SITUASI PANAS

1094 Words
Memakai dress selutut, model sabrina Evi keliatan sexy dan elegan. Rambut di spiral dan memakai sepatu weges."Ayo cus kita berangkat, mereka malas beli baju feminim karena hanya sekali pakai saja."Kakak cantik banget suer!"kamu juga cantik kok Mar!"Jangan pula kakak hanya menghiburku!" Aris dan Fredy cemas, sudah jam 20.00 wib Evi dan Mardalena belum juga datang. Padahal mereka sudah memesan tempat khusus."Hei lihat siapa itu yang datang!"Agus melongo melihat penampilan Evi dan Mardalena, begitu juga Fredy. Aris terpesona melihat penampilan Evi yang lain dari biasanya. Aris hanya tersenyum menyembunyikan kekagumanya. "Wah, mbak Evi cantik sekali loh!"puji Agus dan Fredy. Agus memberi kode ke Fredy dan Mardalena untuk meninggalkan mereka berdua."Maaf bro kami mau karoeke!"oke silahkan!"Jantung Aris berdetak kencang, ia berucap dalam hati."Duh Gusti, kenapa aku malah grogi begini melihat musuhnya berdandan cantik", padahal ia akan memulai misinya, balas dendam sama Evi. Sesuai intruksi Fredy ia harus perpura-pura menukai Evi. Walaupun tidak suka ngegombal, terpaksa Aris harus melancarkan aksinya."Mbak Evi kita berdansa yuk!"maaf saya tidak bisa!"nanti saya ajarin!"Perlakuan Aris yang romantis membuat Evi pelan-pelan tidak kaku dan jutek lagi. Aris tersenyum, awal percobaanya mulai berhasil. Aris melancarkan alsinya lagi. Memberi pujia-pujian yang membuat Evi semakin terpesona dengan Aris. Setelah acara selesai, Aris dan Evi bertukar nomor ponsel. "Kak capek juga ya pakai sepatu artis begini!"Evi hanya bisa tersenyum sinis, kakinya juga lecet karena memakai sepatu yang sebelumnya jarang ia pakai."Sama kakiku juga lecet nih!"hahaha..dasar kita katrok ya kak!"untung saja kita pulang sebelum jam 12 malam, wajah dan penampilan kita bisa berubah jadi Upik Abu lagi!"Evi yang biasanya pendiam ikutan terkekeh. Teman sekamarnya memang humoris dan lucu. Pantas saja dia dipanggil Butet kang obat pun dia gak marah. Evi kaget setelah keluar dari kamar mandi, Butet sudah terkapar di tempat tidur. Mungin ia kecapekan. Bahkan tidurnyapun mendengkur alias ngorok. Evi isengmembuat vidio Butet yang sedang tidur ngorok masih memakai kostum pesta. Selang beberapa menit Evi pun menyusul Butet tidur. Sementara itu di kamar Aris, Agus dan Fredy terkekeh menceritakan kelucuan dinner tadi malam. Evi dan Marda sangat tersiksa diwajibkan memakai dress dan sepatu bertumit. Agus dan Fredy sampai ngakak, Marda hampir saja jatuh. Sedangkan Evi meringis menahan sakit, karena tumitnya lecet."Gimana acara dansa lo semalam Ris?""sudah kamu gombalin belum Evi?"Aris hanya tersenyum. Tega gak tega, ia harus menjalankan misinya, supaya sifat dan sikap Evi berubah. Ia sudah dapat nomor kontak Evi. Aris sebenarnya bukan seorang casanova, akan tetapi trauma masa kecilnya masih membekas di hatinya. Sekarang ia bertemu orang yang telah membuatnya kurang percaya diri. Aris melepas teman kecilnya. Karena sang playboy akan bekerja lagi seperti biasa. "Hai lagi ngapain?" Aris mulai menyerang Evi dengan memberi perhatian. Aris mengirim pesan ke kontak Evi. Dua wanita tangguh sedang ngobrol tentang hobby mereka."Cie...cie chating sama Aris ni ye!"Evi tersipu malu. Sore ini Aris mengajak Evi latihan karate bersama."Siap kapt!"Aku tidur dulu deh, ntar bangunin jam 15.00 wib ya!"siap kak!" Setelah acara dinner hari Sabtu, Minggu sore Aris mengajak Evi latihan karate. Aris berusaha menepiskan rasa suka, misinya harus sukses. Evi sekarang masuk ke dalam lingkaran setan yang sudah ia rencanakan. "Sudah lama mbak?" "Baru kok!"masih seperti yang dulu, sikap Evi belum banyak berubah, bicara seperlunya saja. Aris menunjukan perhatianya supaya Evi tertarik denganya. Akan tetapi butuh ekstra sabar. Salah sedikit saja rahasia akan terbongkar. Walaupun resikonya pasti ada. Aris nekad begini ingin memberi Evi pelajaran. Aris dan Evi mulai berlatih, layaknya pertandingan sungguhan. karena dua hari lagi akan kompetisi ke Bandung. Aris terbawa emosi teringat masa lalunya, hingga tanpa sadar Aris menendang Evi ketika lengah. Evi terjatuh, Agus yang melihat kecurangan Aris, langsung melerai mereka. Evipun tak kalah emosi, barusan ia sedang mengelap keringat. "Hei...hei..sportif !" "Ketika Evi balik menyerang, Aris baru sadar barusan ia terbawa emosi."Tahan kapt Evi!"sebentar lagi kalian kompetisi!"Nanti cidera!"Evi tak habis pikir, latihan kok menyerangnya seperti kompetisi. Evi mengambil handuk dan pergi meninggalkan Aris. Agus heran sama sikap aneh teman sekamarnya. Buru-buru Agus mengejar Evi yang hampir sampai di asrama."Kapt maafin senior saya!"lupakan!" Aris kesal dengan dirinya sendiri, kenapa ia jadi emosi saat latihan demgan Evi. Baru akan memulai misinya, hampir saja ketahuan. Padahal ia akan mendekati Evi supaya gadis itu jatuh cinta padanya. "Waduh kenapa kak?" Mardalena kaget melihat Evi pulang kakinya pincang padahal 2 hari lagi mau kompetisi."sial Aris menjegalku!"hah..masa sih!"kakak gak menangkis nya!"aku lagi posisi iatirahat!"wah gak beres ini,"besok aku mau tanya ke pak Aris!"sudahlah gak usah diperpanjang!"Mardalena jadi heran biasanya seniornya marah dan akan balik menyerang siapa saja yang telah menggoda atau membulinya. "Ehem..ehem...!" "Maksudmu apa batuk-batuk!" "Nganu kak, saya mau bantu ngurut kaki kakak!" "Nah bagus dari pada batuk-batuk gak jelas maksudnya!" Entah kenapa ia tidak bisa marah dengan Aris, padahal jelas-jelas Aris mau mencederainya. Suka, sayang, cinta atau rasa apa lagi yang mulai tumbuh di hatinya. Evi jadi bingung sama perasaanya sendiri. Melihat Mardalena mengurut kakinya dengan penuh penghayatan Evi jadi terharu. Yuniornya ini selalu perhatian denganya. Tidak terasa kompetisi yang mereka tunggu-tunggu besok akan dimulai. Suporter pun dibatasi, teman sekamarnya tidak terpilih jadi suporter karena ada tugas lain. Walaupun masih terasa sakit, Evi tetap semangat untuk bertanding. Sore ini ia berangkat di dampingi pelatihnya. Tentu saja bersama Aris juga."Kapten Evi gimana,"apa masih sakit?" sedikit,"jawab Evi singkat!"Aris duduk di sebelah Evi. Akan tetapi mereka tidak saling bersuara. Setelah sampai dipenginapan atlit, ternyata anak komandan nya Aris datang dan menyambut Aris dengan senyum manisnya. Suaranya yang sedikit manja, mengajak Aris untuk makan bersama nanti malam. Evi tidak tahu kenapa hatinya terasa perih melihat Aris dengan wanita lain. Padahal banyak pria yang mendekatinya. Pelatihnya menyarankan Evi untuk istirahat sambil mengobati kakinya. Entah kenapa dirinya sekarang jadi menyukai Aris yang sudah punya pacar. Atau Aris hanya berbasa basi saja dengan dirinya, selama ini ia salah mengartikan kebaikan Aris. Hari sudah mulai beranjak malam, perut Evi keroncongan, ia ingin makan yang hangat. Evi pun keluar mencari Angin dan makanan. Ketika melewati cafe di penginapan terlihat Aris dan dan anak komandanya, yang berpenampilan glamour sedang makan malam. Anne tahu Aris hanya basa-basi saja mau dinner denganya karena dirinya anak komandanya. Sekilas Aris melihat Evi lewat, keluar sendirian."Hai mbak ikut kompetisi juga ya!"seorang pria tampan sedang menunggu antrian beli martabak telur. "iya mas,"mas ikut juga?" "Bukan saya dokter yang ditugaskan di turnamen ini!"oh ya,"kenalkan nama saya Leo!"Evi,"mereka saling berjabat tangan."saya lihat kaki mbak agak pincang tadi,"apa sedang sakit?"iya mas,"waktu latihan kemaren!"Apa boleh saya lihat,"supaya besok bisa enakan!"maaf loh jadi ngrepotin!" itu sudah tugas saya mbak!" Mereka berdua berjalan menyusuri loby menuju klinik untuk para atlit, ketika melewati cafe, Aris melihat Evi sedang berjalan dengan seorang pria tampan tanpa menegurnya."Llat siapa mas?"oh....,"itu teman mau kompetisi malah sakit kakinya!"oh kirain pacar mas!"Anne memyindir Aris, dengan tatapan menyelidik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD