7. Hukuman

1587 Words
Cukup lama sosok jesika terhipnotis oleh iris biru milik gadis yang berada di hadapannya itu. Melodi menatap tajam pada dirinya, seakan-akan dirinya adalah seekor tikus kecil yang tertangkap basah saat mencuri. "Ma----maksud nona apa? Saya sudah kehilangan Akal sehat saya, begitu?" Tanya jesika yang seakan tidak terima atas ucapan Melodi pada dirinya barusan." Nona, saya ini masih baik-baik saja. Saya bahkan tidak tahu apa kesalahan saya, sehingga hal itu membuat monster dingin itu marah padaku," Kata Jesika dengan tatapan polosnya, seakan - akan dirinya tidak berdosa saat ini. "Apa yang kau lakukan saat ini bukannya membuat kakakku sadar justru sebaliknya. Kau bisa di cekik oleh kakakku, kau paham itu,!! Nada bicara Melodi mulai terdengar marah. Gadis itu bahkan tidak segan-segan untuk membentak gadis polos yang ada di hadapannya itu. "Apa. Berani sekali dia mau mencekik saya, yang ada saya cekik balik dia No.... Ups, Ma---maksud saya itu euhm. Bukan begitu Nona, saya ha....," Jesika menutup bibir mungilnya karena bingung dengan apa yang harus ia katakan. "Cukup. Cukup. Cukup, kau ini kenapa? Kau ini niat bekerja apa hanya ingin melawan, hah?" Tanya Melodi dengan wajah datarnya. "Tentu saja ingin melawan dong Nona, enak saja kepala es beku itu bisa memarahi saya seenak jidatnya. Dia kira aku takut pa.... Upsss," Jesika segera menutup bibirnya karena lagi-lagi ia keceplosan." Saya minta maaf Nona, saya memang suka ceplas ceplos be---gini ma---afkan saya," Gugup Jesika saat menyadari kesalahannya itu. "Pantas saja jika kakakku suka mengamuk akhir - akhir ini. Ternyata itu semata-mata karena ulahmu, Apa kau tidak bisa bekerja secara profesional sedikit saja, Jesika? Kenapa kau suka membuat kakakku marah padamu. Apa sebabnya, apa yang kau inginkan dari semua ini. Apa kemarahannya itu adalah sesuatu hiburan bagimu?" Pertanyaan MELODI membuat Jesika bingung untuk menjawabnya. "Tidak ada apapun nona, hanya saja saya tidak suka melihat sikap din ..," Jesika menundukkan kepalanya takut-takut, saat dirinya bisa melihat tatap Melodi pada dirinya. Yang seakan - akan ingin menerkamnya secara hidup-hidup. "Hari ini mungkin aku bisa menyelamatkan dirimu dari kemarahan kakakku. Tapi esok hari, entahlah. Hanya tuhan yang akan tahu kapan kobaran api itu membakar dirimu," Ucap Melodi sambil berjalan pergi tanpa menatap sosok Jesika lagi. "Lihatlah, adik dan kakak itu sama saja. Sama-sama seperti es beku, Jika marah sangat menyeramkan. huff." Cicit Jesika sambil berjalan masuk ke dalam ruangannya. Disisi lain Ando baru keluar dari ruang rapatnya, pria itu berusaha untuk menahan emosi yang sudah siap meledak kapan pun dia inginkan. "Hari ini, akan aku beri pelajaran pada gadis kurang ajar itu, Berani - beraninya dia menghinaku di depan rekan bisnisku. Benar-benar gadis kurang ajar," Batin Ando sambil berjalan dengan tatapan tajamnya, Disisi lain Sanskar begitu girang karena ia berhasil membuat Ando semakin marah hari ini. "Ha-ha-ha. Bagus Jesika, semakin kau seperti ini semakin pura kau di benci oleh pak Ando dan aku suka itu. Jadi kau tentu saja akan menjadi milikku seutuhnya, milik seorang Sanskar," Ujar Sanskar dengan senyuman liciknya, pria itu berjalan memasuki ruang kerjanya. Ando segera menelpon Jesika dengan telepon kantor yang akan langsung terhubung ke ruangan sekertarisnya itu. "Keruanganku segera," Kata Ando dengan nada datar disetiap kata. "Baik pak," Jesika menutup telepon dan segera keluar menuju ruangan milik atasannya. Tok! Tok! Tok! Pintu ruangan di ketuk dari luar oleh Jesika. Jesika tentu masih mengingat perkataan Ando pada dirinya. "Masuk (suara Ando dari dalam) "Permisi pak. Anda memanggil saya?" Tanya Jesika penuh curiga," Lihat, aku yakin dia pasti berniat memarahi diriku. Lihat muka monsternya itu, nampak sekali dia memang tengah menahan amarahnya," Suara lirih Jesika yang tentu saja dapat di dengar oleh Ando. "Apa kau bilang. Aku monster? Berani sekali kau...!!! "Maksud saya film yang saya tonton tadi, pak,!!!! Jesika berusaha untuk tersenyum manis walau itu hanya kebohongan belakang saja. "Benar - benar sudah kelewatan batas gadis ini. Lihat apa yang akan aku lakukan pada dirinya hari ini," batin Ando dengan seringai kejam." Hari ini, aku mau kau membersihkan gudang di kantor ini. Aku mau semua dokumen dan file tersusun rapi sesuai tanggalnya. Dan aku tidak ingin mendengar kata salah, salah sedikit saja kau akan aku pecat," Ujar Ando dengan nada kejamnya. "APA," Jesika tentu saja kaget." Apa sangat ba---banyak pak?" Tanya jesika harap-harap cemas, pasalnya ia sudah lelah dan di dalam otaknya adalah. Ia ingin segera tiba di apartemennya dan bisa beristirahat sejenak. "Ya, lumayan banyak," Jawab Ando dengan senyuman puas, karena dirinya berhasil memberi hukuman pada gadis yang ada di hadapannya itu. Padahal dokumen dan file yang berada di dalam ruangan itu tidak terlalu penting, Tapi Ando yang sengaja membuat berantakan semua dokumen dan file itu. tentunya untuk memberi sebuah hukuman pada Jesika. Memang hukumannya itu hanya hukuman biasa bagi sosok Ando. Lain hal dengan Jesika yang ia anggap itu terlalu menyiksa dirinya "Ingat. Aku mau kau merapikan itu semua sampai selesai baru kau boleh pulang. Kau paham kan Jesika?" Ujar Ando sambil menatap wajah lesu Jesika. "Ta---pi pak. Jika sudah malam bagaimana, saya takut sendirian?" Tanya Jesika takut - takut. "itu bukan urusan saya, Ambil ini. Ini kunci gudang kantor," Ando melemparkan kunci gudang ke arah Jesika dan langsung di tangkap oleh gadis itu." Awas, jika sampai ada kesalahan apa pun, Siap - siap saja kau angkat kaki dari perusahan ini. kau paham kan maksudku?" Nada ancaman di setiap kata. Jesika hanya diam sambil menahan rasa lelahnya. Hanya anggukan yang bisa gadis itu berikan. "Hiks... Dasar kepala batu sungguh kejam, tidak punya hati sedikit pun, ingin sekali aku memukulnya sekarang," Batin Jesika menahan rasa kesalnya pada Ando. "Cepat sana. Selesaikan dengan waktu 2 jam, sebelum kantor ini ditutup. Sana," Usir Ando dengan tidak manusiawi. Jesika pun keluar dengan wajah cemberutnya, gadis itu berjalan menuju gudang yang di maksud oleh atasannya itu. Sesampainya di gudang yang menjadi tujuan Jesika, Jesika memasukan kunci dan membuka pintu gudang itu. Terlihat sangatlah berantakan dan penuh dengan debu membuat Jesika terbatuk-batuk. "Dasar tidak punya hati, Aku rasa memang hatinya itu sudah hilang dari tubuhnya. Astaga ini gudang apa tempat sampah. kotor dan berantakan sekali bahkan debu beterbangan," Jesika memulai membereskan semua dokumen dan file yang berserakan di lantai, lemari dan meja." Uhuk... uhuk... sangat kotor," Jesika berusaha untuk menahan dirinya. Meskipun debu-debu ini membuat ia harus terbatuk-batuk. dilain sisi Ando duduk dengan santainya di kursi kebesarannya itu. "Dia pikir? Dia siapa berani - beraninya membuat ulah denganku. Aku mau tahu sampai kapan dia betah bekerja di kantor ini, Lihat saja dalam hitungan detik dia akan meminta out dari si.....,! Suara pintu menghentikan ucapan Ando. "Papa. Pah," Suara kecil milik Tania sang princess kecil Ando yang tengah berlari mendekati sosok Ando, Tania tentu saja Ingin meminta di gendong. "Sayang. Kau di sini rupanya," Ando mencium gemas wajah lucu Tania. "Iya pah. Kata Tante, papa sedang marah-marah tidak jelas, Makanya Tante menyuruh Tania kesini buat bilang sama papa. Jangan marah-marah lagi nanti papa cepat tua. Kata Tante, papa marah pada Tania ya?" Tanya Tania dengan nada polos. "Tidak Sayang, mana mungkin papa marah pada putri papa ini," Ando mengangkat tubuh Tania ke dalam pangkuannya." Papa itu sayang padamu mana mungkin papa memarahimu. Itu hanya alasan Tantemu saja sayang," Tambah Ando yang tidak mau mengalah sama sekali. "Sampai kapan kakak akan membenci Gadis itu?" Apa sampai dia meninggalkan kantor ini?" Tanya Melodi sambil berjalan masuk tidak lupa gadis itu bahkan menyindir sosok Ando yang masih memasang wajah tanpa dosanya. "Apa maksudmu Mel. Jangan membahas hal yang tidak penting, lagian ini tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu," Kata Ando saat dirinya menatap tajam pada adik perempuannya. "Sayang apa kau menginginkan seorang Mama? Jika ia, sana minta pada papamu. Tante yakin sekali Tania pasti men..!!!! "Cukup mel. Berapa kali harus aku katakan padamu jangan sebut soal hal yang tidak akan pernah aku lakukan sampai kapan pun,!! Ucap Ando di akhir kata sambil menekan kata - katanya itu." Dengarkan aku mel, aku tidak mau ber....." "Tania. Ayo sini, Tania ikut Tante saja, Kita tinggalkan papamu yang kerjaannya marah - marah saja. Ayo sini, jangan dekat-dekat dengannya," Melodi menarik tangan Tania agar turun dari pangkuan Ando, Tentu saja Tania akan menurut semua permintaan Melodi. "Mel.. Mel, tunggu... TANIA ..... TANIA, Sayang sini Sayang, sama papa saja ya," Ando berusaha mengejar Melodi yang sudah menarik Tania hingga keluar dari ruangannya. Ando yang tidak tinggal diam ikut keluar. Pria itu berniat menghentikan adik dan putri kecilnya, tapi sayang itu sia - sia saja. karena Melodi dan Tania sudah pergi dengan mobil sport berwarna hitam miliknya. **** "Tante. Tante kenapa Tante marah pada papa?" Tanya Tania dengan tatapan polos sambil menatap jalan raya. Melodi hanya diam dengan wajah datarnya, sambil membawa mobil miliknya dengan kecepatan tinggi. biasanya, di usia seperti Tania mungkin akan merasa takut melihat mobil Tantenya itu berjalan dengan kecepatan tinggi. Tapi tidak untuk Tania, justru gadis kecil itu nampak biasa saja karena sejak kecil dirinya lebih menurut pada sosok Tante cantiknya. Dirinya sudah terbiasa melihat mobil Tantenya itu dikendarai oleh sang tante dengan kecepatan max. Wuuuzzzzzzz Suara mobil sport hitam milik Melodi berjalan cepat meninggalkan Ando dibelakang sana. "MEL TUNGGU KAKAK. MELODI....,!Ucapan Ando terhenti karena percuma saja ia berteriak, karena mobil Melodi sudah menghilang dari jangkauannya." Kenapa dia selalu begitu? Kenapa dia selalu ingin menang sendiri, tidak pernahkah kau mengerti perasaan ku ini Mel." Ando menghela nafas beratnya. Ia lelah dengan hidupnya yang tidak bisa berjalan dengan semestinya. Ando memang selalu menolak untuk mencari seorang istri, itu semata-mata karena ia belum mampu untuk melupakan Alm istri pertamanya. Ando berusaha untuk menolak tapi nampaknya Melodi tidak mau mengerti akan keadaan hatinya, karena merasa tidak ada gunanya berdiri disisi jalanan pada akhirnya Ando kembali masuk ke perusahan Mahabrata untuk merenungi hidupnya sendiri. TBC,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD