11. Mengingat masa lalu

1787 Words
Jesika segera melangkah keluar sambil membawa sapu tangan Ando untuk membersihkan air matanya. Sanskar yang saat ini tengah berhadapan dengan Melodi di ruangan pribadi gadis itu sendiri "Ada apa Nona memanggil saya?" Tanya Sanskar berusaha untuk sopan. "Ini. Bagikan gaji bulanan untuk pada para Staf di perusahaan ini," ujar Melodi dengan nada acuh sambil melemparkam beberapa amplop ke hadapan Sanskar," Dan ini berikan pada kakakku. Ini gaji bulanan khusus untuk sekertarisnya, jadi biarkan kakakku saja yang memberikan gaji pada sekertaris barunya itu," Melodi memberikan satu amplop yang lebih besar dari Staf lain." Dan ini gaji milikmu," Tambah Melodi dengan wajah dinginnya. "Nona. Bagaimana jika aku saja yang memberikannya pada Jesika? Lagian. Bukankah itu sama saja. Jesika juga merupakan karyawan di sini bukan," jelas Sanskar. "Urusan Jesika biarkan kakakku yang mengaturnya. kau hanya aku suruh untuk memberikannya pada kakakku saja apa itu terdengar sangat sulit untukmu?" Tanya Melodi dengan iris birunya. "Ba---baiklah Nona. Kalau begitu saya permisi dulu," Kata Sanskar yang langsung meninggalkan ruangan Melodi." Sialan... Selalu saja dia yang mau membuat diriku tidak bisa mendekati para gadis di kantor ini. Apa coba, pakai acara pak Ando yang harus memberikannya pada Jesika lagi. Memuakkan," Batin Sanskar sambil berjalan menunjuk ruangan Ando ****** Melodi tengah mengingat kejadian di dalam mall tadi. Saat dirinya tengah berbelanja. Dirinya lagi - lagi tidak sengaja bertemu dengan pemuda yang 1 bulan yang lalu pernah ia temui. Membuat Melodi harus menahan rasa kesalnya. Ternyata dirinya Kembali di pertemukan lagi. Membuat mood Melodi hancur, sehancur - hancurnya. Itulah sebabnya dia pulang lebih cepat karena rasa kesal yang hinggap dihatinya saat kembali bertemu dengan pemuda itu. **** Flashback On Pada saat itu keduanya berniat untuk mengambil barang yang sama dan perdebatan kecil pun dimulai. Karena barang yang mereka inginkan hanya tinggal satu dan pemuda itu tidak mau mengalah sedikitpun pada dirinya. Membuat Melodi memaki habis - habisan pemuda yang ada di depannya itu, Walau di depan umum sekalipun, Melodi tidak akan peduli. "Kau tahu jika aku bertemu denganmu, aku selalu saja sial dan moodku selalu kau hancurkan dengan begitu mudah. Aku yakin kau pasti sengaja mengikuti aku kan?" Selidik Melodi dengan tatapan tajamnya. "Kau bilang moodmu hancur karena aku? Heeeiii, Nona sombong. Seharusnya aku yang mengatakan hal itu pada dirimu. Kau sangat mudah menghancurkan hariku atau jangan - jangan kau sendirilah yang memang ingin mengikutiku. Ayo ngaku," Balas pemuda itu tidak kalah sombongnya. "Apa? Aku mengikuti dirimu, CK? Melihatmu saja aku ingin muntah apa lagi mengikuti dirimu. Itu bahkan sangat menjijikan bagiku," Balas Melodi tidak kalah pedas." Sekarang berikan itu punyaku. Aku yang duluan menginginkannya," Tambah Melodi sambil berniat untuk merebut sebuah kotak musik yang begitu lucu dan mungil itu. "Enak saja. Aku yang duluan mendapatkannya. Salah sendiri, kenapa dirimu itu pendek," Ejek pemuda itu. "Kau bilang aku pendek? Dasar kau brengsek....,!! Maki Melodi sambil ingin mendorong tubuh tegap si pemuda, tetapi Justru dirinya yang terdorong hingga hampir terjatuh kalau saja pemuda itu tidak dengan cepat menangkap tubuh kecilnya. Sudah di pastikan bila bokong... seksinya akan mencium lantai pada saat itu. Keduanya saling menatap tajam satu sama lain hingga kedua pasang iris biru sebiru lautan itu menatap iris hijau daun milik pemuda tersebut. Posisi mereka membuat beberapa orang bersorak - sorak karena melihat pemandangan indah yang ada di depan mata mereka. Yang terlihat begitu romantisnya itu pendapat mereka semua. "Aku baru sadar dia begitu cantik, Tubuhnya halus sehalus sutra, Mata biru sebiru lautan itu, seakan - akan menghipnotis diriku. Sungguh dia diciptakan begitu sempurna, Tubuh yang indah tanpa cacat sedikit pun,! Batin pemuda itu yang langsung terpesona dengan keindahan di depan kedua matanya. Melodi yang segera tersadar langsung mendorong tubuh si pemuda untuk menjauh darinya. Bukan hanya itu saja, Melodi segera berjalan pergi tanpa berkata apapun lagi. Hatinya tengah menahan rasa kesal dan amarah di hatinya, Melihat Melodi yang sudah mulai menjauh membuat pemuda itu tersenyum tipis "Heiiiii Nona...... Nona MELODI, aku pastikan akan mendapatkan dirimu. Lihat saja,! Teriak pemuda itu sambil tersenyum dengan wajah berbinar cerah Melodi yang merasakan namanya terpanggil pun berbalik badan untuk melihat ke arah belakang. Terlihat pemuda itu memang tengah menatapnya dirinya, dengan sudut bibir tertarik berbentuk Senyuman termanis mungkin untuk dirinya. Flashback Off **** Melodi membuyarkan pikirannya pada sosok pemuda yang tidak ia kenal itu. "Apa. Apaan sih Mel, kenapa kau memikirkan pemuda aneh itu? Menyebalkan, merusak pikiranku saja,! Batin Melodi sambil menggelengkan kepala mungilnya berusaha untuk membuang jauh-jauh sosok pemuda menyebalkan itu. **** Sanskar menghentak - hentakkan kedua kakinya, disetiap langkah kakinya menuju ruangan Ando. Sang atasannya, penuh kebencian yang membara. Sanskar harus berlaku manis pada sosok Ando, Karena Ando adalah atasannya termaksud seorang CEO di perusahan ini. Derajat Ando tidak jauh berbeda dari sosok Melodi adik seorang CEO terkenal si london ini. Bahkan nama Ando Mahabarata sangat dikenal dan di puja - puja oleh semua kaum. Karena nama belakang Mahabarata, adalah warisan dari kedua orang tua Ando dan Melodi, Keluar Mahabarata sangat di kenal baik oleh semua orang karena prestasi dan kecerdasannya. Membuat semua yang mengenalnya menatap iri pada kesuksesan keluarga MAHABRATA tersebut. Kini kecerdasan dari Alm MAHABRATA di wariskan langsung pada keturunan MAHABRATA yaitu Ando Mahabarata dan Melodi Mahabarata. Putra dan putri satu - satunya dari Alm Mahabarata yang terkenal kecerdasannya itu, Mendengar suara intrusi Ando yang menyuruh dirinya untuk segera masuk, membuat Sanskar dengan wajah manisnya masuk keruangan sang CEO. Yang tidak lain adalah atasannya sendiri. "Permisi pak," Sanskar membungkukkan tubuhnya dengan hormat. "Ada apa Sanskar? Apa ada yang ingin kau sampaikan padaku?" Tanya Ando saat dirinya menatap sosok Sanskar sang manajer di perusahannya. "Ini pak. Nona Melodi menyuruh saya untuk memberikan gaji bulanan Jesika langsung kepada bapak" Kata Sanskar sambil menyerahkan gaji milik Jesika pada Ando. "Oh baiklah. Letakkan saja di meja nanti akan aku berikan dan kau boleh pergi sekarang," Ujar Ando yang kembali memulai aktivitasnya yang sempat tertunda tadi. "Baik pak," jawab Sanskar yang segera berjalan pergi meninggalkan ruangan Ando. ***" Saat ini Jesika tengah memikirkan setiap sikap ando pada dirinya. Sikap Ando saat ini sangatlah lembut. Membuat Jesika semakin mengagumi sosok seorang Ando. Bukan hanya mengagumi, tapi lebih terdengar memuja akan ketampanan Ando Mahabarata itu. Pria keturunan jerman itu memiliki ketertarikan tersendiri. "Apa aku tengah bermimpi jika si monster itu sudah mulai berubah menjadi lembut. Dan, Ternyata dia sangatlah tampan jika dilihat-lihat," Ucap Jesika sambil membayangkan wajah tampan Ando dengan iris birunya itu. Di tengah Jesika yang tengah sibuk mengagumi sosok Ando. Suara telepon berbunyi membuat lamunan Jesika lenyap seketika. "Hallo pak," Sapa Jesika dengan nada lembutnya. "Jesika. Bisa ke ruangan Saya sekarang?" Ando bertanya dengan nada datarnya. "Bisa pak. Baik saya akan segera kesana," jawab Jesika." Oh ya ampun, baru saja aku bicarakan, dia sudah menelponku,! Tambah Jesika dengan wajah meronanya, karena rasa malu saat membayangkan wajah tampan Ando. Suara dari dalam menyuruhnya untuk masuk. Membuat Jesika dengan wajah berbinar segera masuk untuk menemui atasan tampannya itu. Jesika berdiri dengan manisnya dihadapan Ando. "Ada, apa, pak? Kenapa, Bapak, memanggil saya?" Tanya Jesika sopan. "Ini gaji bulananmu." Kata Ando sambil memberikan sebuah amplop besar itu kepada Jesika. Jesika dengan bahagianya menerima gaji pertamanya itu dengan binar kebahagiaannya. "Terima kasih pak." Kata Jesika. "Sama - sama. Kau boleh kembali ke ruanganmu sekarang,! Balas Ando dengan wajah datarnya. Jesika yang tengah melamun tentang sosok Ando. Segera keluar dari ruang CEO, dirinya sejak keluar dari ruangan Ando seakan tidak melihat lagi setiap langkah kakinya. Sehingga tanpa di sengaja ia kembali menabrak sosok Melodi yang baru saja ingin menemui Ando. "Maaf Nona, saya tadi tidak sengaja,! Kata Jesika yang mengutuk akan kecerobohannya itu. "Kau tidak perlu memakai koma dalam bicara mu itu, cukup dengan nada pelan dan lembut nanti juga terbiasa,! Kata Melodi sambil memberikan penjelasan yang maksud akal. "Baik Nona. Lalu berapa nilai saya. Saat ini?" Tanya Jesika yang sangat ingin tahu. "Mungkin 97%,! Jawab Melodi singkat dan padat. "Apa. Dikit sekali Nona, kenapa tidak langsung 100% saja sih," Protes Jesika penuh pemohonan. "Mencapai 100%, bukanlah hal yang mudah, 100% akan kau dapatkan suatu hari nanti. Sudah sana kembali ke ruanganmu," Ucap Melodi sambil berjalan masuk ke ruangan Ando. "Ya ampun 97%, kapan 100% nya ini. Iiihh sebel," Kata Jesika dengan wajah cemberut sambil melangkah pergi menuju ruangannya. Tidak disadari Jesika jika Melodi ada dibalik pintu tersebut, tentunya sedang melihat dirinya dari kejauhan. "Kau akan menjadi umpanku untuk mencari bukti tentang kematian seseorang di masa laluku. Maaf, karena harus melibatkan dirimu dengan masa laluku," Batin Melodi sambil menghapus air mata di wajah cantiknya, dirinya selalu saja mengingat tentang masa lalu itu. Dimana kesedihan dan air mata menghiasi tanpa dirinya inginkan. "MEL. Kau sedang melihat apa?" Tanya Ando saat melihat sang adik tidak juga kunjung masuk untuk menemui dirinya." Ayo. Sebaiknya kita masuk saja," Tambah Ando sambil menarik Melodi untuk ikut bersamanya. "Tidak ada kak. Aku tidak melihat apapun, oh iya kak, aku kesini hanya ingin duduk bersama kakak saja dan memeluk kakak sepuas hatiku. Kak bolehkah aku meminta di peluk oleh kakakku sendiri?" Tanya Melodi dengan wajah sedihnya. Ando menatap wajah Melodi yang terlihat sekali ada bulir air mata di bawah kelopak mata adik tercintanya itu. "Tentu Sayang. Kapanpun kau menginginkannya pelukan kakak selalu siap siaga untuk dirimu," Balas Ando sambil membawa Melodi ke dalam pelukannya. Ando tahu, ada sesuatu hal yang membuat wajah adiknya nampak begitu sedih. "Terima kasih kak. Terima kasih hiks," Balas Melodi hingga pertahanan Melodi pun runtuh saat berada di dalam pelukan kakak kesayangannya itu. "Jangan menangis Sayang, Kakak tahu kau pasti sedang mengingat masa lalumu bukan? Dengarkan kakak, dia sudah bahagia di atas sana dan kau juga harus bahagia dengan melanjutkan hidupmu,! Ucap Ando memberi sebuah dukungan pada adik kesayangannya itu. "Tidak. Itu tidak semudah itu kak, Mungkin bagi kakak itu mudah. Tapi bagaimana dengan aku? Aku sakit kak, aku hancur. Hancur ketika melihat kematiannya di depan kedua matamu," Balas Melodi lirih sambil menangis dalam pelukan Ando. Menyakitkan memang, apalagi rasa sakit yang ternyata selama ini berusaha untuk ia pendam seorang diri. "Kau bilang kakak semudah itu melupakan hal yang ada di masa lalu? Kau salah Sayang, sampai kapanpun itu tidak akan pernah mudah bagi kakak. Kakak juga sakit dan hancur sama seperti yang kau rasakan. Kita sama - sama hancur karena ditinggalkan oleh cinta kita yang masih berbekas di dalam hati kita. Bahkan sampai saat ini tidak ada yang berubah semua akan tetap sama," Balas Ando menghapus air mata Melodi dengan ibu jarinya, begitu pun Ando menghapus air mata di wajah tampannya. "Kakak masih merindukan dirinya? Aku kira, kakak sudah lama melupakannya," Ujar Melodi saat ia menghentikan kata - katanya. "Tentu saja kakak masih merindukan dirinya, bahkan sampai sekarang hati kakak hanya untuk dirinya seorang,! Balas Ando sambil tersenyum tipis akan kesedihan yang berusaha keduanya tahan. Meskipun. Luka Akan selamanya ada, tetapi. Mereka akan berusaha untuk menyembunyikan luka itu, luka yang membuat mereka menangis. Menangis karena rasa kehilangan. TBC,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD