12. Italia

1993 Words
Hari demi hari, bulan demi bulan. Tidak terasa Jesika sudah bekerja 5 bulan di perusahan Mahabarata ini dan kini kelakuan Jesika sudah berubah total dan juga dirinya sudah sangat berbeda dari 5 bulan yang lalu. Sejak ajaran Melodi pada dirinya, Kini Jesika bisa berbicara dengan lancar tanpa embel-embel kesalahan apapun. Sedangkan Sanskar semakin kesal saat melihat perubahan jesika yang berubah seratus delapan puluh derajat itu. Ando dan Jesika tengah duduk bersama membahas soal proyek baru di luar kota yang akan mereka lakukan. "Oh iya, minggu depan aku akan ke luar kota, Kau pun harus ikut aku untuk membantuku disana. Kau bisakan. Jesika?" Tanya Ando sambil menatap wajah cantik Jesika. "Tentu bisa pak. Berarti minggu depan aku harus bersiap - siap," Balas Jesika dengan wajah berbinar karena akan pergi berdua dengan sosok Ando. "Iya. Oh ya, Jesi. Bisakah kau buatkan aku kopi seperti biasa?" Tambah Ando. "Tentu bisa pak," Balas Jesika. Setelah mengatakan hal itu. Gadis itu langsung melakukan apa yang diminta oleh Ando. **** Jesika di dalam dapur sedang mengaduk-aduk kopi hitam tanpa gula untuk Ando. Tanpa Jesika sadari, Sanskar memperhatikan setiap gerak geriknya saat tengah mengaduk secangkir kopi, Sanskar berjalan pelan dan setelah berada di belakang tubuh Jesika. Tanpa meminta izin terlebih dahulu Sanskar dengan lancangnya memeluk Jesika begitu erat. Sontak saja Jesika tersentak kaget dan hampir menjatuhkan cangkir kopi yang ia buat itu. "Pak Sanskar, apa yang bapak lakukan? Bapak sungguh tidak sopan padaku," Bentak Jesika mulai merasa tidak suka akan sosok Sanskar yang suka berlaku kurang ajar pada dirinya. "Aduh Jesika. Kau ini kenapa? Setiap kali aku ingin romantis kepada dirimu kau selalu sok jual mahal padaku, aku tahu kau menginginkan ini dariku bukan," Jawab Sanskar dengan nada penuh percaya diri yang amat begitu besar itu. "Berapa kali aku harus mengatakan ini pada anda, Jika aku tidak menyukaimu bahkan jatuh cinta padamu saja itu tidak akan mungkin. Bagaimana mungkin aku menginginkan keromantisanmu, sedangkan aku tidak pernah menginginkan anda." Balas Jesika penuh penekanan di akhir kata dan berjalan meninggalkan Sanskar begitu saja. "Ck... Sombong sekali gadis itu, Lihat saja akan aku beri kau pelajaran nanti. Hahaha, sebelum aku mencicipi tubuhmu itu. Tidak akan aku biarkan kau loros begitu saja sayang." Batin Sanskar dengan wajah menyerigai dengan tatapan tajamnya. siapa sangka jika 3 bulan ini tingkah Sanskar sudah sangat keterlaluan, Sanskar berusaha melecehkan Jesika ketika Jesika sedang sendirian. Jesika sudah mulai memahami sikap sosok Sanskar yang mulai bersikap kurang ajar kepada dirinya, Jesika mulai memahami kata - kata dan peringatan dari adik atasannya untuk menjauhi sosok Sanskar. "Kurang ajar. Pak Sanskar memang sudah kehilangan akal sehatnya, dia mulai melewati batasannya padaku. Akan aku beri pelajaran dia nanti, awas saja,! Batin Jesika menahan rasa jijik pada sosok Sanskar. Jesika masuk ke ruangan Ando sambil membawa baki berisi kopi hitam tanpa gula di dalam cangkir. "Kau kemana saja? Kenapa lama sekali, hampir setengah jam aku menunggumu?" Tanya Ando heran. "Maaf pak, ini semua gara - gara pak sa...," Ucapan Jesika segera ia potong begitu saja." Ini pak, kopi anda,! Tambah Jesika yang berusaha untuk mengalihkan pertanyaan Ando. "Maksudmu apa? Kenapa kau memotong kata-katamu itu jesika,? Tanya Ando yang ingin tahu. "Bu----bukan apa-apa kok pak," Ucap Jesika cepat." Ingin sekali aku beritahu pak Ando akan semua kelakuan pak Sanskar terhadap diriku. Tapi, aku Ini siapanya? Aku bukan siapa-siapanya jadi tidak sepantasnya aku mengadu padanya bukan," Batin Jesika bertanya siapa dirinya bagi Ando, membuat kesedihan Jesika semakin menjadi saja. "Sejak 3 bulan ini Nona Melodi sudah tidak pernah ke kantor lagi, biasanya dia selalu menolongku,! Batin Jesika mengingat sosok Melodi yang menghilang tanpa kabar itu. "Oh iya. Apa kau ingin ikut makan siang bersamaku?" Tanya Ando saat menatap Jesika yang saat ini tengah melamun itu." Jesi. Jesika?" Panggil Ando sambil menepuk pelan pundak Jesika, Sontak hal itu membuat Jesika tersadar dari lamunannya. "I---iya pak. Ma---maaf pak aku tadi sedang melamun, jadi tidak mendengar panggilan bapak," Jawab Jesika yang merasa tidak enak hati pada Ando yang sudah baik kepada dirinya selama ini. "Tidak apa-apa, ada apa? Kenapa aku lihat kau kebanyakan melamun sejak beberapa minggu ini. Sikapmu berbeda dari biasanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ada yang tengah kau pikirkan. Kau bisa ceritakan apapun padaku,! Kata Ando yang siap mendengar masalah yang mungkin sedang menganggu pikiran gadis itu. "Oh ti... tidak pak, a---aku hanya merindukan Nona Melodi saja,! Kata Jesika berbohong. "Oh Melodi, Kebetulan dia membawa putriku ke Jerman. karena di sana sedang ada masalah soal butiknya, Kau tahu kan dia seorang desainer. dia sudah tinggal begitu lama di london hampir 4 tahun jadi wajar saja dia sekarang sibuk di jerman," Balas Ando saat mengingat sosok adik dan princess kecilnya itu. "Oh begitu pak. Tapi pak, kenapa bapak membiarkan Nona Melodi membawa si lucu Tania itu?" Tanya Jesika saat mengingat sosok Tania yang sering bermain dengan dirinya, tapi sejak Tania ikut pergi ke jerman. Jesika tidak dapat bertemu dengan si lucu Tania lagi. "Ya, kalau Tania tidak ikut adikku. Lantas putriku mau ikut siapa?" Ujar Ando sambil meraba bingkai foto dirinya, Melodi dan juga Tania kecilnya. Jujur, Ando sungguh merindukan sosok putri kecilnya itu. Terutama, adiknya. "Ya, ikut bapak saja. Kan bapak, Papanya Nona Tania,! Balas Jesika saat menatap wajah tampan Ando. "Aku sibuk di kantor. Urusan Tania adalah urusan Melodi sejak kelahiran Tania di dunia ini, jujur. Melodi lah yang menjaga Tania sejak ia masih berbentuk bayi merah. Itulah, sebabnya. Tania sudah menganggap Melodi sebagai Mama keduanya,! Kata Ando. "Memangnya, Mama Tania kemana pak?" Tanya Jesika yang tentu saja penasaran. Terlihat Ando yang mendengar pertanyaan Jesika segera membuang mukanya. Seakan tidak ingin menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis yang ada di hadapannya itu. "Jangan pernah kau bertanya soal itu. Urus saja pekerjaanmu jangan ikut campur urusan orang lain,! Balas Ando dengan nada datarnya, padahal. Pria itu tengah menahan rasa sakit di dalam hatinya. Ando berjalan pergi tanpa ada niatan untuk menoleh lagi. "Ada apa dengan pak Ando? Setiap aku bertanya. itulah jawaban yang akan ia berikan padaku, padahal aku juga ingin tahu persoalannya,! Batin Jesika. Sejak 3 bulan ini, keduanya memang semakin dekat. Hanya saja, kata cinta tidak pernah terucap dari bibir kedua insan ini, Sedangkan Sanskar. Berusaha untuk menyusun rencana untuk menghancurkan Ando. Entah apa yang ada di otak pria itu, sejak 3 bulan ini dirinya semakin nekat saja. Membuat rencana demi rencana, Berniat menghancurkan hubungan yang kini sedang di bangun oleh keduanya. Meski, sosok Ando belum sepenuhnya terbuka untuk menceritakan masa lalu keramnya kepada sosok Jesika yang setiap hari selalu berada di dekatnya. Keduanya sedang duduk di sebuah restoran menikmati makan siang bersama. Keduanya memang sering kali ditemukan berduaan. "Oh iya, besok ingat jangan lupa bersiap - siap. Soalnya aku akan menjemput dirimu besok," Kata Ando sambil meminum teh di dalam cangkir. "Baiklah pak. Oh iya, apa kita hanya berdua saja pak?" Tanya Jesika. "Tentu tidak, kita pergi bersama Sanskar. Jika disini ada adikku. mungkin aku akan mengajak adikku untuk ikut berlibur, tapi kau kan tahu dia sibuk di jerman," Ucap Ando sambil menyuap 1 sendok pasta ke dalam mulutnya "Kenapa pak Sanskar harus ikut, bisa - bisa aku di ganggu setiap hari oleh dirinya, Oh ya tuhan. Bantu aku. lindungi aku dari si brengsek... itu,! Batin Jesika ketakutan. "Kenapa diam? Ayo dimakan," Ando memberikan sebuah senyuman tipis pada gadis yang ada di hadapannya. "I... iya pak." Keduanya sama sekali tidak sadar jika Sanskar tengah mengikuti mereka sambil mengintip dari kejauhan "Jesika mungkin sekarang kau boleh saja sok jual mahal padaku. Tapi yang jelas entah besok atau lusa tubuhmu akan aku nikmati di kota cinta kita sayang." Batin Sanskar dengan wajah jahatnya." Dan pak Ando pun tidak bisa menolong dirimu sayang," kata Sanskar penuh percaya diri. ****** Pagi-pagi Ando, Jesika dan Sanskar sudah duduk di dalam mobil. Ando dan Jesika duduk di belakang kemudi. Dan Sanskar tentu saja menjadi supir pribadi Ando, Tadinya Sanskar ingin protes tapi tentu jika dia protes dia akan terkena masalah. Ando, jesika dan Sanskar menuju bandara untuk melakukan penerbangan menuju italia. "Oh ya Sanskar. Apa kau sudah pesan hotel untuk kita menginap disana?" Tanya Ando yang sibuk menatap jalan raya. "Sudah pak," Jawab Sanskar sambil menatap Jesika lewat kaca depan kemudi. Membuat Jesika sedikit risih saat di tatap sedemikian rupa. "Oh ya pak. Kapan Nona Melodi akan kembali?" Tanya Jesika sekedar untuk mengalihkan tatapan matanya. Kini jesika lebih memilih fokus untuk menatap Ando daripada menatap pria brengsek.... yang saat ini tengah menatap dirinya tanpa berkedip. "Aku belum tahu, sejak dia disana tidak ada kabar dari adikku, mungkin dia sibuk." Balas Ando Sambil memainkan ponsel mahalnya. "Astaga. Jika begini bisa - bisa pak Sanskar yang kejam ini akan menggangguku tanpa henti," Batin Jesika menatap Sanskar dengan tatapan tidak suka. ***** Ketiganya sudah sampai 10 menit yamg lalu, Kini ketiganya menuju ke sebuah hotel tempat penginapan mereka, Mobil jemputan telah membawa mereka menuju hotel tersebut. Ketiganya telah berada di kamar hotel di lantai 27. "Kalian istirahatlah, Karena besok pagi kita akan menuju lokasi proyek baru kita," Kata Ando. "Baiklah kalau begitu pak, saya permisi masuk dulu," Ujar Jesika yang langsung masuk dan tidak lupa gadis itu segera mengunci kamar hotelnya, Begitupun Ando segera masuk disusul Sanskar yang ikut memasuki kamar hotel mereka masing-masing. Ya, kamar hotel mereka bersebelahan. Ando yang kelelahan segera berbaring di kasur lembut miliknya itu. "Oh ya tuhan, aku sungguh merindukan putriku dan juga adikku. Bagaimana kabar mereka ya sekarang," Batin Ando sambil mengambil ponselnya dan berniat melakukan video call. Terlihat Tania sedang menikmati es krim miliknya itu. Dengan porsi es krim yang bisa dikatakan jumbo. "Hai papa," Sapa Tania sambil melambaikan tangan mungilnya pada Ando. "Hai Sayang, kau sedang apa nak? Apa kau betah disana?" Tanya Ando yang tengah tersenyum saat menatap putri kecilnya yang terlihat baik - baik saja. "Uhh. Tania tentu betah dong pah, Papa tahu tidak. Jika setiap hari Tania bisa makan es krim apa saja yang Tania mau. selalu diberikan oleh tante Loh," Kata Tania dengan wajah lucu dan polosnya saat menjawab setiap pertanyaan Ando. "Sayang. Tania jangan banyak makan es krim, nanti Tania bisa sakit lagi," Ujar Ando dengan nada cemasnya. "Aah. Papa tenang saja Tante selalu menjaga Tania kok. Jadi, Tania gak bakal sakit," Balas Tania dengan nada enteng. "Oh ya Sayang. Dimana Tantemu? Kapan kiranya kalian akan pulang?" Tanya Ando yang tengah mencari - cari sosok Melodi. "Aku belum tahu kak. Disini, semua nampak kacau balau, Hampir saja hancur. Kakak tahu sendiri, gara - gara hampir 5 tahun aku tidak melihat kondisinya, butik ini hampir saja gulung tikar," Ucap Melodi yang muncul dibalik layar ponselnya. "Sudahlah Mel, kau tutup saja butikmu itu dan kembali ke london," Kata Ando mencoba untuk mengubah keinginan dari gadis itu. "Oh itu tidak mungkin kak, kakak tahu tempat ini mempunyai kenangan terindah dalam hidup kita kak," Tolak Melodi dengan cepat. "Tapi. Kakak kesepian tanpa kalian,! Balas Ando "Kan masih ada sekertaris kakak. Bukan, apa kakak benar-benar berada di italia sekarang?" Selidik Melodi. "Iya Mel. Kakak disini melanjutkan proyek baru kita yang akan di bangun di kota ini," Balas Ando pasti. "Oke kalau begitu. Jaga diri kakak baik - baik, aku disini akan sangat merindukan kakak, Kakak aku akan usahakan untuk segera pulang," Kata Melodi dengan senyuman manisnya. "Baiklah. Kakak akan tunggu kepulanganmu itu, Kau. Jangan lupa jaga kesehatanmu disana dan juga jaga Ta....! Ucapan Ando dihentikan oleh Tania dengan cepat. "Papa. Papa... Tania cuman mau bilang sama papa jika Tante Melodi sering mendapatkan kiriman bunga mawar merah loh pah, Bahkan setiap hari ruangan Tante penuh dengan mawar merah," Cerita Tania yang tengah mengadu pada Ando. "Apa. Tania bilang Tante Melodi sering mendapatkan kiriman mawar merah? Sayang itu kiriman dari siapa?" Selidik Ando yang sedikit penasaran. "Tania. Tidak begitu tahu pah, Tapi Ta.....! Ucapan Tania dihentikan langsung oleh Melodi. "Kakak. Sudahlah, tidak perlu mempedulikan ucapan Tania, Itu hanya kiriman dari teman lamaku saja kok kak,! Balas Melodi mencoba untuk menyembunyikan tentang bunga - bunga mawar yang ia dapat setiap pagi. "Baiklah kalau begitu. Tapi ingat, jaga dirimu baik- baik ya," Pesan Ando sambil mematikan video callnya saat dirinya sudah mengucapkan bye-bye kepada putri kecilnya itu. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD