, sudah bersiap akan pergi ke Jakarta. Besok dia ada wawancara kerja di Yogaswara cosmetics, walaupun hanya sebagai OG, tapi yang Selina tau gaji di sana lumayan dan bisa membantu perekonomian keluarganya. Ayahnya bekerja di puskesmas menjadi petugas bersih-bersih dengan gaji tak seberapa. Sementara bundanya, ibu rumah tangga biasanya. Kadang ada pula yang memesan masakan bundanya, hitung-hitung sebagai tambahan.
Kehidupan Selina sedari kecil memang sangat sederhana, tapi untunglah tidak pernah terkena musibah seperti keluarga sahabatnya yaitu Starla yang harus mempunyai hutang ratusan juta dan bersyukur hutang tersebut telah lunas oleh suami Starla sekarang. Yang kata sahabatnya itu begitu baik. Namun, tetap saja bagi Selina, Starla menikahi om-om.
"Bunda," panggil Selina dia sudah mau berangkat ke stasiun. Ya dia pergi menggunakan KRL karena jauh lebih murah.
Selina masuk ke dalam kamar sang bunda dan terlihat bundanya itu sedang memandangi sebuah foto. Ketika Selina mendekat, wanita 57 tahun itu segera menyimpan foto tersebut di dalam laci.
"Foto siapa sih, Bunda?" Selina memeluk manja bundanya. Meski di kehidupan sehari-hari Selina tampak tomboi, jika dengan kedua orang tuanya dia manja.
Wanita paruh baya itu hanya tersenyum. "Kamu sudah mau berangkat, Sayang?" Bunda Selina mengalihkan pembicaraan.
Selina mengangguk, padahal tadi dia penasaran.
"Hati-hati ya, Nak. Kalau tidak ke terima, segera kembali ke sini. Cari kerja di sini saja." Selina tahu dari awal bundanya berat melepaskannya ke Jakarta. Entah kenapa sang bunda seperti trauma ke ibu kota. Bundanya bahkan enggan pergi ke pernikahan Starla. Padahal sang bunda cukup dekat dengan Bu Sari, ibu Starla. Meskipun akhirnya Selina sendiri tidak jadi pergi karena sakit perut.
"Siap, Bunda sayang."
Selina bergegas pergi setelah mencium punggung telapak tangan bundanya. Dia diantar oleh sang ayah ke stasiun. Berharap semoga ia bisa diterima bekerja di perusahaan itu dan membantu kedua orang tuanya.
***
Starla sudah menunggu di stasiun menjemput Selina. Tidak lama sahabatnya itu terlihat batang hidungnya.
"Selina!!!" panggil Starla sampai pengunjung yang lain menoleh ke arahnya.
"Dasar bocil, bisa enggak sih sekali aja enggak buat malu. Mau taruh di mana muka limited edition-ku," gerutu Selina yang membuat Starla terbahak.
"Mukaku yang kayak Princess Disney aja, santai," jawab Starla tanpa malu. Selina menggeleng, tidak mencerminkan seperti istri orang kaya sahabatnya ini.
Mereka sudah duduk di mobil yang dikendarai oleh Pak Sur. Tiba-tiba sebuah mobil menyerempet mobil mereka. Pria bertubuh besar turun dari mobil tersebut menyuruh ketiganya juga turun.
Di tempat lain, Aries sedang berkutat dengan pekerjaan. Tidak lama ponselnya berdering.
"Starla?" Aries heran sang istri menghubunginya. Pria itu segera mengangkat panggilan tersebut.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam A', aku, Selina, sama Pak Sur ditangkap polisi, tolong ke sini," ungkap Starla di seberang telepon.
"Apa!?" Aries terkejut. Masalah apa lagi ini.