Lama kelamaan Selly memejamkan matanya dan tertidur sambil menghadap ke arah Frans. Beberapa menit kemudian, Frans terbangun dan merasa lengan seperti di tindih.
Frans menoleh ke arah kanan, dilihat Selly tengah tertidur pulas di atas lengan tangannya. “Ah.. dia tertidur di lenganku. Aku tidak bisa menarik tanganku,” batin Frans.
Selly yang memiliki kebiasaan tidur, dimana dirinya akan bergerak kesana kemari. Hingga tak sadar jika dirinya mendekatkan kepalanya ke arah leher Frans. Selly bahkan mencium lembut leher Frans, dan hal itu membuat Frans kaku serta merasa tegang di sekujur tubuhnya.
Tangan Selly bahkan sudah berpindah dan bergerak merabah d**a Frans. “Haa… ini tangan yang terluka. Jadi aku tidak bisa menyingkirkannya. Wajah Frans seketika memerah. Frans berusaha menahan dirinya untuk tidak bertindak lebih.
“Selly..,” ucap Frans terkejut melihat kebiasaan tidur Selly.
“Selly, rupanya tangannya punya kebiasaan yang buruk. Sepertinya mulai sekarang aku tidak bisa memakai pakaian seperti ini lagi saat tidur.”
*
*
Pagi harinya.
Frans terbangun, dan sudah tidak melihat Selly di atas ranjang. Dia pun beranjak dari atas ranjang menuju kamar mandi. Frans bersiap untuk berangkat bekerja.
Frans turun dari lantai atas menuju ke meja makan. Di dapur, terlihat Selly tengah memasak. Selly berusaha mengangkat telur dari teflon dengan menggunakan tangan kirinya yang sedang memegang spatula.
“Berikan padaku,” ucap Frans membantu.
“Aku bisa melakukannya.”
“Sudah lebih baik duduklah. Kau kesulitan menggunakan tangan kirimu.”
Selly akhirnya terdiam dan menatap pundak Frans. “Wah..!! pundaknya ternyata selebar itu,” batin Selly menatap bahu suaminya untuk pertama kali.
Setelah itu Selly pun duduk menunggu Frans selesai memasak sarapan. Beberapa menit kemudian, Frans pun selesai membuat sarapan, dan membawa dua buah piring.
Yang satu dia berikan pada Selly, “Ini untukmu.”
“Terima kasih,” ucap Selly menerima piring yang berisi sarapannya.
“Ini sarapan yang disiapkan oleh Frans,” batin Selly menatap piringnya.
“Kau bisa menemukan dan menggunakannya dengan baik ya,” ucap Frans sambil memulai memakan sarapannya.
“Ah.. tidak. Aku lama mencarinya dan aku tidak tahu dimana saja tempatnya.”
Ya, Frans tersadar jika Selly bisa menemukan alat-alat masak di dapur. Sedangkan Selly sendiri sedang hilang ingatan. Bukankah Selly jadi terlihat mencurigakan?!!.
“Lain kali tidak perlu membuat sarapan lagi,” pinta Frans.
“Kenapa?”
“Hari ini pertama kalinya, kita sarapan bersama. Kau juga biasanya tidak pernah sarapan.”
“Aku lapar, dan ingin sarapan seperti pasangan suami istri pada umumnya,” batin Selly yang terlihat kecewa.
“Aku kira kita pasti sarapan bersama juga, karena kita mandi bersama dan tidur di ranjang yang sama,” ucap Selly dengan wajah tertunduk lesu.
Tak menunggu lama, Frans pun beranjak dari duduknya dan bersiap untuk berangkat bekerja.
“Apa-apaan dia?! Bukankah akan menyenangkan jika dia mau memakan sarapannya dulu,” batin Selly yang kecewa sekali.
Saat Frans beranjak dari duduknya, tak sengaja Selly melihat ada kotoran di kemeja Frans.
“Oh.., Frans tunggu sebentar. Ada remahan roti yang menempel.”
Selly berusaha membersihkan remahan roti itu di kemeja Frans. “Ah.. sudah bersih.”
Setelah membersihkan Selly menatap wajah Frans yang sepertinya merasa tidak nyaman. “Apa dia tidak senang?” batinnya.
Kemudian Frans memakai jasnya dan berjalan ke arah pintu keluar, tanpa mengucapkan kata apapun.
Sesampainya di depan pintu, Frans menoleh ke arah Selly yang masih terdiam di tempatnya.
“Malam ini kita makan bersama di luar,” ucap Frans.
“Berdua saja?” tanya Selly.
“Tumben sekali. Sebelumnya kan kita tidak pernah makan malam bersama diluar,” batin Selly.
“Apa kau mau mengajak orang lain?”
“Ah.. tidak. Bukan begitu maksudku.”
“Ini bukan hari yang spesial juga. Kenapa dia mau makan malam berdua saja diluar?” batin Selly terus memikirkannya
“Oh iya, kau tidak mengantarku?” tanya Frans
“A-aku mengantarmu?” ucap Selly yang terlihat bingung.
“Iya, setiap pagi kau mengantarku.”
“Apa yang dia katakan? Aku kan tidak pernah begitu,” batin Selly sambil memegang tangannya.
“Ha.. hati-hati di jalan,” ucap Selly yang malu-malu.
“Kenapa diam saja? Dia menuju apa?” batin Selly.
“Kenapa? Apa setiap pagi aku juga memberikan morning kiss?” ledek Selly sambil tertawa kecil.
“Hahahaa…, maaf aku cuma bercan..,” ucap Selly belum selesai.
“Iya, kau melakukannya,” ucap Frans dengan santai.
“Me-melakukannya? Aku?!” Selly terlihat bingung dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut Frans.
“Orang ini, lagi-lagi mengatakan hal yang tidak masuk akal,” batin Selly terkejut.
“Kau biasa melakukannya sebelum aku berangkat kerja di pipiku.”
“Hah.., apa dia sudah gila? Mandi bersama, tidur bersama, sampai memberikan morning kiss. Ingatanku selama 2 tahun yang salah atau malah ingatanmu yang salah,” batin Selly.
Frans menundukkan sedikit wajahnya dan memberikan pipinya, agar Selly dengan mudah mencium pipinya.
Wajah Selly sudah memerah menahan malu, “Setelah 2 tahun, akhirnya kita bermesraan. Rasanya aku ingin mempercayai hal ini,” batinnya.
“Deg.. deg..!!”
Saat Selly hendak mencium pipi Frans. Frans justru menoleh ke arah wajah Selly. Bukannya mencium pipi Frans, Selly justru tak sengaja mencium bibir Frans.
Buru-buru Frans menarik wajahnya, “Maaf, kau menoleh jadi..,” ucap Selly yang belum selesai, karena Frans membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju pintu. “Hm.. aku berangkat dulu.”
“Cekrek..!!” pintu terbuka.
“Brakk..!” suara pintu tertutup
Selly menyentuh bibirnya dengan tangan. Karena masih merasakan ciuman yang mereka lakukan.
“Ciuman pertamaku. Diluar dugaan seperti ini.”
Sedangkan Frans yang sudah berjalan ke parkiran mobil. Sesampainya di depan mobil, Frans buru-buru mengambil kunci mobilnya.
Saat sudah mendapatkan kunci mobilnya, Frans tak sengaja menjatuhkan kunci itu. “Tuk.. tuk..!!”
“Haah…,” suara hembusan napas Frans menahan rasa malunya dengan wajah merah merona.
*
*
Malam harinya.
Selly turun dari lantai atas, dan terlihat bibi pelayan sudah berada anak tangga. “Hari ini nyonya terlihat sangat cantik,” puji bibi pelayan.
“Hari ini bibi bisa pulang lebih cepat.”
“Baik, selamat berkencan.”
Selly berjalan ke arah pintu dan membukanya.
“Ceklek..!!”
“Bibi berlebihan, kami hanya pergi untuk makan bersama.”
“Selamat malam..,” sapa seorang pria di depan pintu rumah.
Selly menoleh ke arah sumber suara. “Sek..., siapa anda? Apa yang anda lakukan disini?” tanya Selly menatap ke arah sekretaris pribadi Frans.
“Huh.., hampir saja aku bersikap seperti mengenalnya,” batin Selly.
“Maaf, nyonya. Tuan Frans meminta saya untuk mengantar nyonya.”
“Saya tidak tahu tentang ini. Dan anda siapa?”
“Saya sekretaris Tuan Frans. Nama saya Gavi, ini kartu pegawai saya,” ucap Gavi memperlihatkan kartu pengenalnya.
“Nyonya, orang ini benar sekretaris Gavi, dia sekretaris pribadi tuan,” ucap bibi menjelaskan.
“Apa?!! Oh.., maafkan saya. Saya tidak hilang ingatan, jadi tidak mengenali anda.”
“Tidak apa-apa. Mari kita pergi,” ucap Gavi.