Diary Berduri

Alina POV Namaku ALINA KRIA (16 tahun) saat ini aku sudah duduk di bangku kelas 1 SMA, aku bersekolah di salah satu SMA swasta di kota Bandung. Aku bukanlah termasuk anak yang mudah bergaul di sekolah, walau pun kata orang-orang aku memiliki wajah yang cantik dan kulit yang putih tidak menjadikan aku merasa percaya diri dengan diriku sendiri. Bagiku cantik bukan menjadi suatu keharusan bagi kita untuk menjadi siswi populer di sekolah, apalagi aku sudah cukup bahagia dengan memiliki sedikit teman atau sahabat saja namun tetap bisa mengerti kita sepenuhnya tanpa ada embel-embel lainnya lagi. Walaupun bukan murid yang populer di sekolah, aku juga bukan termasuk anak yang pendiam dan tidak bersosialisasi. Bagaimana harus menjelaskan nya ya? Yah, kira-kira aku pertengahan diantara keduanya. Aku memiliki teman dan juga bergaul dengan baik, hanya saja bukan murid yang banyak di idolakan oleh laki-laki di sekolah. Banyak teman yang menyukai ku sebagai teman mungkin karena memang aku orangnya humble, mereka bilang sih aku anaknya asik di ajak bercanda dan juga ngobrol bareng. Di sekolah aku hanya memiliki dua teman akrab saja, mereka adalah YULISA ANDINI (17 tahun) dan PHUJIA CAROLINE (18 tahun). Mereka berdua adalah sahabat yang begitu berarti bagiku, karena kami bertiga sudah seperti keluarga. Lebih kurangnya bisa dibilang seperti adik-kakak, kemanapun kami bertiga selalu pergi bersama-sama menghabiskan waktu bertiga dengan curhat atau bermain game dan juga hal-hal lainnya. Kenapa kedua sahabatku itu sangat berarti? Selain sudah seperti keluarga, hal lainnya adalah karena aku dan Ibuku ( NANSIH ROHMANIA 40 tahun) sebenarnya tidak akur. Kami sering sekali bertengkar bahkan karena hal kecil, terlebih lagi karena aku hanyalah anak tunggal tidak ada orang lain di rumahku yang bisa aku ajak berbicara untuk sekedar berkeluh kesah atau bercanda riang dan menghibur ku di saat aku bertengkar dengan Ibu. Awalnya aku dan Ibu ku tidak pernah bertengkar, pertengkaran ku dengan Ibu di mulai saat Ayahku meninggal dunia ketika aku kelas 2 SMP. Sejak ayah pergi untuk selama-lamanya, aku dan Ibuku tidak pernah lagi saling bercengkrama seperti dulu. Kami selalu saja berdebat mengenai apapun itu, walaupun hal yang sangat tidak penting sekalipun. Entah mengapa sebabnya Ibuku bisa berubah, sampai saat ini pun aku tidak tau apakah itu kesalahanku atau Ibu terpukul karena kepergian ayah dan melampiaskannya kepadaku. Karena begitu jarangnya kami berdua berbicara, bahkan masuk ke sekolah SMA ini saja adalah salah satu paksaan dari Ibu. Setelah Ayah 'pergi', Ibu selalu memutuskan segala hal sebelah pihak seakan-akan aku tidak ada. Ibu selalu saja membuat suasana di rumah sangat tidak nyaman bagiku, bahkan dia tidak pernah memikirkan bagaimana kehidupan ku di sekolah atau apakah aku sudah makan atau belum seperti sekarang Ibu sudah tidak peduli padaku lagi. Untung saja aku bertemu dengan kedua sahabat yang sangat menyayangi ku itu, sehingga hari-hari di sekolahku tidak terasa berat dan membosankan. Di sekolah, Yulisa dan Phujia duduk satu bangku, sedangkan aku duduk di belakang bangku mereka berdua dan harus duduk satu bangku dengan teman sekelas laki-laki yang namanya DHAMA SAMUDRA (18 tahun). Aku dan Dhama juga berteman, namun tidak terlalu akrab walaupun kami berdua duduk satu bangku. Hanya seperti teman sekelas biasa saja, sama dengan teman yang lainnya, hanya saling menyapa dan mengobrol seadanya saja. Sebenarnya aku juga punya 'rahasia' bahkan kedua sahabat ku juga tidak mengetahuinya, di kelas ini sebenarnya ada seorang teman laki-laki bernama PHIANDRA RAYI (18 tahun) yang aku sukai, perasaan ku sedikit berbeda terhadapnya. Ada perasaan lebih dari sekedar teman kepadanya, hatiku akan berdebar kencang jika aku berada di dekatnya. Bagaimana tidak? Phiandra memiliki wajah yang tampan, dan bukan hanya itu saja postur tubuhnya yang tinggi juga kulitnya yang berwarna putih membuat dirinya begitu mempesona. Bahkan jika orang yang tidak terlalu kenal akrab dengannya akan menyangka kalau dia anak blasteran, padahal kenyataannya tidak sama sekali. Phiandra itu adalah orang Indonesia asli, tanpa ada campuran darah dari orang luar negeri manapun. Sangat tidak bisa dipercaya tapi memang itulah kenyataannya, wajah tampan dan postur tubuhnya memang bisa menipu orang yang tidak mengenalnya. Aku sudah suka pada Phian (nama panggilan Phiandra) semenjak kami masih murid baru, sejak masa orientasi siswa dia selalu membantuku mengatasi masalah-masalahku dan itu membuatku merasa di istimewa kan. Perasaanku terhadap Phiandra semakin hari semakin bertambah, terlebih dia selalu saja bersama denganku kemanapun juga ( Ya, kecuali Toilet. Hehe). Walaupun memang bukan hanya ada aku dan Phiandra berdua saja, tentunya Yulisa dan Phujia juga ada bersama-sama dengan aku dan Phian. Kita berempat selalu ke kantin bersama saat sedang istirahat sekolah, dan juga kami sering berkumpul berempat di manapun itu. Bahkan bisa di katakan kemanapun kita bertiga pergi, Phiandra akan selalu ikut dengan kami. Hubunganku dengan Phiandra semakin hari semakin dekat, walaupun sebenarnya aku tau jika cintaku pada Phian tidak akan mungkin terwujud. Semua karena Yulisa, ya selama ini selain aku ternyata Yulisa juga diam-diam menyukai Phiandra. Meski sudah tau sahabat ku itu sama-sama menyukai Phian, namun aku tidak bisa begitu saja menghilangkan perasaan suka ku terhadap Phian walai sudah berusaha. Kedekatan kami berempat semakin terjalin seiring waktu, hingga aku selalu menceritakan apapun yang ada di dalam isi hatiku kepada Phian ( terkecuali perasaan cinta ku padanya tentu saja ). Begitupun juga halnya dengan Phiandra, dia selalu terbuka dan menceritakan tentang dirinya kepadaku ( atau itu hanya menurut ku saja? Tapi sepertinya tidak.) Begitulah kedekatan ku dengan Phiandra terjalin semakin erat. TAPI... Semua berubah saat suatu hari tanpa sengaja aku membawa buku Diary ku ke sekolah, buku Diary yang mengubah kehidupanku menjadi lebih kelam dari saat ayahku menutup mata untuk selama-lamanya. Yang mengubah hubungan pertemanan ku dengan kedua sahabatku menjadi semakin rumit dan menjauh dengan perlahan-lahan!! Hingga pada kenyataannya aku bisa menyadari, yang mana teman dan yang mana lawan. Mana yang akan selalu ada di sisimu walaupun kamu terjatuh begitu dalam dan mana yang akan meninggalkanmu saat kamu terpuruk dalam suatu masalah. Lalu pada akhirnya kamu akan melihat mana orang yang tulus menyayangimu, dan dia lah yang nantinya akan mencabut 'Duri' yang tertancap di dalam hatimu dan menghilangkan luka yang kamu derita selama ini. Jadi sadarilah, tidak semua akan selalu ada di sisi mu saat kamu terjatuh. Dan lihatlah orang yang selalu ada di samping mu dan selalu mendukungmu saat kamu benar-benar terpuruk, jangan pernah lepaskan orang itu karena dialah orang yang benar-benar tulus menyayangi dirimu apa adanya kamu. Alina POV END