3. Damian-Parfum

601 Words
Aroma seseorang sangat melekat menyatu dengan napas... Tak bisa melepaskan... -Damian- Cortessmore Gardens, London...    Damian mengerang keras bangkit dari tidurnya lalu pergi ke ruang olah raga. Hal yang biasa ia lakukan ketika aroma lembut benar-benar menyusup ke napasnya. Seolah ingin menepis hal itu dengan berolah raga. Dengan begitu ia akan menarik dan membuang napas dengan keras.    Berlari pagi mengelilingi kota London sekali pun rasanya mustahil menyingkirkan aroma itu, tapi ia tetap melakukannya lebih sering dari biasanya bahkan setiap hari. Hampir seluruh kegiatan di hari Minggu adalah untuk berolah raga di club bodyguard-nya.    Berhenti sejenak mengambil napas dan menyapa orang-orang yang juga sedang lari pagi.    Mampir sebentar ke club sebelum pulang. Club hanya ada para bodyguard yang berlatih, sementara pelayanan tutup untuk hari Minggu.    Tiba-tiba saja ia menepuk keras pundak Fresley pelatih senior hingga mereka akhirnya adu tinju.    Setelah lima menit saling tangkis. "Aku masih tangguh, Paman!" ucap Damian menggenggam tinju Fresley.    Fresley terkekeh lalu bertolak pinggang sambil mengatur napasnya. "Ada apa dengan dirimu, Nak?"    Damian duduk. Menerima minuman kaleng yang dilempar oleh Niky. "Thanks." Damian meminum kopi kemasan kaleng dingin itu sebelum menjawab, begitupun Fresley duduk di sampingnya sambil menenggang minumannya.    "Aku mengenalmu sejak kecil, dan kau berubah setelah pulang dari Indonesia. Sampai-sampai tidak ingin lagi menjaga siapa pun. Ada apa?"    "Paman, ada banyak hal yang membuat seseorang berubah. Pertama, karena seseorang. Kedua, karena satu kejadian. Ketiga--pengalaman yang mengikat kita untuk selalu mengingatnya, membuat kita belajar, lalu berubah."    "Apa yang kau pelajari, cinta? Kau jatuh cinta pada kecantikan gadis Indonesia seperti ayahmu?"    "Paman, aku ... tidak mengerti apakah ini benar-benar ... cinta? Aku takut suatu saat meninggalkannya karena perasaanku yang belum kuat--itu akan melukainya."    Fresley adalah sahabat Dimitri Danovan ayahnya. Ia yang sempat dititipi untuk menjaga Damian oleh sahabatnya itu, selalu menasihati dan menganggap seperti putranya. Ketika anak itu sudah tumbuh dewasa wajar baginya berubah karena cinta. Saat inilah ia akan benar-benar berperan sebagai orang tua. Ia mengusap kepala Damian.    "Nak, wajar bagimu jatuh cinta di usia sekarang. Ayahmu pun dulu, jatuh cinta karena mengawal Dania, ibumu. Kau pasti sudah tau kisah mereka, kan? Waktu itu ibumu mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan saat pulang kuliah. Tepat saat itu ayahmu melihat dan langsung menghajar yang melecehkannya itu. Sejak saat itu ayahmu diam-diam menjaganya sampai ia benar-benar ada dalam lingkungan kampus. Lama-lama perbuatan ayahmu ketahuan, lalu Dania terkesan dengan apa yang ia lakukan, mereka berkenalan dan akhirnya dekat. Suatu hari Dania butuh seseorang untuk mengawalnya ke suatu tempat yang cukup rawan kejahatan. Ayahmu dengan senang hati mengawalnya. Selama tiga hari mereka pergi ayahmu benar-benar menjaganya. Dan saat Dania ingin membayar, dia menolak. Dia hanya ingin makan malam sebagai imbalan jasa. Saat itulah ayahmu menyatakan perasaannya, ia sangat terkesan pada pesona gadis Indonesia." Fresley menepuk pundak Damian. "Aku rasa kau mengulanginya, Nak."    "Aku belum yakin Paman."    "Apa yang membuatmu yakin selain... jelas-jelas dia selalu ada di matamu?" memicing.    Damian berpikir sejenak. Ia pun tak yakin dengan ucapannya barusan. "Entahlah Paman. Aku bingung harus mulai dari mana. Kalau aku mulai dari sekarang, takut mematahkan hatinya di tengah. Dan, kalau aku terlalu lama memulai ... aku takut membuatnya terluka karena menunggu." Damian tertunduk dalam. "Karena dia ... aku jadi tidak mengenali diriku--sulit menemukan perasaanku. Karena dia--dia teramat berharga untuk sekadar dicintai. Dia pantas ... mendapat yang lebih dari sekadar itu." Mendongak lagi, menarik napasnya frustrasi. "Aku ... sama sekali tidak berharga di sisinya."    Fresley merangkul pundak Damian, menepuknya beberapa kali. "Saat kau sudah menemukan betapa berharga dirimu di matanya--jangan kau sia-siakan dia sedikit pun. Jangan."    Damian tersenyum lega mendapatkan satu nasihat yang tidak membuatnya sia-sia menceritakan apa yang ada di hatinya. ___Bodyguard Series II___ Dian
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD