bc

Bidadari Tanpa Sayap

book_age18+
15.3K
FOLLOW
120.4K
READ
billionaire
possessive
contract marriage
family
love after marriage
forced
arrogant
CEO
drama
city
like
intro-logo
Blurb

Calvin, pria tampan, asli Amerika. Tubuhnya tinggi dan atletis. Wajah tampannya tidak seperti pada umumnya. Jika biasanya pria setampan Calvin, adalah seorang playboy, maniak s*x, dan sering bergonta-ganti pasangan.

Tapi tidak dengan Calvin. Pria itu berhati dingin. Pendiriannya keras bagai batu. Belum ada seorang pun wanita yang berhasil mencairkan kristal beku di hatinya. Rahasia apa yang membuat Calvin menjauh dari sosok wanita? Tapi aneh, Calvin sudah mempunyai seorang putra, yang sama tampannya dengan dirinya.

Hidup Calvin berubah, sejak bertemu Clarissa, ia mulai mengerti, mengapa putra nya sangat menyukai Clarissa. Wanita cantik, yang menjadi guru TK putranya.

Yuk simak cerita Calvin dan Clarissa. Jangan lupa, tap love, biar nggak kehilangan jejak novel ini.

Gambar ilustrasi, di ambil dari pinterest.

chap-preview
Free preview
Clarissa Astri Ramlan
Matahari bersinar terik di langit yang cerah. Awan awan tipis menggumpal bagai permen kapas yang cantik. Datang dan pergi silih berganti, menghiasi langit di siang itu. Di sebuah taman kota, terdapat rombongan wanita sedang membawa balon warna warni. 4 orang wanita itu, tengah tertawa. Baju mereka yang berwarna hitam dan putih, melekat rapi di tubuhnya. Dan sebuah selempang berwarna hijau tua, menyampir di pundak mereka. Selempang itu, bertuliskan 'TK Ceria Mandiri' 4 wanita itu, berusia di antara 20 tahun, hingga 49 tahun. Dari 4 wanita itu, hanya satu yang terlihat paling menonjol. Dia adalah Clarissa Astri Ramlan. Di umurnya yang sudah menginjak angka 25 tahun, ia terlihat dewasa, dan mandiri. Selain mandiri dan dewasa. Clarissa di anugerahi wajah yang cantik dan lembut. Bulu matanya yang lentik sejak kecil, membingkai indah mata bulatnya. Hidung kecil nya yang mancung, tampak serasi, berpadu dengan bibirnya yang penuh dan sensual yang berwarna pink. Kulit tubuhnya yang putih, membungkus tubuh sintalnya yang seksi. d**a nya membusung padat nan seksi. perutnya tetap langsing dan singset, walaupun ia pernah hamil hingga 8 bulan. Namun bayinya terpaksa harus meninggalkan dirinya, karena ulah ayahnya yang keji, dan tidak bermoral. Clarissa dan Dewi yang berumur 20 tahun, berdiri berdampingan. Mereka membagi bagikan balon secara gratis, di sebuah taman kota. "Kamu juga mau sayang? Warna apa yang kamu suka?" Ucap Clarissa pada seorang gadis kecil yang pemalu. Gadis itu menginginkan balon Clarissa, namun ia dengan malu malu, bersembunyi di balik rok ibunya. "Warna merah" Ucap gadis pemalu itu pelan. "Hai gadis cantik. Kamu kelas berapa sayang?" Gadis itu menggeleng. "Oh.... Jadi belum sekolah ya? Besok sekolah di TK Bu guru ya? Di sana, kamu nanti, bisa dapat teman baru, bermain main dengan teman teman baru, dan di sana juga, banyak berbagi jenis alat musik loh, nanti Bu guru akan mengajarimu main musik sama teman teman mu" Ucap Clarissa ramah, senyum cantik tak pernah lepas dari bibir indahnya. "Bunda, kalau berkenan, silahkan titipkan pendidikan putri anda di sekolah kami. Insya Allah, kami akan membimbing putra putri anda dengan sebaik mungkin" Ucap Clarissa pada ibu sang gadis kecil. Dan ia memberikan sebuah selebaran, berisi informasi sekolah TK, tempat Clarissa mengajar. "Dah sayang.... Selamat hari anak. Sebelum dapat balon, Bu guru minta sebuah ciuman dong" Dan gadis itu, tanpa berat hati mencium pipi Clarissa. Setelah mendapat sebuah ciuman, Clarissa memberikan sebuah balon merah, pada gadis kecil di depan nya. "Risa, kamu nggak jijik? Di cium sama sembarang anak? Kadang, hidung mereka kan ada yang ingusan? Ih.... Jijay aku..." Ucap Dewi, bahunya bergidik jijik, membayangkan ada ingus anak yang bau, menempel di pipi nya. "Hahaha..... Lucu kamu Wi, kalau ada yang ingusan sih, aku bersihin aja ingus nya, nggak usah mencium pipiku juga kali" "Kalau dia maksa gimana?" "Ya nggak masalah, asalkan dia mau ku bersihkan dulu ingus nya itu" "Ih... Menjijikkan...." Pekik Dewi. Dan Clarissa menanggapi rekan kerja plus sahabatnya itu dengan tawa renyah. Clarissa dari tadi, memang selalu meminta ciuman, dari anak anak yang ia beri balon. Dan hampir semua anak, mau mencium pipi Clarissa. Wajah Clarissa yang cantik, menjadi daya tarik tersendiri, bagi anak anak. Sehingga anak anak pun tidak keberatan mencium pipi Clarissa yang putih dan halus. Jangan kan anak anak, para pemuda yang lewat, kerap kali menghampiri Clarissa untuk meminta balon nya, hanya agar bisa mencium pipi Clarissa yang halus dan lembut. Dan tentu saja, Clarissa tidak akan memberikan balon nya pada setiap orang yang meminta, karena ia hanya akan memberikan pada anak anak. Bukan tanpa alasan, Clarissa minta hadiah ciuman dari setiap anak. Bagi Clarissa. Anak anak itu, bagaikan seorang malaikat kecil yang lucu. Mereka harus bahagia dan tertawa. Untuk itulah dia mengajar di sebuah TK, walau sebenarnya, mengajar di TK tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya. Clarissa tidak peduli, ia terlanjur mencintai anak anak. Clarissa adalah sosok wanita pencinta anak anak. Malam malam nya selalu membuatnya teringat pada anak nya yang kecil dan rapuh. Belum genap sembilan bulan ia harus keluar dari hangatnya rahim Clarissa. Tubuh mungil itu terlihat lebih kecil dari bayi umumnya. Dan ia hanya mampu bertahan di dunia ini semalam saja. Kata dokter, d**a bayinya mengalami memar, di sebabkan karena, tendangan keras dari sang ayah bayi. ****** "Pa, aku mau balon itu" Celetuk anak laki laki di dalam mobil mewah. Tangan mungilnya menunjuk pada balon warna warni yang mengambang di udara. Balon balon itu di pegang oleh beberapa wanita yang berpakaian atasan putih, dan roknya berwarna hitam. Wajah tampan anak itu, tampak berbeda dengan sang ayah yang berwajah khas orang Eropa. "Itu balon murahan Vino. Nanti papa belikan ratusan balon terbaik untukmu" Ucap sang papa dingin, dia tidak menatap putranya, karena ia sedang sibuk menatap i pad mewahnya, yang berwarna gold. Pria itu mengangkat i pad nya, untuk mencari sinyal. "Hei, pak Joko! Apa telinga mu rusak? Aku tadi bilang pengen balon itu kan? Itu artinya, kamu harus berhenti sekarang juga" Vino sang anak, membentak si supir yang sudah berumur 45 tahun, tanpa sopan santun. Calvin sang papa, hanya menggelengkan kepalanya, melihat sikap kasar putra nya. Ia sudah tidak heran dengan sikap Vino yang arogan di umurnya yang baru saja lima tahun. Sifat Vino yang keras, selalu membentak, bila keinginan nya tidak di penuhi. Suka menyuruh siapa saja yang ada di sekitarnya. itu bukan lah hal yang aneh. Bagi Calvin itu sangat wajar. Karena ia terlahir dari keluarga kaya raya. Semua keinginan nya bagaikan titah raja yang harus di laksanakan sekarang juga. Walaupun sebenarnya, ia kewalahan dengan sikap Vino, namun ia bisa membungkam mulut Vino yang rewel, dengan mainan mainan mahal. Setelah mobil berhenti, Vino segera turun dari mobil. Kaki kecilnya berlari lari menyusuri taman, menuju tempat balon warna warni berada. Sedangkan Calvin, ia membuntuti Vino dengan masih membawa tab mahalnya. Ketika tidak menemukan sinyal yang kuat, I pad mahal Calvin bagaikan sebuah barang rongsokan yang tak berguna. Calvin hampir saja membanting I pad nya, jika saja di dalam i pad nya tidak menyimpan file file penting. Mata Calvin heran melihat Vino, mengapa tiba tiba Vino berhenti dari larinya? Padahal ia belum sampai, di tempat balon balon itu. Vino langsung bersembunyi di balik kaki panjang papanya. Ketika Calvin sampai di tempat Vino berhenti. Calvin tidak mengerti, mengapa mata Vino terlihat tidak senang bercampur takut. Calvin lalu menatap balon itu yang kini tinggal satu. balon itu sedang di pegang wanita cantik. Senyum wanita itu selalu mengembang indah. Rambut wanita itu tergerai panjang ke punggung. Rambut hitam nya berkilau indah ketika cahaya matahari menerpa rambut itu. Dan berkibar kibar ketika terkena hembusan angin. Calvin memang tak meragukan kecantikan wanita itu, ia begitu mempesona. Mampu mencuri perhatian setiap orang yang melewatinya. Tapi tidak bagi Calvin. Kecantikan wanita itu tidak mampu menembus dinding hatinya yang terbuat dari batu kokoh. Tidak mampu menggetarkan hatinya. Calvin bergegas menuju wanita itu, ia tidak boleh kehilangan balon yang tinggal satu buah itu. Jika tidak, ia pasti akan di buat pusing oleh tangisan Vino yang keras kepala. Vino sedang menginginkan balon dari wanita itu. Bukan yang lain. ****** Clarissa merasa pria tampan berwajah Eropa selalu menatap dirinya, hingga ia di buat salah tingkah. Dan saat pria itu mendekat. Clarissa tahu, pria itu pasti seperti akan berbuat sama dengan pemuda pemuda tadi yang senang menggodanya. Para pemuda itu, tidak menginginkan balon nya, tapi mereka ingin mencium pipi Clarissa. Clarissa tahu, pria itu pasti akan berbuat sama dengan pemuda tadi. Buru buru, ia sembunyikan balon nya yang tinggal satu. d**a nya berdegup kencang saat pria itu semakin dekat. Wajah tampan nya membuat ia gugup. "A.... Apa yang mau kamu lakukan?" Clarissa mundur ke belakang. Jantung nya berdegup kencang saat pria itu tanpa ragu maju ke arahnya. Tap. Kaki Clarissa terhenti, karena menubruk kursi panjang yang barada di belakangnya. Clarissa tidak bisa kemana mana. Pria itu menguasai tubuh mungil Clarissa dengan kedua tangan nya. Pipi lembut Clarissa merona merah, saat nafas pria itu berhembus hangat di pipinya. "A.... Apa yang anda lakukan?" Tanya Clarissa terbata bata. Satu detik kemudian, pria itu telah menarik tubuhnya. Merampas panas yang tadi sempat tercipta di antara keduanya. Clarissa sempat melihat senyum tipis dari bibir pria tampan itu. "Aku minta balon mu, boleh?" Ucap pria itu. Mata cokelatnya, menatap tajam mata Clarissa. "Tidak boleh" Sahut Clarissa, ia hendak meraih balon itu, tapi tidak bisa, karena Calvin mengangkat tinggi tinggi balon itu. "Kenapa tidak boleh? Ini hanya sebuah balon murahan" "Karena aku tahu, tujuan mu pasti ingin menciumku kan? Kembalikan balon itu" Clarissa berusaha meraih balon terakhirnya. Tapi Calvin tetap saja mengangkat balon itu tinggi tinggi. Karena ia terus berjinjit, maka tanpa sengaja, kakinya menyandung kakinya sendiri. Sehingga ia terjerembab ke depan. Menubruk pria tampan bertubuh athletis di depan nya. Pria tampan berjas itu, refleks memeluk pinggang ramping Clarissa. Ia mencegah agar Clarissa tak jatuh ke tanah. Calvin lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Clarissa. "Aku hanya ingin meminta balon mu saja, siapa bilang aku ingin menciummu?" Bisik Calvin pelan, dan itu membuat Clarissa langsung menarik tubuhnya. Ia salah tingkah, ternyata ia telah salah faham. Ia telah menciptakan hari terburuk dalam hidupnya. Ia telah mempermalukan dirinya sendiri. "Wajah mu sangat merah, apa kau sangat malu karena aku akan menciummu? Sayang sekali, kau harus kecewa, karena dia lah yang akan mencium mu" Calvin memberikan balon di tangan nya pada anak kecil yang sedari tadi ada di belakang nya. Dia Vino. Dan Clarissa tidak menyadari sama sekali, kehadiran Vino. "Aku tidak mau mencium wanita jelek ini papa. Aku sangat jijik padanya. Hei Tante, bersihkan dulu pipimu yang jelek itu. Tapi, walaupun sudah kau bersihkan seratus kalipun, aku tidak akan rela mengotori bibirku dengan mencium pipi kotormu itu" Ucap Vino kasar, ia lalu menyambar kasar balon yang berada di tangan papanya. Sedangkan Clarissa, ia berdiri membatu di tempatnya. Ia tidak menyangka, bibir pria kecil itu tak semanis wajah nya. Kata kata kotor nan kasar keluar dari bibir mungilnya. Dan menghujam pedih ke hati Clarissa. Bersambung.......

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

RAHIM KONTRAK

read
418.6K
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

The Ensnared by Love

read
104.0K
bc

Pengganti

read
301.9K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
465.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook