Bab 4 - Tn. Smith

1514 Words
Bantal mulai menjadi basah. Ia sedikit kesal karena aroma yang ditimbulkan. Bantal dan selimut saling memandang karena kepala Wish bergerak tak menentu. Keringatnya keluar deras dan wajahnya terlihat kacau. Wish bergerak menggeliat karena menahan sakit. Tak lama kemudian ia membuka mata melihat ke arah jam dinding. Ternyata hari sudah sore. Ia tidak sadar semua yang ia lihat hanyalah kilasan kenyataan yang hadir dalam mimpi. Ia tak tahu bahwa itu adalah tanda yang membuka alam lain. Wish pun keluar dari kamarnya menuju lantai satu untuk mengambi minum. Kerongkongannya terasa sangat kering dan sedikit sakit. Beberapa kali ia memijat tenggorokannya. Peralatan rumah tangga kembali beraksi, memberikan perhatian kepada sekeliling rumah. Bunga anggrek yang terletak di meja ruang tamu melihat Wish yang berjalan dari tangga menuju ruang tamu. Rak buku melihat Ny. Pratja berteriak kepada Wish dari arah yang berlawanan dan berkata, “Wish, ada telepon untukmu.” Ia memajukan tangannya dan menunjukkan gagang telepon kepada Wish. Wish tidak jadi pergi mengambil minum karena tepat saat berada di ruang tamu ia mendapat telepon entah dari siapa. Ia mencoba mengingat-ingat siapa yang meneleponnya kali ini. Karena sebenarnya ia tidak memiliki teman sama sekali saat bersekolah di sekolah dasar rakyat pembantu. “Dari siapa, Bu?” tanya Wish yang mendekat. Ny. Pratja menaikkan pundaknya. Ia tidak tahu dengan jelas siapa yang menelepon. Wish mengambil gagang telepon dari Ny. Pratja.  "Ibu tidak tahu!" ucap Ny. Pratja. “Halo," kata Wish. “Ingatlah, bahwa potongan pikiranmu ada yang hilang.” Ucap seseorang dari telepon yang tidak menjelaskan asalnya. “Halo,” ucap Wish kembali. Tetapi, tidak ada jawaban. “Halo, ini siapa? Apa maksudnya?” ucap Wish lagi dan telepon di tutup. Rak buku melihat Ny. Pratja mendekati anaknya kembali, “Dari siapa?” tanyanya yang mendekat kepada Wish. “Udah dimatikan Bu, salah sambung mungkin!” Jelas Wish. Wajah Wish berubah karena satu kalimat yang aneh yang mengatakan bahwa ingatannya ada yang hilang. Ia tidak pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kepalanya bermasalah. Wish yakin bahwa telepon itu salah sambung. Ia tidak bisa lupa apa yang ia lakukan seumur hidupnya, tidak mungkin ia melupakan potongan ingatannya. Wish masih mencoba berpikir apa yang terjadi sambil memegang gagang telepon yang belum ia letakkan ke tempatnya. Di sudut yang lain, bunga anggrek melihat pria besar dengan perut buncit masuk ke dalam rumah. Ia membawa tas besar dan memegang brosur di tangan kanannya. Dibelakangnya diikuti seseorang yang sudah tua memakai kacamata hitam dan topi baret di kepalanya. Ia memakai jas coklat yang terbuat dari kulit, dan aromanya terasa lembab. Matanya bulat dan tajam dengan keriput yang dihiasi kumis tebal. Ia berjalan lambat dan memperhatikan sekelilingnya. Bunga Anggrek tahu bahwa pria yang memegang tas itu adalah Ayah Wish - Tn. Pratja. Tapi, ia tidak tahu pria yang berada di belakang Tn. Pratja. Tn. Pratja memeluk Wish erat. Ia bahkan tidak sempat meletakkan gagang telepon yang ia pegang karena sudah terlanjur kaku di dalam pelukan Tn. Pratja. Ia sangat rindu dengan anaknya itu. Sudah tiga hari ia tidak bertemu karena perjalanan luar kota yang ia lakukan. Ny. Pratja tersenyum sebentar lalu teralihkan oleh sapaan yang ia dengar dari pria tua itu. "Hai." Ia membuka topinya memberi salam dengan menundukkan kepala lalu setelahnya, ia membuka kaca mata hitamnya dan menyangkutkannya di ikatan bajunya. Ny. Pratja menatap suaminya dengan wajah paksa. Ia memberikan isyarat dengan menaikkan alisnya sambil menoleh dengan tatapan ramah kepada tamu yang tak di undang, meski masih terlihat terpaksa. Mereka tidak terbiasa kedatangan orang asing, apalagi penampilan pria tua itu seperti rakyat b***k. Suasana menjadi dingin. Tatapan pria tua berubah karena mengerti maksud gerak Ny. Pratja yang tidak senang akan kehadirannya. Ia menyipitkan bibirnya dan mengerutkan alis. Tn. Pratja melepaskan pelukannya dari Wish sehingga ia bisa meletakkan gagang telepon itu kembali.  "Yah, dunia menjadi kehilangan sopan santun akibat wabah itu." Cetusnya dengan lembut dan terasa penyesalan karena kehadirannya tidak diinginkan. Ia memainkan tangannya agar lebih tampak dramatis. Ia terlihat kesal karena sambutan Ny. Pratja yang sangat terkejut melihat orang baru datang ke rumahnya. Bagi kalangan Pembantu dan b***k tidaklah biasa menerima tamu datang ke rumah mereka apalagi dengan sengaja mengundang mereka ke rumah sendiri. Mereka hanya menyampaikan pesan melalui telepon dan jika harus berbicara langsung hanya akan berdiri di depan pintu untuk membicarakannya. Mereka yakin, dari kisah rakyat yang mereka dengar dari kecil, meski penyakit menular sudah tidak ada, mereka harus berjaga-jaga karena bisa jadi masih ada satu atau dua orang masih terjangkit penyakit menular. Dan karena mereka hanya mendengar kisah yang tidak pernah mereka alami, cerita-cerita itu membentuk kebudayaan dan kebiasaan rakyat dalam bersosialisasi. Mendengar perkataan pria itu, Tn. Pratja menghampirinya untuk mencairkan suasana dan berkata," Tidak begitu Tn. Smith." Ya, namanya adalah Tn. Smith. Tn Pratja bertemu dengannya saat dinas keluar kota beberapa hari lalu. Tn. Pratja memainkan tangannya menunjuk ke sofa, "Silahkan duduk." Dan Tn. Smith mengikutinya dan duduk. "Hm.. semenjak Pandemi itu, orang-orang menjadi tidak sopan satu sama lain. Tidak ada tata krama sama sekali." Cetus pria tua itu lagi. Kekesalannya belum sirna. Ia meletakkan tasnya di atas sofa dan menatap ketiga orang itu lagi dengan serius. Tn. dan Ny. Pratja tampak bingung. Mereka tidak mengerti dari Pandemi yang dimaksud. Memang kedua orang tua itu tidak pernah mendengar tentang Pandemi yang terjadi sebelumnya karena mereka percaya bahwa itu hanyalah dongeng yang diceritakan orang tua mereka. Mereka hanya mendengar dari mulut ke mulut bahwa tiga puluh tahun lalu telah terjadi pandemi yang membuat umat manusia hampir musnah. Tapi semua orang percaya itu hanyalah khayalan saja. Lagian, yang menjadi kebingungan utama mereka adalah mengapa ia merasa sakit hati karena dikucilkan? Bukankah itu sikap biasa di kalangan mereka? Tn. Pratja-pun mencari topik lain agar pria itu melupakan kekesalannya. Tn. Pratja mengenalkan Tn. Smith kepada istri dan anaknya dan menceritakan pertemuan mereka. Ia memberikan brosur yang ada di tangannya kepada Ny. Pratja. Ia membaca dan matanya berbinar-binar. Dalam hati ia mengerti bahwa yang disebut suaminya sebagai jalan keluar adalah ini. Tn. Smith bertanya lagi, "Apakah kalian dari generasi pertama setelah pandemi?" Mereka semua diam. Karena menunggu terlalu lama, ia mengganti pertanyaannya menjadi lebih simpel. "Yes," menggaruk-garuk kepalanya, "Saya bisa ganti pertanyaan. Kalian lahir saat generasi pertama?" Tn. Smith berkata seolah-olah sedang menginterogasi. "Ya, benar." Jawab Tn. Pratja dengan kaku dan pertanyaan Tn. Smith tidak beralasan baginya. Ia tahu bahwa tahun kelahirannya dinamakan generasi pertama. Tetapi, ia tidak pernah mempertanyakannya karena pendidikan yang seadanya saja. Pelajaran-pelajaran sejarah seperti itu, kalaupun memang ada, hanya dipelajari para kalangan atas. Yang mereka tahu itu hanya cerita rakyat yang tidak jelas kebenarannya. Ia juga tidak begitu memikirkan apakah generasi sebelum dia mengalami pandemi. Pemerintah akan menuliskan generasi yang di tentukan berdasarkan tahun kelahiran rakyat-rakyatnya. Satu generasi terdiri dari lima tahun dan generasi pertama dimulai tahun 1990-1995. Sedangkan generasi kedua dihitung dari 1996 hingga lima tahun ke depan. Itu adalah syarat wajib bagi pemerintah sewaktu mendaftarkan kelahiran seorang bayi. Generasi ini penting karena tercatat di kartu tanda penduduk mereka. Tentu sudah biasa mempertanyakan generasi saat bertemu seseorang untuk mengetahui panggilan yang cocok. Di dunia yang baru ini pun, pernikahan normal berada di rentang usia 15 tahun. Itu sangat normal untuk menikah di usia semuda itu. Manusia harus dengan cepat memperbanyak keturunan sebelum semuanya menjadi punah. Peraturan itu tercatat di undang-undang dan menjadi peraturan yang sah untuk ditaati. Ada banyak yang sudah menikah tetapi juga mengecap dunia perkuliahan. Tetapi, karena Golongan Pembantu dan Golongan b***k hanya mengecap pendidikan hingga umur 16 tahun, mereka tidak perlu repot-repot untuk belajar di dunia perkuliahan. "Berarti tahun 1990." Ucap Tn. Smith "Ya, saya lahir 1990 dan istri saya 1992." Jawab Tn. Pratja. Wish dan Ny. Pratja hanya sebagai pengamat yang mencoba bersikap ramah agar Tn. Smith tidak tersinggung. Meski dalam hati mereka masih bertanya-tanya apakah pria tua aneh itu bisa dipercaya. Karena tahu bahwa percakapan ini akan berlangsung lama, Ny. Pratja pun meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu untuk menyiapkan minuman. Sambil membawa nampan, ia secepat kilat balik ke ruang tamu ingin mendengar tujuan Tn. Smith datang ke rumah mereka. "Silahkan." Suguh Ny. Pratja kepada Tn. Smith. Ia menyuguhkan teh hijau di gelas keramik kecil. Wangi teh itu memenuhi ruangan. Suasana menjadi lebih hangat dibanding sebelumnya. Tn. Pratja menceritakan bahwa Tn. Smith adalah orang yang hidup lama sebelum Pandemi. Ia tahu bagaimana keadaan dunia sebelum Pandemi dan tahu guru yang bisa mengajar Wish tanpa harus bersekolah di sekolah Rakyat Atas. Penjelasan itu ia ringkaskan kepada istrinya karena ia tadi sedang menyiapkan minuman untuk mereka di dapur. "Apa benar bapak tahu sekolah yang bagus yang menerima anak kami?" Ucap Ny. Pratja. Matanya berkaca-kaca karena penjelasan suaminya. Beberapa kali ia melihat ke arah Wish dengan harapan yang terbaik. "Apakah ia benar-benar layak mendapatkannya?" Tanya Tn. Smith sambil menyeruput teh hijau. Ia harus memastikan bahwa Wish bisa masuk ke sekolah itu. "Dia layak Tn.Smith. Dia layak." Ucap cepat Ny. Pratja sambil mengangguk dan begitu bersemangat mempromosikan anaknya. "Sulit untuk masuk ke sekolah itu karena ada banyak proses yang harus dijalani dan," ucapannya berhenti, lalu ia berbicara berbisik, "Itu pasti membutuhkan persiapan." Ia mengusap-usap kumisnya beberapa kali dan menyempitkan mulutnya. Ia berpikir apakah dia memilih keluarga yang bisa menjaga rahasia. "Kalian tahu? Ini Rahasia!" Bisiknya pelan kepada ketiga orang itu sekaligus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD