“Kau yakin bisa mandi sendiri? Bagaimana dengan lukamu?”
“Iya, tidak apa-apa. Aku bisa mandi sendiri. Ada penutup kedap air juga jadi pasti aman.”
“Tapi aku tidak yakin, sudah tidak perlu menolak.”
“Tunggu Frans, aku tidak ingat. Jadi kita tidak ada bedanya dengan orang asing. Jadi aku harap kita tidak melakukan hal-hal yang sebelumnya kita lakukan.”
Sejenak Frans terdiam menatap ke arah Selly. “Hufh.., baiklah. Tapi selanjutnya kau harus segera bisa menyesuaikan diri. Karena kita harus hidup bersama dengan kulit bersentuhan.”
Selly tersipu malu dengan wajah merona karena memikirkan perkataan Frans. Dia bahkan membayangkan sesuatu di dalam otaknya dan mengartikan maksud dari perkataan Frans.
“Oh iya, pintunya jangan dikunci.”
“Ke-napa?”
“Supaya aku bisa masuk, kalau kau membutuhkan bantuanku.”
Setelah itu Frans pun berjalan meninggalkan Selly. Selly pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi dengan rapat.
Di dalam kamar mandi, Selly menyandarkan tubuhnya di belakang pintu. Rasanya jantung dan kaki lemas melihat perubahan sikap Frans.
“Haa..,” Selly pun jatuh terduduk lemas di lantai kamar mandi.
“Dia benar-benar seperti berubah menjadi orang lain,” batin Selly.
Kemudian Selly pun membuka pakaian dan mulai merendam tubuhnya di dalam bathtub. “
“Kenapa Frans seperti itu ya? Aku tidak terbiasa melihat sikapnya itu. Kalau dipikir-pikir, dia kan hanya tertarik dengan pernikahan bisnis ini.”
*
*
*
Flashback on.
Selly tengah berada di sebuah restaurant mewah. “Selly..”
“Eh.. ya,” jawab Selly tersadar dari lamunannya. Selly sampai tidak sadar karena terlalu fokus pada wajah Frans.
“Apa kau mendengar apa yang sudah ku katakan? Aku mengajakmu menikah.”
“Menikah?”
“Iya, menikah. Nenekku sepertinya menyukaimu.”
“Apa?!!”
“Bisa lebih tepatnya, nenekku percaya akan sebuah ramalan. Jika aku menikah dengan putri keluarga Dion Group, dan itu akan membawa kedamaian pada keluargaku dan reputasiku akan lebih bersinar.”
“Presdir Jamesh Group percaya dengan sebuah ramalan,” batin Selly tercengang.
“Aku tidak ada waktu untuk berkencan atau berpacaran lagi.”
Dalam pikiran Selly ingin langsung menyetujuinya. Namun dia sadar dan tidak ingin termakan umpan dari Frans.
“Maafkan aku, karena harus membuatmu melakukan kencan buta lagi,” ucap Selly sembari beranjak dari duduknya dan menolak ajakan Frans.
Walaupun Frans adalah tipe idealnya, tapi untuk menikah. Selly tidak bisa melakukannya begitu saja.
Hingga satu bulan kemudian, Selly tengah makan malam bersama seorang pria, dan saat itu juga dirinya bertemu dengan Frans yang juga sama-sama tengah makan malam bersama seorang wanita.
Hingga wanita yang makan bersama Frans pergi begitu saja meninggalkannya. Begitu juga teman pria Selly yang pergi setelah mereka selesai makan.
Selly berjalan ke tempat Frans duduk. Selly duduk di depan Frans, “Sepertinya kencanmu tidak berjalan dengan baik?” ucap Selly.
“Seperti yang kau lihat.”
“Orang yang tadi bersama tidak menghabiskan makanannya,” ucap Selly.
“Ya, dia langsung pergi. Setelah aku bilang, aku ada janji dalam 5 menit.”
“Ah.. aku tidak tahu, kalau kau ada janji,” ucap Selly beranjak berdiri.
“Selly.., apa kau benar-benar tidak ada keinginan untuk menikah denganku?”
Deg…
Flashback off.
*
*
*
“Aku salah mengira. Bahwa pertemuan dan lamaran kedua akan menjadi hal yang baik untukku,” batin Selly.
Setelah berpikir keras, Selly menenggelamkan kepalanya ke dalam bathtub. “Puaahh…,” suara Selly keluar dari dalam air.
Frans yang sedang berada di atas ranjang sedikit terkejut mendengar suara Selly. “Apa ada masalah?”
“Tidak.., tidak apa-apa,” teriak Selly dari dalam kamar mandi.
“Hampir saja, aku tenggelam di dalam bathtub,” ucap Selly dengan suara pelan.
Setelah selesai mandi, mereka pun makan bersama. Sekilas Selly melirik ke arah Frans yang sedang sibuk menikmati makanannya.
“Biasanya selalu duduk berhadapan. Kenapa sekarang dia duduk disini?” batin Selly.
Tiba-tiba Frans mengambil lauk dan menaruhnya di atas piring Selly. “Kenapa tiba-tiba…?” batin Selly bingung.
“Makan semuanya, agar kau cepat sembuh.”
“Eh.. terima kasih,” ucap Selly.
Selly pun melanjutkan makannya, Frans pun kembali menyendokkan lauk ke piring Selly.
“Kenapa kau tidak makan? Dan malah memberikannya padaku saja.”
“Aku juga makan kok.”
“Apapun alasannya, enak juga jika diperhatikan seperti ini,” batin Selly kembali melanjutkan makannya.
*
*
*
Selesai makan, Selly kembali beristirahat di dalam kamar.
“Selly, kau sudah gila. Bukan cuma satu kamar, tapi kau juga satu ranjang,” batin Selly yang sudah tertidur di atas ranjang.
“Apa dia sudah selesai mandi?” tanya Selly yang melirik ke arah kamar mandi.
Dimana setelah makan, Frans langsung bergegas ke kamar mandi. Tak lama terdengar suara pintu dibuka.
“Ceklek..!!”
Karena merasa malu, dan gugup. Selly pun membelakangi kamar mandi, dan tidak berani menatap ke arah Frans yang baru saja keluar dari sana.
Frans berjalan menuju ranjang, setelah selesai mandi. Dia naik ke atas ranjang, Selly merasa Frans sudah naik ke atas ranjang. Dia langsung memejamkan matanya dan berpura-pura tidur.
Deg.. deg..
“Sekarang apa yang dilakukannya?” batin Selly yang masih menutup matanya.
“Deg.. deg..” jantung Selly semakin berdetak cepat. Hingga dirinya yang sudah tak tahan pun, akhirnya membuka matanya.
“Kau mau apa?” tanya Selly yang melihat Frans sudah berada di atas tubuhnya.
“Maaf, aku ingin mematikan lampu yang berada disini,” jawab Frans menunjuk ke arah meja kecil yang berada di samping ranjang Selly.
Frans tampak terlihat seksi dengan kimono yang terbuka di bagian dadanya. Jantung Selly berdetak kencang melihatnya.
“Kenapa kau tidak pakai baju?”
“Maaf, biasanya aku tidur pakai ini,” jawab Frans setelah selesai mematikan lampu.
Setelah itu Selly pun berusaha tidur. “Mengantuklah, ayo mengantuklah dan cepat tidur,” batin Selly.
Beberapa menit berusaha untuk tidur, dan memejamkan matanya. Selly pun justru membuka matanya kembali.
“Ah.., sepertinya aku tidak bisa tidur disini.”
“Kenapa? Apa kau tidak nyaman?” tanya Frans yang melihat Selly terbangun.
“Iya, aku akan tidur di kamar lain saja.’
Selly beranjak bangun dari ranjang. Namun, Frans menahan tangannya. “Tetaplah tidur di sini. Walau tidak nyaman, karena aku tidak bisa tahu. Apa yang akan terjadi di malam hari?” ucap Frans.
“Memangnya apa yang akan terjadi?” tanya Selly menoleh ke arah Frans.
“Bisa saja kau terjatuh dari atas ranjang, atau mengayunkan tangan kananmu saat berbalik badan.”
“Aku bukan anak kecil, jadi hal itu tidak mungkin terjadi.”
“Kalau benar-benar tidak nyaman, aku akan tidur di sofa,” ucap Frans beranjak dari ranjang.
Saat Frans berusaha berdiri dari atas ranjang. Namun, Selly menahan tangannya agar tak jadi beranjak dari atas ranjang.
“Baiklah, aku akan tidur disini.”
Mereka pun kembali tidur bersama di atas ranjang. Frans memejamkan matanya, sedangkan Selly masih juga belum memejamkan matanya.
“Kalau begini sepertinya aku tidak bisa tidur sepanjang malam,” batin Selly.
Selly membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Frans. “Apa dia sudah tidur? Tapi dia kan tidak memandangku sebagai wanita, jadi dia pasti sudah tertidur pulas,” batin Selly.