My Prince - 23

972 Words
Btw siapa yang ketipu sama bacaan Tamat kemareen? Hayo ngaku??? Wkwkwk itu hanya trap saja, kawan! Ini dia lanjutannya! ^^ ××× Agnes berjalan dengan menggenggam botol mungil berisi ramuan spesialnya berwarna ungu di tangan kanannya, wajahnya menampilkan sebuah senyuman kecil bertanda bahwa saat ini dia sudah tak sabar ingin memberikan benda ini pada Sang Pujaannya, Arga Gelisto. Bahkan, penampilan gadis keriting itu sudah dirias sedemikian rupa untuk mengeluarkan kecantikannya agar kelak saat bertemu dengan Arga, lelaki itu tergila-gila dengan paras cantiknya. Bunyi beburungan pagi yang terdengar dari luar mengumandangkan kesenangannya, gaun hitam yang dikenakannya membuat siapa pun terpesona. Namun, belum sampai dirinya ke tempat sang pujaaan hati, Charlotte menghadangnya di tengah jalan dengan menatap mukanya dengan tatapan hina. "Kemarin lenganmu patah oleh si pendek, tapi apa yang kulihat sekarang? Kau berjalan kegirangan dengan membawa ramuan terkutukmu di pagi hari yang cerah ini? Aku jadi penasaran siapa yang akan menerima benda anehmu itu, Kakak." Ucapan Charlotte langsung menusuk hati Agnes hingga membuat gadis keriting itu bergetar saking geramnya. "Apa wajahmu masih belum puas setelah kubuat babak belur seminggu yang lalu, Charlotte?" Mendengar kakaknya bilang begitu, Charlotte tersenyum miring. Sungguh, dia tidak peduli pada kondisi wajahnya seminggu yang lalu, babak belur atau pun tidak, bukan urusannya. Sekarang, yang Charlotte inginkan adalah bermain-main dengan saudaranya, melampiaskan kekesalannya pada pesta yang telah dikacaukan oleh Willy Gremory. "Bukannya belum puas, mungkin lebih tepatnya, aku kecanduan pada pukulanmu yang membuat wajahku berantakan, Kakak. Aku ingin kau menghajar wajahku lagi, aku sangat suka pada sensasi ketika wajahku dihancurkan oleh lengan kekarmu, sungguh." kata Charlotte dengan berpura-pura memohon pada Agnes disertai senyuman mengejek. Sadar kalau saat ini dirinya sedang diejek oleh adik bungsunya, dia tidak bisa menahan kemarahannya. Agnes langsung meremas botol ramuan yang digenggamnya kemudian dengan kesalnya, dia lemparkan botol kaca itu tepat ke muka Charlotte. PRAK! Botol itu pecah hingga membuat isinya menyembur ke seluruh muka Charlotte, cairan ungu itu menyelimuti muka gadis berambut pink itu tanpa terkecuali, bahkan, keningnya berdarah karena pecahan-pecahan kaca dari botol tersebut menusuk kulitnya. Darah yang bercampur dengan cairan ungu itu menetes-netes di lantai, Charlotte mengelap wajahnya dengan tisu putih yang dibawanya. "Mengerikan sekali. Kau bahkan tidak punya belas kasih pada adikmu sendiri sampai teganya kau melukaiku dengan melemparkan botol ramuanmu! Dan sebagai balasannya," Charlotte tersenyum kemudian menjentikkan jarinya hingga atap terbuka dan gerombolan kelinci pemakan daging berjatuhan dari sana. "Kau akan kubantai dengan cara yang sama seperti Nyonya Camila, Kak Agnes. Lagi pula, kalian berdua juga punya kemiripan. Kalau begitu, selamat pagi, Kak Agnes." Agnes terkejut ketika kelinci-kelinci itu mencakar dan mencabik-cabik rambut, kulit, hingga gaun mewahnya. Namun, Agnes langsung menangkap dua kelinci yang ada di lantai dan melemparkannya ke punggung Charlotte dengan kencang sampai tepat mengenai sasaran. "RASAKAN ITU! GADIS TAK TAHU MALU!" Teriakkan Agnes menggelora hingga memantulkan suara gema, Charlotte langsung terjatuh ketika kakinya digigit-gigit oleh dua kelinci itu, dan dia meringis kesakitan. "Ap-Apa-Apaan ini!? Aw! Lepaskan kakiku! Kelinci bodoh! Tugasmu melukai Kak Agnes! Bukan diriku! b******k!" Dan pada akhirnya, mereka berdua merasakan hal yang sama sampai dua jam kemudian tubuh mereka yang sudah tak berdaya ditemukan tergeletak lemas oleh para pelayan, sementara kelinci-kelinci ganas itu sudah pergi keluar istana lewat jendela, meninggalkan dua gadis yang dagingnya sudah tercabik-cabik oleh ulah mereka. Ramuan spesial yang telah dibuat Agnes khusus untuk Arga sudah lenyap tak tersisa, di muka Charlotte. Mungkin setelah tubuhnya kembali pulih, dia akan membuat ulang tersebut. Ngomong-ngomong, ramuan yang dibuat oleh Agnes memiliki efek yang membuat siapa pun jatuh cinta padanya setelah meminumnya, jadi Charlotte tidak mungkin terkena efek tersebut karena dia tidak meminum cairan itu ke dalam tenggorokannya. *** "Hey-hey-hey! Arga! Ada seseorang yang mengetuk pintu! Apa kubuka saja? Jika dia menanyakanmu, apa yang harus kukatakan?" "Buka dan bilang saja kalau aku sedang pergi, aku malas berurusan dengan siapa pun hari ini, atau jika kau baik hati, kau saja yang menggantikan peranku di sini untuk sementara, Willy." Bosan mendengar Arga yang terlalu banyak alasan, Willy langsung menghampiri pintu dan membukanya setelah pintu terbuka, terlihatlah seorang gadis berambut merah dibaluti dengan gaun biru yang cemerlang, Willy terkaget melihat kecantikan gadis tersebut, sementara sang tamu memasang muka datar menatapnya. "Apa Arga ada di dalam, Willy?" tanya Laila dengan nada yang begitu lembut walau mukanya didatarkan, kaget namanya disebut, Willy langsung gelagapan. "E-Eh? Tu-Tunggu dulu? Mengapa kau bisa mengetahui namaku, Nona? Bukankah ini pertama kalinya kita bertemu?" Laila menaikan alisnya tak paham. "Maaf, tapi seingatku kita pernah bertemu di pesta yang telah kaukacaukan kemarin di kebun binatang." "Pesta? Kukacaukan? Di kebun binatang? Hmm ...," Willy menolehkan mukanya ke belakang, menatap Arga dengan tatapan bingung. "Hey Arga, memangnya aku pernah bertemu dengan gadis ini, ya?" "Sepertinya Arga ada di dalam, bolehkah aku bicara dengannya, Willy?" ucap Laila dengan senyuman tercetak di mulutnya. "Tidak-tidak, Arga bilang, hari ini dia sedang malas untuk berurusan dengan siapa pun. Katakan saja apa keperluanmu, nanti akan kusampaikan padanya." Laila menajamkan matanya pada Willy. "Tapi dia ada di dalam, 'kan?" "Kubilang dia sedang malas untuk bertemu dengan siapa pun hari ini, Nona." "Kumohon, berikan aku kesempatan untuk berbicara dengannya, Willy." "Tidak mau!" "Apa kau suka cokelat?" goda Laila dengan tersenyum ramah. "Aku lebih suka pada gadis berdada besar!" Laila langsung terdiam mendengarnya. Sementara Arga sedang pura-pura tidak mendengar pertengkaran yang terjadi di pintu kamarnya antara Laila dengan Willy. Dia memang sedang tak punya gairah untuk keluar kamarnya hari ini setelah mengalami mimpi buruk mengenai Emilia. Entah kenapa, itu membuat jiwanya sedikit terguncang, bahkan pikirannya terus mengingat mimpi buruk itu hingga dia tak bisa lagi merilekskan tubuhnya. TO BE CONTINUED ... Wordnya semakin sedikit, ya? Maafkan daku, saat ini daku sedang tak enak hati untuk menulis, jadi hasilnya kurang memuaskan deh. :") Tapi tenang saja, cerita ini akan tetap daku tulis hingga tuntas. Dan juga Maafkan tipuan di chapter kemarin, wkwkwk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD