Part 5. Merasakan Hal Yang Janggal

1212 Words
Sesampainya di restaurant, pelayan datang dan mengantar Selly ke meja yang di pesan Frans. Terlihat Frans sudah duduk di kursinya. “Itu wajah yang sama, yang aku lihat tadi pagi. Kenapa masih saja terlihat menawan?” batin Selly. Selly pun duduk di kursi yang sudah Frans pesan. “Kau mau makan apa?” tanya Frans. “Kenapa kau tidak bilang kalau sekretaris Gavi akan datang? Aku hampir saja melaporkannya karena ku pikir dia orang asing.” “Aku mengirimnya untuk menjemputmu karena aku sibuk. Maaf membuatmu terkejut, aku akan memberitahumu lebih dulu.” Setelah itu mereka pun melihat buku menu dan memesan makan malam. Saat memesan, Selly tak sengaja melihat menu makanan yang dipesan Frans, dan menu itu termasuk menu yang seharusnya dihindari Frans. Karena mengandung kacang, Frans alergi terhadap kacang. “Apa yang dipikirkannya? Apa dia tidak melihat menunya dengan teliti?” batin Selly sambil melirik sekilas ke arah Frans. Tak lama kemudian Frans mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dan memberikan pada Selly. “Ini bukalah!!” “Eh.. apa ini? Kenapa tiba-tiba memberikannya?” “Ini hadiah karena kau sudah keluar dari rumah sakit.” “Kencan pertama dan hadiah pertama pula. Sungguh mengejutkan,” batinnya. Selly pun membukanya dan terlihat sebuah kalung berlian yang sangat cantik dan indah. “Wah..!! Cantiknya,” ucap Selly dengan wajah senang. “Biar aku pasangkan,” ucap Frans. Frans pun berdiri dan mengambil kalung itu, lalu memasangkannya ke leher Selly. “Wah.. cantiknya. Benar-benar cantik sekali,” ucap Selly sambil memegang kalungnya. Kemudian Frans pun tersenyum senang melihat wajah Selly yang tampak bahagia. Tak lama pelayan datang membawa makan malam mereka. Frans memotong steak daging yang dirinya pesan, kemudian dia memberikannya ke Selly. “Makan yang ini saja.” “Tidak perlu repot-repot. Aku kan bisa sen..” “Tapi tanganmu kan masih diperban, kau pasti tidak nyaman memotongnya.” Selly tersadar memang tangannya masih belum sembuh. Dirinya pasti akan merasa tak nyaman untuk jika harus memotong steaknya itu. “Kencan, hadiah, dan ditambah sikap Frans yang berubah ini, jelas sekali dia ingin memperbaiki hubungan kami yang bermasalah,” batin Selly sambil menikmati steaknya. “Ini enak,” ucap Selly menikmati makan malamnya itu. Tak berapa lama, pelayan datang membawa makanan penutup. Selly melihat makanan yang dihidangkan untuk Frans ada kandungan kacangnya. Selly terlihat khawatir dengan makanan itu. “Silahkan tuan,” ucap pelayan selesai menghidangkan makanan itu. “Apa kondisi alergi kacang bisa hilang? Kacang-kacangan bahkan sama sekali tidak pernah menyentuh mulutnya,” batin Selly menatap makan Frans. “Ada yang ingin kau katakan?” “Tidak.., tidak ada.” “Apa dia benar-benar akan memakannya?” batin Selly. Saat mulai menyendokkan makanan itu ke mulut. Selly tiba-tiba berbicara dan seketika Frans berhenti. Untung saja Frans baru menggigit satu gigitan. “Aku ingin makan itu, kamu mau bertukar tidak?” tanya Selly. “Apa?!! Baiklah.” “Fyuhh.. syukurlah,” batin Selly merasa lega. * * * Setelah selesai makan malam, mereka pun langsung pulang. Sesampainya di rumah, Frans berjalan lebih dulu, diikuti Selly dibelakangnya. Saat Frans berniat naik ke lantai atas. Selly menghentikan langkahnya. “Mm..!! Ada yang ingin aku katakan.” “Apa?!” “Itu.., jangan pakai jubah tidur. Tolong pakai piyama saja, aku agak tidak nyaman,” ucap Selly yang ragu dan malu. “Tidak nyaman?” “Saat bangun, di pagi hari tali jubahmu terlihat hampir terlepas semua. Dadamu terlihat dengan jelas. Walaupun kita pasangan suami istri, tapi itu agak membuatku malu.” Wajah Selly tampak memerah merona, dia berbicara tapi berani menatap lawan bicaranya, karena saking malunya. “Aku kan tak bisa bilang. Kalau aku jadi ingin menyentuhnya,” batin Selly. “Itu…, heh!! Baiklah aku akan berhati-hati,” ucap Frans sambil menghela napas singkat. “Padahal semua itu terjadi karena dirinya meraba tubuhku di sana sini. Kalau aku bilang begitu, dia pasti akan langsung minta pindah kamar,” batin Frans. “Ting tong..!!” suara pintu bel dibunyikan. “Siapa itu?” “Aku memanggil sekretaris Gavi karena ada urusan pekerjaan. Kau masuk dan mandi saja duluan.” Frans berjalan kembali ke pintu depan. Sedangkan Selly berjalan masuk ke dalam kamar. * * * Frans mengajak bicara sekretarisnya di area taman yang berada di samping rumah mereka. “Tuan, anda memakan-makanan yang mengandung kacang saat makan malam tadi?” “Ya, tapi tenang saja. Aku sudah minum obat, jadi aku akan baik-baik saja.” “Iya, tapi apa benar nyonya hilang ingatan? Entah mengapa saya merasa nyonya tadi mencoba untuk memanggil saya?” “Apa kau yakin? Dia saja tidak mengingatku. Bagaimana mungkin dia bisa mengingat dirimu?” “Tapi walau begitu..,” ucap Gavi terhenti. “Sekretaris Gavi .., dia istriku. Aku yang lebih tahu semuanya.” “Maafkan saya, tuan,” ucap Gavi menundukkan kepalanya. “Aku ingatkan padamu. Jangan katakan apapun pada istriku tentang kejadian hari ini, maupun pembicaraan kita ini.” “Saya mengerti tuan.” Setelah selesai berbicara, sekretaris Gavi pun pamit untuk pergi, dan Frans sendiri masih duduk diam di area taman. Entah kenapa perkataan sekretarisnya membuat dirinya jadi berpikir keras dan merasa ada yang aneh. Mengingat dimana saat dirinya menanyakan hal yang ingin diketahui lagi oleh Selly. Namun, wanita itu justru mengatakan tidak ada yang ingin ditanyakan lagi. Padahal Frans pikir, Selly akan bertanya “Kenapa mereka bisa menikah? Apa kita sudah punya anak?” tapi Selly justru tak menanyakan pertanyaan seperti itu. Dan saat mereka keluar dari rumah sakit dan sudah sampai di rumah. Selly tampak sudah terbiasa dengan lingkungan rumah mereka. Dia bahkan langsung menuju tangga yang terkoneksi dengan rumah. Bahkan saat dirinya mengatakan pada bibi pelayan untuk mengantar Selly ke kamarnya. Wanita itu justru terkejut, tetapi tidak menanyakan kenapa mereka menggunakan kamar terpisah?. Saat dirinya mengajak Selly untuk mandi bersama, serta memesan makanan yang seharusnya dia hindari. Agar dia bisa mengamati perilaku Selly, dan sepertinya wanita itu memahami tentang dirinya, hingga membuatnya yakin akan hal itu. * * * Tok.. tok.. tok.. “Iya, masuklah.” “Ceklek..!!” Terlihat Selly sedang duduk di atas ranjang. Frans pun berjalan mendekati. “Apa masih belum ada yang teringat olehmu?” “Belum ada.” “Apa kau sangat ingin ingatanku kembali cepat?” “Iya. Karena kau akan tidak nyaman dalam menjalani hidup, jika tidak ada ingatan.” Frans pun berjalan mendekati Selly dan menyentuh kancing piyama milik Selly. “Kau salah mengancingkannya.” “Ah.. iya,” ucap Selly terkejut sekaligus malu. Kemudian Frans berjalan meninggalkan Selly dan masuk ke dalam kamar mandi. Frans membuka pakaian dan berjalan menyalakan shower air. “Dia sudah mendapatkan ingatannya kembali. Kalau aku bilang bahwa aku mengetahuinya, semua akan berakhir. Tapi hatiku, kok rasanya kacau. Kenapa ya?” batin Frans sambil mengucurkan air shower ke kepalanya. Setelah keluar kamar mandi, Frans melihat Selly sudah tertidur sambil memegang sebuah buku. Frans pun secara perlahan mengambil buku itu dan menaruhnya di atas meja kecil yang berada di samping ranjang. Tanpa sadar Selly membalikkan tubuhnya mendapat ke arah Frans. “Selly..!!” “Aku kira akan mudah untuk menjaga jarak dan menjauh darimu. Tapi sekarang sangat sulit untuk menjaga jarak sedekat ini. Hanya sampai kau sembuh sepenuhnya saja, aku akan berada di dekatmu. Setelah itu aku akan melepaskanmu, karena itu semua demi dirimu sendiri,” batin Frans sambil menatap ke arah Selly.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD