8. Rencana Sanskar

1280 Words
Di persimpangan jalan raya. Mobil sport hitam dan mobil sport berwarna silver saling berhadapan, Hampir saja kedua mobil itu bertabrakan jika kedua mobil itu tidak segera menghentikan laju mobilnya mereka masing-masing. Kedua pemilik mobil sport keluaran terbaru dan termahal. Kedua sosok dari pemilik masing - masing mobil keluar dengan gaya angkuh dan arogannya. Mobil sport berwarna silver itu milik seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobilnya dengan kaca mata hitam yang melekat di hidung mancungnya saat ini. Begitu pura dengan pemilik mobil sport berwarna hitam pekat itu. Keluar sesosok gadis mungil dengan anggun dan feminimnya. Dengan tatapan biru sebiru lautan itu, Keduanya saling berhadapan satu sama lain. Sang pemuda membuka kaca mata hitam yang melekat di hidup mancungnya itu, Seketika iris mata hijau daun itu menatap sosok gadis yang memiliki iris mata sebiru lautan tersebut. Keduanya menatap dengan tatapan yang sulit di artinya oleh semua orang, Satu menatap tajam dan arogannya dan lainnya menatap dengan wajah datar yang menghiasi wajah cantik itu. "Apa kau tidak punya mata? Apa kau tidak bisa mengendarai sebuah mobil saja?" Suara datar seorang gadis pemilik mobil sport bewarna hitam itu dan menatap penuh emosi pada sosok pemuda pemilik mobil sport bewarna silver Tersebut. "Apa kau bilang? Aku tidak punya mata, tidak bisa mengendarai mobil, Seharusnya kata - kata itu untuk dirimu Nona," Bentak pemuda itu dengan iris mata berwarna hijau daunnya, seakan - akan juga ikut terpancing emosi tersendiri saat melihat betapa sombongnya gadis yang berada di depannya itu. "Kau bilang kata - kata yang aku ucapkan itu lebih pantas ke arahku? Heiiii. Kau, seharusnya kau sadar siapa yang bersalah disini. Kau atau aku," Sang gadis seakan tidak mau kalah, gadis itu bahkan ikut membentak sosok pemuda yang ada di hadapannya saat ini. "Wah. Wah. Kau sungguh sombong Nona, Jelas - jelas ini salahmu enak saja kau menyalahkan aku, Lihatlah. Ini bukan jalan nenek moyangmu. Jadi aku tentu saja bisa mengendarai mobilku sesuka hatiku, Bahkan kemanapun aku mau," Ujar pemuda itu, sambil menunjuk - nunjuk wajah cantik sang gadis "Kau berani menunjuk aku dengan jari jelekmu itu. hah,! Bentak gadis itu dengan wajah memerah, karena dirinya paling anti di tunjuk dengan sebuah jari saja. karena bagi dirinya itu adalah sebuah penghinaan tersendiri. "Kenapa tidak. Kenapa aku tidak berani menunjuk dirimu? Memangnya kau seorang tuan putri yang harus di hormati, CK. CK. bermimpi saja kau,!!! nada sinis si pemuda. "Beraninya ka..." Ucapan si gadis terhenti, mendengar suara kecil itu yang tengah memanggil dirinya. "Tante. Tante MELODI, kenapa marah - marah dengan paman ini?" Tanya Tania saat menunjuk sosok pemuda itu. Ya, si gadis itu tidak lain adalah sosok MELODI yang sedang termakan amarah di hatinya. Terlihat Tania berlari memeluk kaki mulus MELODI yang berdiri bagai seorang model papan atas. "Hah.... Tidak apa - apa barbie, Tante itu hanya memberi sedikit pelajaran pada paman jelek itu,!! Kata Melodi menunjuk sinis pada sosok pemuda yang tengah berdiri dihadapan mereka. Si pemuda tergagap karena dikatai jelek, Selama ini yang ia tahu. Semua para gadis memuji ketampanannya, tapi tidak pada gadis sombong yang ada di hadapannya itu. "Tapi Tante. Paman itu tidak jelek kok, Paman itu sangat tampan seperti Tante yang juga cantik,!!! Puji Tania dengan senyuman manisnya saat menatap pemuda itu. Sang pemuda segera memperbaiki jas kemeja putihnya sambil tersenyum manis karena di puji oleh seorang gadis kecil. "Kau lihat? Keponakan cantikmu ini saja memuji ketampananku, tidak seperti dirimu yang tidak mau mengakui jika sebenarnya aku ini tampan," Kata pemuda itu dengan sombongnya. "CK. Bermimpi saja dirimu. Keponakanku ini masih polos dia tidak bisa melihat kejelekan yang ada pada dirimu itu," Balas Melodi dengan senyuman miringnya." Ayo Barbie, kita pulang saja. Tante berasa ingin muntah disini saat harus melihat orang yang tidak tahu malu seperti dirinya, yang berani mengaku - ngaku dirinya itu tampan.! Ucapan Melodi tersirat sebuah sindiran untuk pemuda itu. Sang pemuda menatap Melodi yang berjalan dengan anggunnya, memasuki mobil sportnya tanpa terlebih dahulu menatap dirinya lagi. Mobil melaju meninggalkan lokasi tersebut, pemuda itu menatap tajam pada mobil berwarna hitam itu Yang baru saja dikendarai oleh gadis tersebut. "Kau mungkin bisa sombong padaku. Tapi lihat saja, Kau akan memuji ketampananku nanti dan mungkin kau akan jatuh cinta padaku. Aku pastikan itu," Kata pemuda itu dengan senyuman miring sambil memasuki mobil sport miliknya dan berjalan pergi. **** Jam pulang kantor telah tiba, Jesika masih belum keluar dari gudang karena pekerjaannya masih sangat banyak di dalam sana. Tubuh Jesika nampak begitu letih karena sejak tadi pekerjaannya tidak kunjung selesai. "Gila. Sampai kapan ini akan selesai? Ya ampun, jam pulang kantor telah tiba dan aku belum juga bisa pulang. Tolong aku tuhan," Batin Jesika menahan lelah. Sanskar yang melihat Jesika nampak lelah hanya bisa tersenyum sinis dibalik pintu gudang. Semua para staf kantor dan juga Ando telah pulang terlebih dahulu, Jesika di dalam gudang sendirian sambil membereskan dokumen dan file yang masih setengah pekerjaannya lagi. Terlihat sekali masih berantakan dimana-mana terutama di lemari dan meja - meja yang berdebu "Huh, capek sekali ya tuhan." Adu Jesika sambil menghapus keringat di dahi dan lehernya." Kapan ini selesai, aku sendirian di kantor tanpa ada siapapun yang bisa aku mintai tolong. Hiks. Ca...!!! Jesika menatap sisi pintu dirinya bisa melihat sosok Sanskar yang tengah berjalan memasuki gudang. "Tenang saja, aku masih disini kok. Aku tahu kau di hukum oleh pak bos, Aku kasihan pada dirimu, kau salah saja tidak tapi dihukum begitu," Ujar Sanskar sambil duduk dekat - dekat dengan Jesika. "Entahlah pak. Memang dasar tiang listrik itu terlalu kejam padaku, pak. Hiks..," Kesal Jesika dengan nada pilunya. "Kau tenanglah, aku akan membantu dirimu. Biar pekerjaanmu cepat selesai," Kata Sanskar sambil memeluk pinggang ramping jesika mencari kesempatan dalam kesempitan tentunya. "Apa yang tengah bapak lakukan? Tolong jaga sikap anda," Jesika mendorong menjauh tubuh Sanskar. Gadis itu berusaha untuk menahan rasa kesalnya. Sanskar yang di dorong Jesika hanya bisa menahan amarah karena mendapatkan penolakan lagi dari gadis itu. "Sial. Gadis ini, sungguh sombong dan sok jual mahal padaku," Batin Sanskar gemas," Ma---maaf Jesika, ta---tadi itu aku hanya berniat melindungi dirimu dari nyamuk saja Tapi kau malah salah paham padaku begitu. Maaf ya." Kata Sanskar dengan nada berpura - pura bersalah. "Ti----tidak apa - apa pak, Sebaiknya bapak pulang saja aku ingin menyelesaikan pekerjaanku agar aku bisa pulang lebih cepat," Ucap Jesika sambil memulai merapikan semua dokumen. "Awas saja, cepat atau lambat kau akan jatuh dalam pelukanku. Tubuhmu begitu seksi... Ternyata, Jesika. Wow, dan kau sangat polos, Dulu aku menyukai Nona Melodi tapi aku di tolak mentah - mentah, entah apa yang kurang dari diriku ," Batin Sanskar mengingat masa lalu. Ya, Sanskar pernah mengejar sosok Melodi. Adik dari atasannya, tapi sayangnya sosok MELODI seakan - akan tidak tersentuh olehnya. tidak terasa sudah pukul 7 malam, Jesika masih saja belum menyelesaikan tugas yang diberikan oleh atasannya itu. Sedangkan Sanskar, berulang kali mencoba terus mendekati Jesika berbagai rayuan maut pun Sanskar lakukan. "Malam ini kau akan menjadi milikku Sayang," Sanskar memasukan obat.. perangsang.. ke dalam minuman yang ingin ia buat untuk Jesika. Sedangkan Jesika dengan polosnya tidak menaruh curiga pada sikap Sanskar malam ini. "Jesi, Ayo. Minum dulu kau pasti lelahkan sejak tadi bekerja, ayo minumlah dulu, Aku sengaja membuatkan ini khusus untuk dirimu," Kata Sanskar berusaha untuk bersikap ramah. "Terima kasih Pak Sanskar, kau sangat baik aku memang haus sejak tadi," Ujar Jesika dengan keringat yang membasahi pelipisnya. "Sama - sama, ayo di minum dan habiskan. Biar kau lebih bertenaga lagi nanti," Ujar Sanskar dengan tatapan menyeringai." Jesika, kau ini sangatlah polos sekali. Malam ini Tubuh indahmu akan menjadi milikku seutuhnya ha-ha-ha," Batin Sanskar dengan senyuman sinisnya. Jesika membalas senyuman Sanskar dan tidak lupa Jesika melangkah untuk mengambil minuman yang sempat Sanskar bawakan untuk dirinya. Terlihat sekali dari wajah Jesika yang terlihat kehausan. TBC,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD