Dua puluh sembilan

1474 Words

"Lo masih nempelin itu?" Ana terlonjak, dia menoleh dan kemudian menghembuskan napas lega setelah mengetahui orang yang baru saja menegurnya adalah Bagas. Dengan senyum kecil, dia mengangguk. Memasukan kembali kertas binder miliknya ke dalam tas. "Kan lo udah bisa deket sama orangnya langsung? Kenapa juga masih repot-repot bikin puisi buat dibaca sama dia?" "Karena itu adalah salah satu yang aku dan dia suka. Lagian juga, dia itu udah terbiasa nyari puisi aku setiap hari senin. Kan kasihan kalau tiba-tiba puisinya enggak ada lagi," kata Ana. Di depannya Bagas langsung menghela napas berat. "Percuma, An. Toh dia enggak tahu kalau lo yang nulis dan nempelin puisi itu setiap hari Senin. Yang bikin gue engga habis pikir adalah kenapa dia enggak penasaran sama yang nulis itu?" Ana mengan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD