Bab 18 - Halusinasi?

1666 Words
"Kau sudah bangun Wish?" Tanya Ardy. Ia melihat Wish bangun dari tempat tidur miliknya. Ardy melihat Wish butuh bantuan saat bangun. Ia menyentuh kepalanya karena merasa sedikit pusing. "Kau sudah baik kan?" Tanya Ardy. Ia membantu Wish duduk dan memegang pundaknya agar Wish tidak terjatuh. Ia tampak lemah. Wish menggeser selimut yang menutupi kakinya lalu duduk dengan menjatuhkan kakinya di lantai. "Kamu baik-baik saja?" Tanya Ardy lagi yang berada disampingnya. "Kenapa aku di kamarmu?" Tanya Wish setelah melihat sekeliling dan sadar bahwa ia berada di kamar Ardy. "Semalam kau pingsan, dan seorang pria membawamu ke kamarku. Aku mencari kunci kamarmu di kantong celana tetapi tidak menemukannya. Kemana kamu semalam?" Tanya Ardy. Wish tampak bingung. 'Mengapa ia mengatakan bahwa aku pingsan? Bukankah dia tadi malam bersama dengan dia di restoran?' Pikir Wish. “Apa maksudmu? Kita bersama semalam.” Ucap Wish kepada Ardy dengan mata melotot. Wish merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia jelas-jelas berada di situasi gawat semalam karena kapal laut yang dihantam badai yang besar. "Kapal kita semalam dalam bahaya. Kita hampir mati! Kau juga di sana, ada seorang pelayan yang berada di gudang makanan. Ia menjentikkan jari dan tiba-tiba aku terbangun disini. Ya, dia.. dimana dia? Dia yang menjadikan semua ini terjadi." Kata Wish, suaranya tampak kesal karena merasa dipermainkan. Wish berpikir, ‘Apakah ini efek dari Sindrom Hyperthymesia yang ku miliki? Aku tidak bisa membedakan kenyataan dan halusinasi.’ "Apa maksudmu Wish? Kita baik-baik saja. Tidak ada terjadi apapun semalam." Ardy terdiam sejenak dan memikirkan bahwa ia pernah melihat Wish bertingkah aneh sebelumnya, “Kamu bermimpi lagi?” ucapnya. "Tidak mungkin Dy. Kita semalam berada dalam masalah. Kau tidak mengerti. Kau ada di sana. Kita menuju buritan kapal lalu karena begitu banyaknya orang yang rusuh saat menaiki sekoci, kita pergi ke dalam kapal yang mati lampu. Tetapi, tak berapa lama kita berjalan, lampu kembali hidup dan kau membawaku ke restoran dan kita sampai di gudang makanan lalu kita bertemu pelayan. Ia menjentikkan jarinya dan tiba-tiba aku berada di sini. Kita bersama semalam!” terang Wish seperti orang yang kesurupan yang tak akan berhenti berbicara jika tidak dilakukan sesuatu. "Hei.. hei.. Lihatlah, kita sudah sampai." Ardy membuka horden untuk memperlihatkan bahwa mereka sudah sampai di sekolah Gifted International School. Kapal sedang mengatur jarak untuk siap menerima kapal-kapal kecil yang melansir penumpang. Wish berdiri dan melihat keluar jendela dengan mulut ternganga. Ia melihat kastil dengan banyak pintu dan berada di tengah-tengah pulau. Ia bisa memandang kastil itu karena tingginya yang melebihi pohon-pohon hutan dan dibangun di atas gunung di tengah pulau. "Ini terlihat seperti kastil dibandingkan dengan sekolah." Suara Wish bergetar. "Itu sekolah kita. Gifted International School." ucap Ardy menandaskan. “Kau hanya berhalusinasi.” bahas Ardy lagi tentang cerita Wish yang tidak masuk akal. "Apa? Sekolah itu berada di tengah-tengah pulau?" Ucap Wish. Ia bukannya membahas ucapan Ardy karena tersimpangkan dengan pemandangan yang indah. "Ya, besar sekali bukan?" kata Ardy melihat ke luar jendela dan tersenyum karena kagum. "Ini hebat. Bagaimana mereka bisa membangun ini? Apakah gunung itu gunung berapi? Seharusnya tidak membangun sekolah di atas gunung." Ucap Wish. Sejenak ia melupakan apa yang ia alami semalam. "Ini bukan sekolah biasa Wish. Kau akan terkejut melihat keseluruhan sekolah nanti." kata Ardy "Hebat." Wish menggelengkan kepalanya. Wish kemudian mengingat halusinasinya lagi. Ia menarik napas dalam-dalam mencoba tenang agar otaknya bisa bekerja dengan baik. Ia kemudian bertanya kepada Ardy lagi, “Jadi, semalam kita terakhir bertemu kapan?” Ia berjanji bahwa ini adalah pertanyaan terakhir. “Kita selesai makan di restoran dan kita balik ke kamar masing-masing. Aku lihat kamu masuk ke kamar. Tapi, entah mengapa kamu bisa berada di restoran lagi.” Terang Ardy sambil membereskan peralatan wajahnya di kamar mandi. “Apa yang ku lakukan di restoran sendiri?” tanya Wish, wajahnya seperti topeng yang bisa berganti raut dengan mudah. Wish berkata dalam hati, ‘Haruskah aku memeriksakan kondisiku ini ke psikolog? Ini tampak semakin kacau. Ibu kemarin bercerita bahwa otakku bisa menghapus ingatan yang membuat ku stress. Apakah ini salah-satunya? Atau ada seseorang yang menghapus ingatanku tetapi kali ini ia menyisakannya sedikit? Seharusnya bukan ingatanku yang hilang, tetapi ingatan Ardy. Atau ada seseorang yang memasukkan kenangan di otakku? Ini tidak masuk akal. Aku yakin sekali, semalam itu benar-benar nyata. Bagaimana dengan yang kulihat sebelum masuk ke kapal. Aku melihat kapal berguncang karena badai dan itu benar-benar terjadi.’ Ardy keluar dari kamar mandi dan melihat Wish termenung lama. Ia memastikannya dengan tangannya yang ia gerakkan di depan wajah Wish, dan mata Wish tidak berkedip. Kemudian ia bersuara keras untuk menyadarkannya. “Maaf,’ ucap Wish mendengar suara Ardy yang menyadarkannya dari lamunan. Suara pintu diketuk. Ardy membukanya. "Silahkan ganti pakaian kalian, Tuan" ucap Pelayan dan memberikan pakaian yang di tangannya dengan cepat lalu pergi. Pakaian itu dibungkus di dalam plastik putih dan wangi parfum yang dipakai begitu harum. Ardy melihat pelayan lain mencoba mengetuk pintu kamar Wish sewaktu pelayan yang satu pergi. Ia memanggilnya dan mengambil pakaian untuk Wish. "Terima kasih." ucapnya. Sekarang ada dua pasang baju di tangan Ardy. Ia memberikan pakaian Wish, “Ini pakaian kita.” kata Ardy. Wish berdiri dan akan pergi ke ruangan nya untuk bersiap-siap. "Ayo, kita harus ganti pakaian." ucap Ardy. "Baiklah," balas Wish. Lalu ia melihat ekspresi Ardy, dan melihat pakaian yang diberikan kepadanya adalah pakaian wanita. “Itu cocok untukmu!” Lalu Wish tersenyum geli. Ia tak menanyakan alasannya lagi, karena sudah tahu seharusnya ruangan ini milik Chery. Dalam hati ia berbicara, agar segera menggantikan pakaian itu dengan Chery. “Kau harus menggantinya terlebih dahulu.” Kata Wish,”Atau kau bisa memakai itu. Itu cocok untukmu.” lelucon Wish. Ardy tampak bingung. Tak berapa lama, bel kembali berbunyi. Wish membuka pintu dan melihat Chery memegang ransel Ardy. “Hi, salah kamar ya?” kata Chery. “Oh bukan, Ardy ada di sini.” ucap Wish.”Dyy,” panggilnya. Ia melihat Chery bersama teman wanitanya. Ardy menghampiri mereka karena mendengar suara wanita itu, bisa jadi Chery yang membawakan baju untuknya. Apa yang ada di pikirannya benar. “Hi." kata Chery. Ia bersama teman sekamarnya semalam yang menemaninya ke kamar Ardy. Tentu tidak sopan pergi ke kamar pria seorang diri. “Aku mau ambil koper juga.” kata Chery dengan senyuman manis.   “Hi, wait!” Kata Ardy. Ia kembali ke dalam kamar dan mengambil koper dan baju seragam milik Chery.   “Ini.” kata Ardy memberikan koper Chery, lalu teman wanita Chery memberikan baju dan koper milik Ardy. “Terima kasih” Ardy mengambil kopernya. Chery melihat Ardy dengan senyuman dan melihatnya seperti sedang mencari mangsa di alam liar. Ardy terlihat lebih menarik saat memakai baju rumah yang tipis. Teman wanita Chery menatapnya, dan mata mereka saling berpandang sedang berkomunikasi. Apa yang ada di pikiran Chery bisa ditebak teman wanitanya itu. Wish memandang mereka dan melihat keanehan ekspresi yang tidak ia mengerti. Melihat Wish yang curiga, Chery tersenyum kepadanya tanpa mengatakan apapun dan berjalan pergi. Teman wanita Chery berbisik seraya pergi, “Mereka couple? Aww” lalu ia berteriak histeris mengumpulkan jari-jarinya yang di kepal di bawah bibir. Chery pun berteriak serentak dengan teman wanitanya. Suara pengumuman bergema sebagai pemberitahuan bahwa mereka sudah sampai di tujuan. "Kepada seluruh penumpang bisa keluar dari pintu A1. Silahkan barang-barang diletakkan di ruangannya masing-masing dan berikan nama. Ambil alat locknya di atas penyimpanan barang ruangan masing-masing dan jangan lupa memberikan nama pada alat locknya. Para pelayan kami yang akan mengantar barang-barang anda ke ruangan Asrama masing-masing. Terima kasih." Pengumuman itu cukup jelas didengar seluruh penumpang. "Baiklah, kapal sudah bersandar. Kita harus cepat keluar. Cepatlah Wish. Semakin cepat kita keluar semakin banyak yang bisa kita telusuri ruangan sekolah." Ucap Ardy. Wish memegang kepalanya. "Aku sedikit pusing." Keluh Wish memegang kepalanya. "Kamu sering sekali pusing. Apa ini penyakitmu?" tanya Ardy prihatin. "Tidak pernah, baru kali ini." Jawab Wish. "Kamu harus berhati-hati. Tapi, bisa jadi itu dikarenakan mabuk laut ." Tebak Ardy menuju kamar mandi. "Aku masih memikirkan kejadian semalam. Pria semalam. Dia pasti tahu apa yang terjadi sebenarnya." Ucap Wish, lalu ia berkata lagi, “Aku mau ganti pakaian dulu.” Wish berteriak dan berjalan ke ruangannya. Mereka mengumpulkan tasnya dan keluar. Mereka keluar ke balkon kamar di lantai tiga. Mereka bisa melihat kapal-kapal kecil mulai berdatangan bolak-balik mengantar penumpang ke darat. Wish dan Ardy bisa melihat kastil dari kejauhan dan pemandangan pulau. Mereka tercengang dengan keindahan Castle yang masih jauh dari pandangan. "Bagaimana bisa sampai kesana? Itu masih jauh." Tunjuk Wish. "Kau benar. Gak mungkin jalan kaki. Hutan itu cukup luas." Ardy pura-pura tidak tahu. "Kau akan lihat sendiri nanti. Ada banyak kejutan di sekolah ini." Kata Ardy membuat Wish penasaran. "Apa?" Tanya Wish. "Lihat saja nanti. Itu kejutan!" Ucap Ardy lagi mengulang alasan. Wish memperhatikan sekelilingnya lagi dari atas kapal. Ia bisa melihat sekolah ini dikelilingi lautan. Pulau tempat sekolah ini berdiri cukup luas dan tidak ada rumah penduduk. Ia menyimpulkan bahwa seluruh pulau ini milik sekolah. ‘Pulau ini saja bisa di beli. Tidak heran uang sekolah disini sangat mahal,’ Wish berkata sendiri dalam hati "Yah, tidak mungkin ada yang bisa menemukan sekolah ini." Ucap Wish setelah selesai memandang. "Kamu benar. Pemerintah tidak mungkin bisa menemukan lokasi sekolah ini." Ucap Ardy. "Bagaimana jika murid-murid di sini melaporkannya?" Tanya Wish. "Itu tidak pernah terjadi Wish! Dan tidak akan." Ardy sangat yakin dengan jawabannya. Wish mengangguk mungkin ia tidak bisa membantah karena ia sendiri juga tidak pernah mendengar tentang sekolah ini. Bukannya ia diam saja dan tidak mencari tahu. Kedua orang tuanya sudah menjelajah seluruh negeri untuk mencari sekolah terbaik untuknya dan tidak pernah menemukan sekolah Gifted ini. "Sekolah yang terletak di tengah pulau. Hebat bukan?" Kata Ardy dengan penandasan. Wish mengangguk dan merasa tidak menyesal sedikitpun karena berusaha mati-matian masuk ke sekolah ini. Setelah mereka keluar dari kapal yang di pandangan mereka bukanlah langsung ke sekolah. Untuk menuju ke sekolah mereka harus melalui hutan yang lebat lagi. Wish ragu bahwa ia sanggup berjalan jauh di dalam hutan untuk sampai ke sekolah. Tetapi sebelum itu, mereka harus menaiki kapal kecil yang akan membawa mereka ke pulau.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD