Bab 11 - Perpisahan

1267 Words
Rem berdecit. Tn. Pratja memberhentikan mobilnya tiba-tiba. Wish terdorong kedepan begitupun Ny. Pratja dengan mulut terbuka. Ia baru saja mau menjelaskan alasan dari teka-teki yang ia mainkan bersama suaminya tetapi terhalang karena teriakan Wish yang tiba-tiba. "Ada apa Wish?" Tanya Ny. Pratja. Ia memikirkan bahwa Wish bisa jadi melihat hantu karena jalanan yang sangat gelap ini terlihat menyeramkan. Wish mengucek matanya dan melihat ke arah gubuk di belakangnya. Empat pasang mata terlihat sangat heran dengan apa yang terjadi dengan Wish. Ia tidak ingin memberitahu orang tuanya itu. Ia mencari cara mengalihkan topik. "Haaaa.. aku sedang tertawa Bu." Wish mengalihkan topik. Ia menyeringai kepada orangtuanya yang sedang khawatir. Tanpa tanggapan mereka berdua terdiam dan saling memandang. 'Apa maksudnya?' Dalam hati Ny. Pratja. Tn dan Ny. Pratja melanjutkan pembicaraan mereka.  "Kamu sudah tahu alasannya?" Ucap Ny. Pratja yang berpikir bahwa teka-teki itu tidak akan lucu karena sudah tahu alasannya.  Tn. Pratja mulai menjalankan mobilnya lagi dan penasaran akan jawaban mereka. Ia menunggu jawaban dari Ny. Pratja maupun Wish memberikan alasannya. Ia mengamati dari kaca spion tetapi Wish tidak mengatakan apapun. Ia hanya melihat ke belakang hingga rumah gubuk itu menghilang dari pandangan.  "Oh ya!" Menyeringai, "Apa ya alasannya, Bu?" Senyum Wish tampak sangat dibuat-buat. Wish bingung tentang apa yang dilihatnya. Jelas-jelas sebuah mobil menabrak rumah dan seorang wanita yang berdiri di depan gubuk itu. Tetapi saat ia berbalik untuk melihat apakah memang ada mobil yang tabrakan, ternyata tidak ada sama sekali. Hanya sebuah gubuk dan seorang wanita yang berdiri santai. Mobil yang menabrak sudah tidak ada. Dan lagian pula wanita yang ia lihat berdiri itu adalah korban dari tabrakan itu. Ia berpikir bisa jadi otaknya mengelabuinya kali ini.  'Apakah ini hanya halusinasi? Jika mimpi, aku bukan tertidur sekarang!' Wish berpikir dalam hati. Lalu ia tersimpangkan karena mendengar suara Ny. Pratja. Ny. Pratja berkata, "Karena bunyi bebek kan seperti orang ketawa, KWKWKWK.. benarkan?"  Tn. Pratja langsung tertawa kuat. "Kamu benar sayang." Ucapnya sambil menambah kecepatan mobil. Wish mencoba tertawa untuk mencairkan suasana, meski tampak begitu kaku. *** Jalan lurus itu pun sampai pada ujungnya. Tidak ada jalan lagi yang bisa mereka tempuh. Mereka melihat pagar yang sangat tinggi mencapai 5 meter. Itu ternyata gerbang dermaga. Mereka baru pertama kali melihat dermaga dengan pintu gerbang yang sangat besar. Sepertinya pelabuhan ini hanya untuk kalangan atas saja karena terletak di bagian batas wilayah penduduk kalangan atas dan kalangan Pembantu. Seorang satpam mengetuk kaca Tn. Pratja dan berkata, "Ada apa pak?" Ia memberi hormat. Begitu sopan. "Mengapa pagarnya di tutup?" Tanya Tn. Pratja setelah membuka kaca mobil. Ia memperhatikan si satpam dari bagian atas hingga bawahnya. Ia bingung kenapa ada satpam yang seharusnya robot jika wilayah yang mereka injak adalah wilayah kelas atas. 'Mungkin ini masih termasuk wilayah kami!' Kata Tn. Pratja dalam hatinya dan mencoba tersenyum ramah.   "Ada keperluan apa Pak? Tidak semua orang bisa masuk di jam seperti ini Pak." Jelas Satpam. "Mau antar anak saya. Ia ada wawancara sekolah di Gifted International School." Terang Tn. Pratja dengan membusungkan d**a dan tersenyum manis. Nada suaranya menunjukkan kebanggaan bahwa anaknya bisa masuk ke sekolah ternama. Satpam itu sengaja tidak menyebutkan bahwa pelabuhan itu hanya untuk murid yang diterima di sekolah Gifted International Schoo karena ia tidak bisa menyebut nama sekolah itu sembarangan karena keberadaannya yang dirahasiakan. "Sekolah Gifted?" Tanya satpam memastikan lagi. "Ya benar." Selama perbincangan kedua orang itu, Wish dan Ny. Pratja memerhatikan dengan serius pembicaraan mereka. 'Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa pintunya tertutup?' Ucap Ny. Pratja dalam hatinya. Ia memikirkan kemungkinan buruknya lagi. "Boleh lihat undangannya?" Ucap Satpam sambil menjulurkan tangannya. "Wish." Panggil Tn. Pratja sebagai kode untuk mengambilkan undangannya. "Ibu buatnya di kantong kecil depan Wish." Jelas Ny. Pratja sambil melihat Wish merogoh tasnya dengan terburu-buru. Wish mengotak-atik tasnya dan memberikan kertas undangan kepada sang Ayah yang sudah menyodorkan tangannya terlebih dahulu. "Ini." Ucap Tn. Pratja dan tersenyum. "Baik Pak. Anda hanya bisa mengantar hingga batas pagar ini saja. Anak anda bisa masuk sekarang. " Instruksi Satpam dengan memperagakannya. Ia beberapa kali menunjuk bahwa malam ini tidak semua orang dapat masuk ke dalam Dermaga dan untuk ke-sekian kalinya ia menunjukkan tulisan di pos satpam yang bertuliskan, "Daerah Terlarang. Dilarang masuk!" "Kami .. gak bisa..?" Suara putus-putus Tn. Pratja tampak kesal. "Sudah begitu peraturannya pak." Jawab satpam. Suara Klakson mobil berbunyi dari belakang. Mobil Bugatti Divo di belakang mereka yang baru saja tiba merasa antrian ini terlalu lama.  "Sebentar Pak." Teriak Satpam. Ia beberapa kali menunjukkan isyarat untuk tidak membuat keributan, karena ia sedang melayani tamu sebelum mereka. "Terima kasih." Ucap Tn. Partja dan berbalik melihat Wish. Belum lagi ia sepenuhnya melihat wajah Wish, Ny. Pratja sudah berlinang air mata. Ia tidak menyangka tidak dapat melihat kapal yang akan membawa anaknya. Tn. Pratja keluar membantu Wish membawa tas yang lebih besar. "Ibu, Ayah.." ucap Wish dan berkemas keluar mobil. Ia mengambil bekalnya dan memakai tas ranselnya yang kecil.  Ny. Pratja keluar dari mobil dengan sapu tangan di tangannya. Ia menahan emosinya agar tidak mengatakan apapun yang merusak momen kerja keras ini. Ia tidak ingin anaknya ragu untuk pergi. Ia mengusap air matanya mencoba untuk tidak menangis dan mengubah wajahnya dengan senyuman. Mereka bertiga berbicara saling mendekat. Tangan ayah dan ibu itu berada di pundak Wish. "Baiklah. Pergilah Wish. Jangan lupa kasih kabar ya nak."  Ucap Ny. Pratja. Melihat ketiga orang itu berpelukan bunyi klakson dari mobil di belakang mereka berkumandang kesekian kalinya. "TRET" Mereka pun terkejut. Ny. Pratja yang kesal sambil memukul kap mesin mobil yang berada di belakang mereka dan berkata, "Woi.. ada masalah?" Sang pemilik yang terlihat gendut hanya dapat melotot.  Sejak keberangkatan mereka, pemilik mobil itu memang terlihat sangat muram dan penuh dengan emosi. Ia sedikit kesal karena supir yang seharusnya mengantarkan anaknya tidak dapat melakukannya. Jadi ia harus melakukannya sendiri dengan sang istri. Mereka yang berada di mobil itu juga bertiga dengan anak laki-laki yang duduk di belakang dengan pakaian setelan jas hitam dengan dasi kupu-kupu. Terlihat juga sang istri yang mencoba mencairkan masalah agar suaminya tidak membalas tindakan Ny. Pratja. Ia menyentuh tangan suaminya agar tidak melakukan hal yang memalukan mereka. Ny. Pratja pun berbalik ke arah anak dan suaminya. "Silahkan Nak." Ucap Satpam lalu bergegas membuka pintu gerbang sedikit. Tn. Pratja merangkul istrinya dan beberapa kali mengusap air matanya. Melihat pintu gerbang itu ditutup, sang satpam berlari dan bertanya kepada mobil Bugatti yang berhenti dibelakang mereka.  Tn dan Ny. Pratja masuk kedalam mobil dan Ny. Pratja menatap tajam pemilik mobil itu. "Kesal." Ucap Ny. Pratja yang sudah duduk di dalam mobil. Ia menunjukkan kekesalannya dengan menepuk bagian pintu kanan mobil menghasilkan suara pukulan keras. "Sudahlah Bu." Ucap Tn. Pratja memutar stear-nya berbalik haluan. "Sudah sangat malam." Ucap Tn. Pratja lagi sewaktu ia menoleh ke belakang melihat apakah ada kendaraan di belakang mereka. "Aku gak mau buat Wish sedih, apa seharusnya ia tidak kita daftarkan ke sekolah itu Yah?" Ucap Ny. Pratja dengan suara isak seperti orang yang sedang menahan tangis. "Ayah juga sempat berpikir seperti itu. Tapi apa Ibu mau anak kita tidak bersekolah?" "Ayah benar. Kita tidak boleh sedih." Ucap Ny. Pratja. Tiga puluh menit mereka berjalan, sebuah lampu menyilaukan pandangan mereka. "Polisi? Ada apa? Kecelakaan?." Ucap Ny. Pratja  "Benar, kecelakaan Bu." Tn. Pratja berjalan pelan, melihat polisi yang bergerak kesana kemari mencoba menyelamatkan wanita yang berada di kolong mobil sedan merah.  "Iya Bu, kecelakaan. Kok bisa ditabraknya gubuk itu. Ada pula korbannya ya." Ucap Tn. Pratja "Mabuk dia nih." Ucap Ny. Pratja.  Ny. Pratja melihat kembali ke arah gubuk itu dan berkata, " Ini tempat kita yang berhenti tiba-tiba itu, Yah. Aku ingat ada wanita yang berdiri di halaman. Aku rasa dia yang ada di kolong mobil itu. Bajunya sama kok. Kasihannya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD