My Prince - 24

1430 Words
Tak terasa, Arga sudah menghabiskan dua puluh sembilan hari di Kerajaan Vanterlock, dia telah melewati berbagai peristiwa-peristiwa unik selama berada di sana, berawal dari pertemuannya dengan lima putri, dia merasa hidupnya sudah tak membosankan lagi seperti dulu. Sebuah keberuntungan bagi Arga bisa diperbolehkan untuk tinggal di istana besar ini, mengingat rajanya sangat ramah, membuatnya merasa berada di rumah sendiri. Pertemuan dengan Ratu Camila dan Willy pun membuat hari-harinya berwarna, banyak sekali hal-hal yang dipelajari setelah bertemu dengan dua makhluk mengesalkan itu. Selain dari lima putri, dan dua makhluk itu, Arga pun selalu heran dengan tingkah Raja William yang selalu memaksanya untuk cepat-cepat menikahi salah satu putrinya, padahal tanpa disuruh pun, dia sedang melakukannya. Tinggal hari ini kesempatannya untuk serius memilih satu dari kelima putri di kerajaan ini karena besok seharusnya merupakan acara pernikahannya, dan besoknya lagi, jika disesuaikan dengan sebuah ramalan, akan terjadi kiamat. Sebelum terjadinya kiamat, Sang Raja ingin melihat salah satu putrinya menikah agar dia bisa mati secara tenang ketika berhadapan dengan hari akhir. Saat ini, Arga sedang berdiri di hadapan Raja William yang duduk di kursi singgasananya, penampilan dari lelaki itu sungguh formal, mengenakan kemeja putih dan balutan jas hitam membuat pesonanya semakin memancar. Willy yang ada di sampingnya pun tidak kalah keren jika mengenai penampilan, lelaki pendek itu memakai kemeja yang sama seperti Arga, namun jas berwarna hijau menjadi pembedanya. Wajah mereka berdua terlihat berseri-seri, siap untuk bertemu dengan William. "Terima kasih atas waktunya karena kalian telah mempersiapkan hari ini dengan matang. Aku sadar kalau pemintaanku ini cukup berat, tapi mengingat janjimu berminggu-minggu yang lalu, aku ingin memastikannya kembali. Dan juga, aku ingin melihat seseorang yang dipilihmu sebagai calon istrimu, Arga. Kuharap kau sudah memilih dengan teliti dari kelima putriku." Di tempat mewah itu hanya ada mereka bertiga, tapi kelihatannya, kehadiran Willy tidak terlalu penting karena Argalah yang diutamakan oleh Sang Raja. Arga sendiri sedikit canggung untuk menjawab pertanyaan dari William karena ini menyangkut dengan masa depannya. Memilih calon istri tidak semudah membalikkan telapak tangan, dia harus meneliti segala hal pada orang yang akan dipilihnya agar tak menyesal dikemudian hari. Arga sudah bertemu dengan lima kandidatnya jauh-jauh hari, mereka semua cukup unik, memiliki sifat berbeda-beda dan mempunyai kelebihan serta kekuranganya masing-masing. Diam-diam Arga juga menilai mereka berlima, entah dari kebiasaannnya, mau pun keburukannya. Kebetulan, hari ini Arga sudah mengetahui semua latar belakang dari lima putri tersebut. Emilia yang selalu memakai topeng membuat Arga sedikit ragu untuk memilihnya, Agnes yang memiliki aura suram dan kebiasaan menyeramkan membuat lelaki itu enggan untuk mendekatinya. Victoria yang memiliki kecenderungan membenci lelaki membuat Arga sedikit takut untuk memilihnya, Laila yang sifatnya baik hati dan lemah-lembut cukup layak untuk menjadi istrinya, tapi gadis itu tidak bisa mengendalikan sifatnya dan sangat ceroboh. Dan Charlotte yang merupakan putri paling kejam di istana ini membuat Arga bergidik ngeri jika membayangkan gadis itu menjadi istrinya. Arga bimbang, mereka berlima memiliki kekurangan yang membuatnya sulit untuk memilih. Tetapi, wajah mereka tidak ada yang jelek, semuanya cantik seperti bidadari. Yang dikeluhkannya sekarang adalah sifat buruk dari lima putri tersebut. Padahal Arga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melenyapkan kebiasaan buruk dari mereka berlima, tapi kenyataannya, sampai saat ini pun, dia belum bisa melakukannya. Arga jadi malu sendiri jika mengingat janjinya itu. "Saya sangat berterima kasih karena Anda telah mengundang saya bersama sahabat saya kemari, Yang Mulia. Tetapi, jika Anda bertanya mengenai pilihan saya dalam memilih putri-putri Anda untuk dijadikan sebagai istri, saya masih belum bisa memutuskannya. Mereka berlima memiliki pesonanya masing-masing, membuat saya bingung untuk memilihnya, Yang Mulia." William tersenyum mendengarnya, dia menggelengkan kepalanya, ucapan Arga terdengar seperti anak kecil yang bingung untuk memilih mainan yang akan dibelinya dan itu benar-benar membuat sang raja ingin tertawa. "Aku paham, Arga. Diberikan lima gadis olehku dan kau hanya boleh mengambil satu dari mereka membuatmu bingung untuk memilihnya, benar? Kau tidak perlu khawatir, aku pernah mengalaminya saat muda dulu dan aku juga agak menyesal atas pilihanku, tapi bukan berarti kau membenci dirimu sendiri seumur hidup hanya karena kau salah memilih. Anggap saja pilihan yang akan kauputuskan sebagai permulaan untuk menggapai hidup yang lebih baik. Walaupun pilihanmu salah, kau masih akan menuai hasil yang setara dengan ketidakberuntunganmu. "Sepertiku, aku memang telah memilih Ratu Camila sebagai istriku dulu dan aku menyesal karena dia tidak seperti yang kuharapkan dan hubunganku berakhir dengannya seperti tali yang telah ditakdirkan untuk dipotong. Tapi aku tidak sedih, karena aku masih memiliki lima gadis sebagai hasilku dalam menyeimbangkan ketidakberuntunganku. Begitulah. Jadi, apa kau sudah mengerti atas nasehatku, Arga?" Meneguk ludahnya, Arga mengangguk. "Tentu saja. Saya mengerti. Terima kasih atas nasehatnya, Yang Mulia. Setelah mendengar nasehat dari Anda, hati saya sudah siap dalam menentukan pilihan saya hari ini. Menyesal atau tidak nantinya, saya akan tetap melanjutkan hidup." Senyuman terukir pada mulut Arga sebagai tanda bahwa dirinya sudah sangat siap dalam memilih. Mendengar sahabatnya berkata seperti itu, Willy ikut tersenyum. Dia tidak menyangka kalau sebentar lagi dia akan melihat sesuatu yang menegangkan dari sahabatnya. Entah bagaimana jadinya, tapi itu membuat Willy benar-benar tak sabar untuk menantikannya. "Baiklah, jika kau memang sudah siap, aku akan memanggil para putriku kemari sekarang." Arga dan Willy tersentak lalu kembali tersenyum, mereka saling menatap. "Doakan aku semoga pilihanku tepat, Willy." "Akan kudoakan selalu, sobat! Aku ingin kau menjalani hidupmu dengan kebahagiaan. Aku belum pernah bertemu dengan mereka belima sih, tidak, kemarin aku bertemu satu! Tapi kurasa, mereka semua gadis-gadis yang baik, ya! Seperti yang kauceritakan padaku. Heheheh!" Tuk! Tuk! Tuk! Langkah kaki dari beberapa orang terdengar dari luar, suaranya semakin mendekat dan sepertinya mereka sudah masuk ke dalam ruang singgasana raja dan kini suaranya berhenti. Mereka tengah berdiri di belakang Arga dan Willy. William tersenyum menyambut kedatangan lima putrinya yang cantik-cantik, dia berdiri dari kursinya lalu memulai penyambutannya. "Selamat datang, putri-putri kesayanganku. Aku senang kalian mau menyempatkan waktu untuk datang ke pertemuan penting ini. Ada sesuatu yang akan Ayah katakan pada kalian," kata William dengan tersenyum lebar. "Hari ini, Arga Gelisto yang ada di depan kalian akan menentukan pilihannya dalan memilih salah satu dari kalian sebagai istrinya. Ayah tidak mau ada penolakan dari kalian, apa pun itu, karena kita sudah tidak punya waktu banyak. Kiamat akan segera menghantam bumi, dan Ayah tidak ingin mati sebelum melihat salah satu dari kalian menikah, itulah sebabnya, Ayah memerintahkan Arga untuk cepat-cepat memutuskan pilihannya. "Seperti yang kalian sadari, Arga Gelisto telah menginjakkan kakinya di sini dari dua puluh sembilan hari yang lalu, dan sejak pertama kali dia datang ke sini, dia telah membuat janji untuk menikahi kalian sebelum hari kiamat tiba. Selama berada di sini, Arga telah menilai kalian, dari segi luar mau pun dalam. Katanya, dia ingin menikah dengan putri yang menurutnya baik. Jadi, siapkan diri kalian karena sebentar lagi, Arga akan memulai pilihannya." Emilia tersenyum mendengarnya, gadis itu terlihat sedang menyembunyikan perasaan jijiknya pada Arga. Agnes menundukkan kepalanya, dia senang sekali mendengarnya, dia berharap Arga memilihnya sebagai pendamping karena hatinya benar-benar mencintai sosok lelaki bertanduk itu. Victoria memalingkan mukanya, kedua pipinya memerah, dia sedikit malu, entah karena apa, tapi dia tidak kuat untuk menahan rasa malunya. Laila menatap punggung Arga dengan intens, dia tidak begitu serius memikirkan siapa yang akan dipilih lelaki itu, yang dia resahkan saat ini adalah, mengapa lelaki itu tidak mau bertemu dengannya kemarin padahal dia sudah repot-repot datang ke kamarnya. Charlotte tersenyum sinis, tidak seperti kakak-kakaknya yang lain, dia lebih fokus pada sosok Willy yang ada di samping Arga, amarahnya sedang berkobar, mengingat betapa mengesalkan bocah pendek itu saat mengacaukan pestanya, dia ingin meremukkan tulang-belulang lelaki pendek itu. "Jadi, sekarang waktunya, ya?" Arga memejamkan matanya lalu membukanya kembali, tanduknya bergetar, menampilkan kegugupannya untuk memilih. Dia membalikkan badannya untuk menatap lima putri yang ada di belakangnya, Willy berjalan ke samping, meninggalkan Arga dengan lima gadis itu yang sedang berhadap-hadapan agar proses pemilihannya berjalan dengan lancar. William kembali mendudukkan bokongnya ke kursi, dia sudah tak sabar ingin melihat reaksi dari kelima putrinya terhadap pilihan yang akan Arga tentukan. Keheningan mulai tercipta, Arga mau pun lima putri merasakan atmosfir yang sama, mereka sama-sama canggung saat perhatiannya secara tak sengaja bertemu. "Tentukan pilihanmu sekarang, Arga." Mendengar perintah dari William, Arga langsung berjalan mendekati lima gadis itu, suara langkahnya seakan-akan membuat suasana semakin tegang. Napas Willy yang menderu bahkan terdengar jelas di sana. William sengaja tidak mengundang rakyat-rakyatnya untuk melihat sesi penentuan ini, karena menurutnya itu terlalu berlebihan walau banyak prajurit yang mengatakan, mereka juga ingin ikut melihat, tapi dia menolaki permintaan tersebut. Dengan hati yang mantap, Arga berkata, "Aku memilih dia untuk menjadi istriku." Telunjuknya ditujukan pada seseorang. TO BE CONTINUED ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD