bc

JODOH PAK LURAH

book_age12+
7.9K
FOLLOW
82.3K
READ
mate
doctor
drama
comedy
sweet
bxg
love at the first sight
wife
husband
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Ini kisah tentang Rinjani. Rinjani yang pergi ke sebuah desa kecil menyusul Arjuna kembarannya dengan tujuan lari dari para pelamar, justru di pertemukan dengan Rama. Seorang lurah muda dengan segala daya pikatnya. Rinjani yang awalnya belum memiliki rencana untuk menikah, tiba-tiba menerima lamaran untuk menjadi Ibu lurah.

"Bapak ngapain lihatin saya seperti itu ?"

"Dek dokter mau jadi Bu Lurah?"

"Maksudnya ????"

chap-preview
Free preview
BAB 1: ARJUNA DAN RINJANI
SELAMAT MEMBACA *** “Selamat siang ibu Dokter…” “Siang …” “Mau makan siang Dok?” “Iya, duluan ya …” “Silahkan Dok…” Seorang perempuan muda berjalan dengan anggunnya di koridor sebuah rumah sakit besar. Dia adalah salah satu dokter cantik yang banyak di gemari oleh pasiennya. Selain wajahnya yang cantik, sikapnya juga sangat ramah dan perhatian pada semua orang. Di tambah lagi, dia adalah putri satu-satunya pemilih rumah sakit tempatnya bekerja. Ayah dan Ibunya juga dokter di rumah sakit itu, termasuk Abang kembarnya juga seorang dokter primadona disana. Dia adalah Jani, nama lengkapnya Rinjani Putri Satyagana. Kehidupannya terasa sangat sempurna, keluarga yang lengkap dan bahagia, pekerjaan yang bagus, cantik dan pintar serta dari keluarga terpandang. Siapa yang tidak menginginkan kehidupan seperti Rinjani. Banyak orang iri dengan kehidupannya, namun tidak banyak yang tau kisah masa kecilnya. Mungkin tuhan memang selalu berlaku adil. Rinjani kecil yang pernah di tinggalkan oleh ibunya, Rinjani kecil yang selalu menjadi bahan olok-olokan teman-temannya karena tidak memiliki ibu akhirnya sekarang bisa memiliki keluarga lengkapnya dan hidup dengan bahagia. Usianya yang sudah memasuki angka 26 tahun, kerap membuatnya di jadikan sasaran lamaran oleh banyak orang baik rekan sesama dokternya ataupun putra relasi ayahnya. Namun, sampai detik ini Rinjani merasa belum menemukan seseorang yang cocok dan menarik hatinya untuk di jadikan teman hidupnya. Dia masih ingin menikmati masa lajanganya. “Jani mau makan siang?” langkah Rinjani terhenti saat melihat seorang wanita dengan kerudung merah berdiri di hadapannya. Dia adalah Utari, bunda dari Rinjani dan Arjuna. “Iya Bun,” jawab Rinjani. “Ayo makan sama Ayah dan Bunda, ini tadi Mbok sudah kirimkan makan siang.” Utari mengangkat Rantang di tangannya. Tanpa di minta dua kali, Rinjani langsung mengikuti bundanya masuk. Rinjani bisa melihat ayahnya tengah duduk di balik meja kerjanya, sambil membaca kertas-kertas yang entah apa. Meski usia ayahnya sudah tidak muda lagi namun paras ayahnya tidak bisa di abaikan, wajahnya masih tampan belum terlihat adanya kerutan di sana. Tubuh ayahnya juga masih bugar, karena pola hidup sehatnya selama ini. Tidak heran jika setiap harinya bundanya akan semakin jatuh cinta pada ayahnya itu. Saat melihat Rinjani dan Utari masuk, Abi tersenyum lalu berdiri dari duduknya, menyambut kedatangan dua perempuan terkasihnya itu. Cup … Tanpa sungkan, Abi mengecup singkat kening Utari membuat Rinjani melayangkan protesnya karena ayahnya yang selalu pamer kemesraan di hadapan anak-anaknya. “Ayah Bunda, tolong ya jangan mesra-mesraan di depan Jani. Jani kan jomblo …” protes Rinjani pada sikap pamer ayahnya. Rinjani langsung duduk di sofa panjang di dalam ruangan itu, tangannya sibuk membuka kotak makan siang yang di bawa bundanya tadi. “Biarin, biar Jani pengin terus nikah. Cepat pilih satu laki-laki yang melamar. Nanti ayah buatkan pesta yang besar,” jawab Abi. Abi sering menggoda putrinya itu untuk segera menikah, tapi sampai saat ini belum juga berhasil membuat putrinya itu menetapkan satu pilihannya. Padahal banyak lamaran sudah datang untuk putrinya itu. Dia terkadang merasa sungkan untuk terus menolak lamaran dari orang-orang, takut jika orang-orang berfikir putrinya terlalu tinggi memasang kriteria calon suami atau orang akan mengatakan dia terlalu pilih-pilih dalam mengambil menantu. “Ayah sengaja kan??” “Iya memang,” jawab Abi cuek. “Bunnnn…” rengek Rinjani pada Utari. Utari hanya menggeleng tidak habis fikir, sudah terlalu sering melihat perdebatan kecil di antara anak-anaknya dengan suaminya. Utari juga tidak habis fikir dengan suaminya, usianya sudah tua tapi masih suka menggoda anak-anaknya. “Sudah ayo makan,” Utari mulai mengambilkan makanan untuk suaminya. Abi menerima makanan pemberian istrinya dengan senang hati. Sedangkan Rinjani, dia mengambil makanannya sendiri. *** Rinjani melempar ponselnya keatas ranjang. Dia memukul bental di tangannya dengan kesal. Tok… Tok …Tok… “Boleh Bunda masuk cantik?” Utari sudah berdiri di depan pintu yang terbuka, ingin masuk kekamar anaknya. “Masuk Bun…” Utari masuk kedalam kamar putrinya. Sepertinya putrinya itu tengah kesal, sejak tadi dia perhatikan putrinya nampak uring-uringan. “Jani kenapa? Bunda lihat kok sepertinya sedang kesal.” Utari mengusap pelan kepala Rinjani dengan sayang. “Jani kangen Abang,” ucap Rinjani dengan pelan. Memang sudah hampir dua bulan ini Arjuna, abang kembarnya itu pergi ke Jogya. Menjalankan pengabdian di masyarakat sebagai dokter di salah satu puskesmas yang terletak di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Dan sudah hampir dua bulan juga Rinjani belum bertemu dengan Abangnya itu, bahkan untuk sekedar bertukar kabar saja jarang karena sinyal yang kurang memadahi di wilayah Abangnya bertugas. Seperti malam ini, Rinjani yang ingin mendengar suara abangnya lagi-lagi harus menelan kekecewaan karena ponsel Arjuna yang selalu di luar jangkauan. “Baru juga dua bulan di tinggal,” sahut Abi tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu.  “Jani mau ke Yogya nyusul Abang pokoknya.” “Tidak boleh!” sahut Abi dan Utari langsung. “Kenapa memangnya?” tanya Rinjani. Dia kan hanya ingin menyusul Abangnya, dua hari juga cukup yang penting bisa bertemu dengan Abangnya itu. “Bunda tidak kasih izin pokoknya,” ucap Utari dengan tegasnya. Putranya pergi saja sudah membuatnya merasa sepi. Bagaimana jika putrinya juga harus pergi, dia tidak bisa di tinggalkan kedua anaknya sekaligus. “Kasih izin Jani pergi ya Bun. Jani kangen Bang Juna. Mau ketemu Abang Juna. Dua hari saja, nanti langsung pulang,” Rinjani memohon pada Utari agar dizinkan pergi. Sejak tadi dia sudah memikirkan untuk menyusul Abangnya. Sejak mereka bertemu waktu kecil, mereka tidak lagi pernah di pisahkan. Bahkan Arjuna dan Rinjani kuliah di kampus dan jurusan yang sama agar tidak berpisah. Ini merupakan rekor perpisahan terlama mereka. Tidak heran jika Rinjani sangat merindukan kembarannya itu. Utari tenggeleng tegas, dia tetap tidak akan mengizinkan putrinya pergi. “Padahal Jani cuma mau nyusulin Abang, paling dua hari. Tapi Bunda tidak kasih izin, terus bagaimana kalau Jani dapat jodoh orang jauh masa Bunda juga tidak kasih izin menikah.” Utari hanya diam mendengar ucapan putrinya. Benar saja apa yang di katakan putrinya itu, dia tidak bisa berpisah lama dengan putrinya lalu bagaimana jika nanti Rinjani menikah dan dapat jodoh orang jauh. Apa Utari akan bisa berpisah lama dengan putrinya. “Ayah…” ucap Rinjani pada Abi yang masih berdiri di dekatnya. “Tidak usah ya Nak. Ngapain nyusulin Abang di sana. Dia kan kerja, bukan liburan. Nanti malah bikin susah,” bujuk Abi. “Tapi kangen…” “Nanti kalau sudah ada sinyal, kan bisa telpon.” Akhirnya dengan terpaksa Rinjani menuruti ucapan ayahnya. Jika bundanya melarang tapi Ayahnya masih memberi izin dia masih bisa mekerja sama untuk meluluhkan hati bundanya. Tapi kalau ayah dan bundanya sudah kompak mengatakan tidak maka percuma saja mau membujuk bagaimana pun. *** Di tempat lain… Arjuna tengah bersiap-siap untuk pulang dari puskesmas tempatnya praktik. Dua bulan sudah dia tinggal di desa ini. Daerah pedesaan yang sedikit jauh dari perkotaan. Dia datang sebagai dokter pengganti untuk puskesmas di wilayah tersebut. Karena dokter yang biasanya praktik di sana sudah pensiun dan belum ada gantinya. Arjuna yang merasa tertarik untuk mengabdi di pedesaan, akhirnya memutuskan untuk berangkat. Anggap saja hidupnya sudah terlalu tenang dan nyaman selama ini, sehingga dia ingin mencoba sesuatu yang menantang. “Dokter Juna sudah mau pulang?” tanya seorang laki-laki paruh baya yang tengah berjaga di depan puskesmas. “Nggih Pakde,” (Iya Pakde) jawab Arjuna dengan ramahnya. “Nggih monggo. Ngatos-atos nggih…” (Iya silahkan, hati-hati ya) “Monggo Pakde,” (Mari Pakde) “Monggo-monggo.” (Mari-mari) Bapak itupun tersenyum mempersilahkan. Arjuna mengambil sepeda motornya yang dia parkirkan di halaman samping dan mulai menjalankannya pelan menuju tempat tinggalnya. Selama menjadi dokter disana, Arjuna mendapatkan fasilitas tempat tinggal dan kendaraan untuk pulang pergi dari tempatnya bekerja ke rumah. Rumah yang dia tinggali saat ini adalah salah satu rumah milik kepala desa yang tidak di huni, yang kemudian di berikan untuk fasilitas umum. Biasanya mahasiswa KKN yang akan tinggal disana, tapi karena sekarang ada Arjuna maka Arjuna lah yang menempati rumah tersebut. Sepanjang jalan dia melewati jalan persawahan. Hari sudah hampir gelap, matahari mulai kembali keperaduan. Orang-orang yang awalnya bekerja di sawah ataupun di ladang juga mulai meninggalkan pekerjaannya untuk kembali pulang. Tidak sedikit yang menyapa Arjuna di sepanjang jalan. Meski baru dua bulan tinggal di sana, namun Arjuna sudah menjadi dokter primadona bagi warga. Selain parasnya yang tampan, sikap ramahnya juga menarik perhatian warga. Kapan lagi mereka akan bertemu dokter tampan yang ramah dan mau tinggal di desa jauh dari hiruk pikuk perkotaan seperti itu. “Baru pulang Pak Dokter?” sapa seorang warga saat bertemu Arjuna di persimpangan Jalan. “Nggih Pak, monggo…” (Iya Pak, Mari) Jawab Arjuna. “Nggih-nggih, monggo-monggo …” (Iya-iya, Mari-mari) Tak lama, Arjuna menghentikan motornya di sebuah rumah sederhana namun terlihat rapi. Memiliki halaman yang luas dengan berbagai bunga di sana. Dia langsung masuk kedalam rumah dan ingin beristirahat. * * *   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook