CHAPTER 4 : HARI PERTAMA

2309 Words
Setelah akad dilanjutkan makan-makan sederhana saja karena memang hanya ada keluarga dan tetangga dari Starla. Keluarga Aries tentu diwakilkan oleh Nova, Leo, dan si kembar. Leo juga mengundang beberapa teman mereka yang rumahnya dekat dari sana. Sepanjang acara, Aries dan Starla tidak saling berbincang, begitu juga sekarang saat mereka berada di mobil Aries. Ada Starla, kedua orang tuanya, dan si kembar, sedangkan Nova berada di mobil Leo. Venus dan Mars tampak tertidur dalam dekapan kakek dan nenek barunya. Starla sendiri sibuk berkirim pesan dengan Selina yang berakhir tak jadi datang ke pernikahan sahabatnya itu karena mendadak sakit perut, padahal sudah siap-siap. Namun, lusa dia berencana berkunjung karena akan ada wawancara kerja di perusahaan yang berada di Jakarta. Selina ingin meminta izin menginap di tempat Starla, tapi gadis itu bingung bagaimana cara memberitahu suaminya. Padahal dari tadi belum sempat mengobrol, rasanya tidak mungkin ia meminta macam-macam, hanya saja kasihan Selina. Ini membuatnya dilema. "A' …," panggil Starla takut-takut sambil menoleh ke arah Aries di sampingnya yang sedang menyetir. "Apa?" Aries menoleh sekilas dan kembali fokus memperhatikan jalan. Aa', mendengar suaramu bertanya saja sudah bikin Eneng lumer, batin Starla. "A' …," panggilnya lagi, tapi masih belum dilanjutkan. Dia masih berpikir pemilihan kata yang tepat. Haruskah ia berlatih terlebih dahulu? Akan tetapi, dia sudah terlanjur memanggil. "Iya, apa?" tanya Aries masih dalam nada biasa. Suaramu tidak baik untuk jantungku, A'. Starla justru senyum-senyum sendiri mendengar suara Aries yang membuat jantungnya berdebar. Pandu dan Sari yang melihat kelakuan anaknya hanya bisa menggeleng. "Starla, kamu mau bicara apa?" Aries yang sedikit risi ditatap terus kembali bersuara, menghentikan lamunan Starla yang merasa sedang menari-nari di taman bunga bersama Aries. "Itu …." Starla kembali terdiam. "Itu?" "Nanti saja A' aku mau latihan dulu biar enggak salah ngomong." Aries yang mendengar memutar bola matanya malas. Memang mau bicara apa sampai latihan segala. "Kamu mau bicara apa, Nak?" tanya Sari yang heran melihat tingkah sang anak. "Begini, Bu, aku mau minta izin, Selina bilang ada wawancara kerja di Jakarta, terus lusa mau ke sini, boleh tidak menginap di tempat A' Aries?" ungkap Starla menoleh ke belakang dan Aries tentu mendengar hal itu. "Boleh, asal perilakunya sopan," jawab Aries. Starla terkejut melihat ibunya dan Aries bergantian. Kenapa dia jadi keceplosan mengatakan ini? "Kalau ada yang mau dibicarakan tidak perlu sungkan," tambah Aries tanpa melihat ke arah Starla. Sedangkan istrinya itu memandangnya dengan tatapan memuja. Aa' engkau bagai bintang yang menyinari hidup Eneng. Gadis itu merasa ingin bernyanyi sekarang. Starla dan kedua orang tuanya kembali terkagum dengan rumah besar dua lantai tempat tinggal Aries dan si kembar. Memang rumah ini tidak lebih besar dari rumah keluarga Fabian, tapi entah kenapa lebih terlihat indah di mata. "Silakan masuk," persilakan Aries melihat tiga orang keluarga barunya hanya berdiri terpana di samping mobil. "Iya, Nak Aries." Pandu lebih dulu tersadar. Dia berbisik kepada istrinya agar tidak terlalu norak. Takut malu sama menantu. "Aries itu baik banget. Dia enggak akan memandang kita memalukan," bisik Sari pada Pandu. Saat melangkah masuk ke dalam rumah, mereka merasa sangat nyaman. Beda sekali dengan rumah keluarga Fabian, meski jauh lebih besar, tapi suasananya tidak bersahabat. "Den Aries sudah pulang," sapa wanita paruh baya terlihat terkejut melihat tiga orang di belakang Aries. "Mbok tolong panggilkan pekerja lain ke sini. Saya ingin mengenalkan mereka," perintah Aries. "Siap, Den." Si Mbok segera memanggil para pekerja yang semua masih keluarganya. "Mari Pak, kita antar Venus dan Mars ke kamar, Ibu dan Starla bisa duduk dulu di sofa," ajak Aries yang sedang menggendong Venus dan Pandu menggendong Mars. Mereka pergi ke lantai dua, tepatnya ke kamar masing-masing si kembar. Venus dan Mars sudah punya kamar sendiri, di dekorasi sedemikian rupa sesuai keinginan mereka. Kedua bocah kecil itu sepertinya tidak terganggu, mereka sangat lelah mengikuti acara pernikahan bahkan sampai sore. Sesampainya di bawah semua pekerja telah berkumpul. Sari dan Starla yang tadi duduk di sofa, karena merasa canggung, jadi ikut berdiri. Aries segera meminta Starla berdiri di sebelahnya dan gadis itu dengan langkah ragu mendekat. "Saya akan kenalkan ke semua, ini Starla, istri saya dan ini orang tua Starla, Pak Pandu dan Bu Sari, perlakukan mereka dengan baik," ujar Aries tenang dalam hati masih memikirkan uang lima ratus juta yang lenyap. Harus ikhlas, harus ikhlas, yakin akan diganti yang lebih banyak, batinnya. "Apa!?" kaget para pekerja sampai mulut mereka terbuka. Perasaan tadi majikan pergi ke kondangan, tapi kenapa tiba-tiba bawa istri. "Bisa perkenalkan diri kalian satu persatu!" perintah Aries. Mbok yang menyambut mereka tampak ingin memperkenalkan diri lebih dulu. "Ehmm perkenalkan Tuan, Nyonya, Nona, nama saya Surmiati biasa dipanggil Mbok Sur, usia 40 tahun, tugas memasak dan mengurusi si kembar planet. Sekian terima gaji," ujar Mbok Sur sambil tersenyum lebar lima jari, membuat kesan baik pada majikan baru, siapa tahu naik gaji. "Terima kasih, Mbok Sur. Mohon bantuannya, panggil Starla saja," balas Starla. "Benar. Mbok Sur tidak perlu panggil tuan dan nyonya juga, bapak, ibu saja," lanjut Sari tampak malu dipanggil demikian. "Baiklah, Pak Pandu, Bu Sari. Waduh kalau panggil nama sama Non Starla saya tidak berani, takut gaji saya dipotong sama yang sebelah," balas Mbok Sur melirik Aries. Baru saja Starla ingin menjawab kembali, Aries sudah menyahut, "Potong gaji? Bagus juga idenya, Mbok." Starla dan Mbok Sur memilih diam kalau begitu. "Oke lanjutkan perkenalannya agar lebih cepat, istri dan mertua saya butuh istirahat," tambah Aries. Starla merasa seperti ada kupu-kupu menggelitik di perutnya saat Aries menyebutnya istri. Aa' pujaan hati Eneng so cuit banget. Setelahnya dua gadis berwajah sama persis, tapi tampilan berbeda melangkah maju. "Nama saya Ria, panjangnya Kesatria. Usia 19 tahun baru kerja sekitar setahun lebih. Tugas bersih-bersih rumah dan menjaga si kembar planet. Saya anaknya Mbok Sur. Salam kenal," ucap Ria, gadis berambut bob pendek. "Nama saya Tia, panjangnya Kesetiaan. Usia 19 tahun, kembarannya Ria. Tugasnya sama. Ibu kami juga sama. Salam kenal," lanjut Tia, gadis berambut panjang. Starla dan kedua orang tuanya hampir tertawa, apalagi nama keduanya unik. Terlihat ibu mereka juga unik. "Salam kenal, Ria, Tia, umur kita sama. Mohon bantuan ya." Starla tersenyum manis. Ternyata banyak teman seusia di rumah ini. Mereka terlihat baik tidak seperti di rumah keluarga Fabian. "Waduh, ternyata Den Aries sukanya daun muda, tapi saya heran tadi Den Aries pergi ke kondangan nikahan kenapa jadi Den Aries yang nikah?" Mbok Sur mulutnya gatal ingin bertanya. "Mbok Sur kayaknya lebih baik tidak digaji daripada potong gaji!" balas Aries, tampak malas mendengar ocehan asisten rumah tangganya itu. "Maaf, Paduka Raja." Mbok Sur mengatupkan kedua telapak tangannya. Sekarang dua pria paruh baya yang memperkenalkan diri satu persatu. "Saya Surya, panggil saja Pak Sur. Usia 45 tahun. Ayahnya Ria dan Tia. Istri saya? Tidak usah diperkenalkan takut bosan. Tugas saya di sini sopir sekaligus penjaga rumah." "Gimana Non Starla suami saya, enggak kalah cakep dari Paduka Raja," lanjut Mbok Sur yang membuat Starla dan kedua orang tuanya terkekeh. "Mbok," tegur Aries untuk ke sekian kali. Lelah hayati punya pembantu sekeluarga, apalagi modelan Mbok Sur. Perkenalan terakhir datang dari adik Surya. "Perkenalkan saya Sopian, usia 42 tahun, tugas tukang kebun dan menjaga rumah. Salam kenal." Begitulah perkenalan singkat yang terasa cukup panjang terjadi. "Baiklah tolong Tia, Ria, antarkan mertua saya ke kamar tamu. Sudah dibersihkan, bukan?" tanya Aries. "Sudah, Paduka Raja," jawab mereka kompak dibalas dengan dengkusan Aries. Keduanya segera melaksanakan tugas. "Ayo Starla," ajak Aries. "Ke mana?" tanya gadis itu. "Ke kamar." Seketika mendengar jawab Aries wajah Starla langsung merona. Papa Tampan masih sore mainnya sudah ke kamar, batin Starla. "Jangan berpikir macam-macam. Kamu tidak ingin beristirahat?" Aries tahu jalan pikiran Starla. Masih kecil begitu pikirannya sudah jauh. "Eh, iya." Starla malu ketahuan. Dia mengikuti Aries dari belakang dan masuk ke sebuah kamar yang membuat gadis itu berdecak kagum. Apa ini yang dinamakan rezeki anak Shalihah? Aries sendiri membuka blazernya, masuk ke dalam ruang ganti, mencari pakaian karena ingin membersihkan diri. Dia akan memakainya di dalam kamar mandi karena tidak nyaman ada Starla di kamarnya. Ya, sebenarnya pria itu tidak nyaman, apalagi memang baru kenal, tapi bagaimanapun dia harus menghargai Starla sebagai istri dan tidak mungkin mereka pisah kamar. Bukankah akan terlihat dia tidak serius dengan pernikahan ini padahal dia sendiri yang mengajak? Malu juga jika mertuanya tahu. Aries keluar dari ruang ganti, tapi dia melihat Starla yang duduk di ranjang tampak melamun. "Kenapa?" tanya Aries sedikit penasaran. "Bajuku masih di rumah itu." "Kamu tidak bawa baju ganti lain?" "Bawa A', sama dalaman juga, tapi cuma satu." Sekarang dia mengenakan pakaian saat berangkat ke gedung tadi. "Ada barang berharga yang kamu tinggalkan di rumah itu, tidak? Seperti kartu identitas, dompet, atau ponsel." "Tidak A', kartu identitas, dompet, dan ponsel aku bawa, kalau kartu keluarga dan akta kelahiran di Ibu," jawab Starla. "Berarti hanya pakaian kamu saja yang di sana?" tanya Aries sambil berjalan mengambil dompetnya. Starla pun mengiyakan. Aries menghela nafas panjang ketika mengeluarkan kartu debitnya. Selamat tinggal kartu debit, batin Aries nelangsa. "Daripada ke sana mending kamu beli pakaian baru. Besok kamu bisa pergi belanja dengan Ria atau Tia. Ini kartu saya. PINnya …." Akhirnya kartu debit direlakan untuk istri. Harus ikhlas Aries. "Terima kasih, A'," ucap Starla tersenyum senang. Aries berjalan ke kamar mandi, sebelum menutup pintu dia kembali menoleh pada Starla. "Belanja seperlunya saja, oke?" "Oke," jawabnya kembali semangat. Senangnya dapat suami super baik. Setelah selesai membersihkan diri, Aries pun pergi ke ruang kerjanya. Sementara Starla yang telah membersihkan diri pergi ke dapur melihat Mbok Sur yang sedang memasak sambil bernyanyi karena menyetel lagu dangdut. "Mbok, aku ikut bantu masak ya?" pinta Starla. "Tidak usah Non, ini juga mau selesai. Bagaimana kalau Non bantu bangunkan si kembar planet, ajak mandi. Ria dan Tia lagi pergi sama Beb Surya ke supermarket, ada yang mesti dibeli." Starla tersenyum geli mendengar panggilan Mbok Sur pada Pak Sur. "Oke, Mbok." Starla bergegas ke kamar Venus terlebih dahulu. Kamar dengan nuansa pink dan putih tampak sangat cantik. Beberapa boneka lucu juga ada. Terpajang pula foto keluarga. Dua bayi kembar yang Starla yakini Venus dan Mars digendong oleh sepasang pria dan wanita. Lalu ada Aries di tengah-tengah mereka. "Ini pasti kedua orang tuanya Venus dan Mars." Ada pula foto bertiga, Venus, Mars, dan Aries tampak tersenyum lebar. Starla juga mau ikut foto keluarga lain kali. "Tante Cantik." Venus terbangun sendiri melihat Starla di sana. "Hai Anak Cantik sudah bangun." Dia segera duduk di ranjang dan memeluk Venus. Gadis kecil itu bermanja-manja dalam pelukannya Starla. "Mandi yuk," ajaknya. "Gendong, Tante." Venus semakin manja. "Jangan panggil Tante." "Telus panggil apa?" tanya Venus bingung. Starla sebenarnya ingin dipanggil mama, tapi takut lancang. "Panggil mama, Sayang." Suara dari luar membuat keduanya menoleh. Ternyata ada Aries di dekat pintu. "Oce, Pa. Gendong, Mama Cantik." Venus menuruti tanpa penolakan. Starla mengucapkan terima kasih tanpa suara dan dibalas anggukan Aries kemudian pergi. Papa Tampan tiap detik bikin aku kesemsem. Malam pun tiba, mereka akhirnya makan malam bersama. Ada Nova dan Leo yang sudah tiba dan beberapa kali Nova mengomeli Leo karena mereka berakhir terjebak macet karena Leo mengantar salah satu teman dulu. Makan malam yang sangat hangat sehangat perasaan Starla sekarang. Ini tentu adalah berkah. Beberapa hari ini Starla membayangkan bagaimana menderitanya pernikahan dengan Fabian dan ternyata itu tidak terjadi karena suaminya berganti menjadi Aries Antoine Kavindra. Walaupun masih keluarga yang sama, tapi sifat Aries dan orang-orang di keluarga itu sangat berbeda. Starla tidak terlalu tahu, tapi sepertinya Aries dan mereka punya hubungan yang tidak baik. Selain itu, Starla juga sudah menjadi mama muda. Senang rasanya memiliki anak-anak lucu seperti Venus dan Mars, dia menyukai peran barunya. *** Aries merebahkan dirinya di ranjang sembari berpikir bagaimana sikap yang harus ia tunjukkan kepada sang istri kecil. Ya, istri kecil beda usia mereka saja 11 tahun. Starla masuk ke dalam kamar setelah menidurkan Mars, sedangkan Venus lebih cepat tertidur sebelumnya. Dia berjalan pelan dengan perasaan deg-degan. "Aku tidur di mana, A'?" tanyanya. "Terserah kamu. Di lantai atau di kamar mandi juga boleh." Maksud Aries bercanda, tapi Starla menganggapnya serius. Dia mengambil bantal dan diturunkan. "Eh, mau tidur di mana?" Aries terkejut. "Di lantai A', kalau di kamar mandi entar lebih dingin." Aries hanya bisa mengelus dàda mendengarnya. "Sini, tidur di kasur." "Loh, enggak jadi di lantai A'?" "Starla, tidur di kasur!" ucap Aries kembali dengan nada perintah, membuat sang istri langsung melompat ke kasur. Starla menyelimuti dirinya sendiri sembari matanya tetap mengarah ke wajah tampan Aries. Hari ini ia benar-benar bahagia. Dia berbaring menghadap Aries berharap sang suami juga menghadapnya. Tentu Aries yang dipandang terus seperti itu menjadi risi. "Kamu kenapa belum tidur?" Akhirnya Aries menoleh pada sang istri kecil. "Pemandangan di depan mata terlalu indah sulit untuk dilewatkan," ungkap Starla. Aries sendiri merasa geli mendengarnya. "Ya sudah sana tidur." "Diusap-usap kepalaku, A'." "Manja sekali." Tangan Aries tetap terulur mengusap kepala Starla, tidak lama gadis itu terlelap. Gue kayak ngurus tiga bocah sekarang, batin Aries.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD