Dua

1231 Words
Masih sepi ya? atau masih dipantau nunggu part banyak wkwkwk ... selamat membaca!!!         Suasana yang mencekam begitu terasa di lantai dua sebuah apartemen yang telah lama terbengkalai.         “b*****t APAAN ITU BOY?!” Teriak Lucky yang terkejut dengan sosok dihadapannya.         “BUKANNYA ITU MIRIP DENGAN TOKOH FIKSI DARI EROPA?!”         “APA?!”         Makhluk yang berada dihadapan mereka perlahan-lahan melangkah di mana cahaya bulan dari sisi jendela apartemen secara perlahan menerangi sebagian demi sebagian tubuhnya. Dia memiliki kaki yang panjang dan besar, dari tingginya sosok ini mencapai lebih dari 2 meter.         Mata Boy dan Lucky mulai menjelajahi sosok makhluk ini dari kakinya yang mulai tersinari cahaya bulan purnama, lalu badannya yang begitu besar juga kokoh, begitu juga dengan ke dua tangannya yang besar dan berotot begitu tampak menonjol walaupun tertutup lengan jas yang lusuh. Namun terlihat jelas ada banyak bekas jahitan di bagian tangannya dan itu terlihat warna kulitnya tidaklah sama diantara pergelangannya namun coraknya berwarna pucat.         Pandangan ke dua pelajar kelas 12 ini perlahan menaik ke bagian atas tubuh makhluk ini. Di bagian lehernya memiliki banyak goresan luka dan bekas jahitan yang mengitari lehernya. Kepalanya besar, bentuknya kotak, penuh jahitan dan ada sekrup di ke dua sisi kepalanya.         “I i i.. i.. i itu Ffffran… Fran.. Frann.. ke…!!” Lucky tergagap dan semakin terkejut melihat sosok dihadapannya.         “Fran.. ken.. stein!!” Boy terkejut, bagaimana bisa monster ciptaan professor gila asal Eropa ada di gedung ini? Begitu pikirnya.         “AAAARRRGGGHHH!!!” Erang Frankenstein, ia mengepalkan tangannya yang besar lalu siap memukul ke dua anak remaja yang terdiam ketakutan dihadapannya.         “Sial Boy! Mati kita sekarang.”         Sebelum Frankenstein melesatkan pukulannya, suara dering handphone terdengar nyaring dari dalam tas Boy. Entah kenapa Frankenstein tiba-tiba terdiam mematung tak bergerak sejengkal pun.         Boy melihat kondisi ini merupakan kesempatannya untuk melarikan diri keluar dari gedung ini.         “Ky! Kita lari sekarang!” Seru Boy sambil menarik lengannya Lucky.             Mereka berdua berlari di dalam gedung apartemen lantai 2 yang gelap dan kotor. Namun anehnya mereka seperti hanya berputar-putar ke tempat yang sama dan tidak menemukan tangga untuk turun.             “Ky! Memangnya gedung ini luas banget yah, kok rasanya kita seperti berputar-putar dan mana tangga darurat yang kita lewati sebelumnya?!” Ucap Boy yang kebingungan.             “Kacau Boy! Harusnya tadi aku rekam sosok Frankenstein itu, pasti viewers gue bisa melesat banyak.” Kata Lucky yang malah sibuk dengan kameranya.             “Yaelah, padahal tadi lo udah pasrah mau mati di sini. Ini malah masih mikirin konten sih? Nyawa kita masih terancam nih Ky.” Keluh Boy melihat sikap sahabatnya itu.             “Kalau kita keluar tanpa membawa apa-apa juga bisa jadi kematian buat kita Boy. Kalau kanal youtube gue tidak mendapatkan konten bagus, kita berdua benar-benar bakal jatuh ke lembah kemiskinan yang semakin parah.” Kilah Lucky yang berpikir untuk mencari jalan keluar sambil merekam perjalanannya yang tidak ada habisnya.             “AAAAARRRGGGHHH!” Suara erangan Frankestein menggema di dalam gedung apartemen terbengkalai ini. Suaranya mengejutkan ke dua siswa SMA ini, langkah mereka pun terhenti dan mulai bersikap waspada dengan sekitarnya.             “Sial, kalau ke tangkap kita bakal benar-benar mati boy.” Ucap Lucky yang ketakutan, tangannya gemetaran tapi dia masih mencoba memegang kameranya yang merekam kondisinya saat ini.             Boy yang memiliki otak yang cerdas berusaha berpikir mencari jalan keluar dari gedung apartemen ini dan menghindari serangan Frankenstein. Lalu dia teringat dengan kejadian yang membuat monster itu terdiam setelah mendengar suara deringan ponselnya dan kilas balik perkatan pria tua yang meminjam hp-nya sebelum masuk gedung ini dan berkata padanya,             “Kalau ada apa-apa segera buka HP kamu, mudah-mudahan bisa membantu.”             “Apa maksud Pak Tua itu?” Boy membuka tasnya lalu mengambil ponselnya. Dia menyalakan layarnya dan melihat semua aplikasi dalam ponselnya hilang dan hanya menyisakan satu aplikasi di layar utama smartphone-nya itu.             “Apa ini…? The Superpower?”             “Kenapa aplikasi lainnya hilang? Dan aplikasi apa ini? Sejak kapan aku install aplikasi ini?” Gumam Boy yang terkejut dengan perubahan di layar ponselnya itu.             “Ada apa Boy? Loh, hp lo di reset yah, kok ga ada aplikasi apa pun di situ?” Kata Lucky yang penasaran dengan wajah serius Boy melihat ponselnya. Dia pun melihat layar ponsel sahabatnya itu yang masih kosong tanpa aplikasi apa pun.             “Hah, kosong? Ini ada satu aplikasi yang terinstal kok.” Boy menyodorkan layar ponselnya tepat ke depan muka Lucky.             “Apaan sih?! Kaga ada apa-apa juga di hp lo!” Sergah Lucky yang dengan serius melihat layar ponsel Boy sambil menggeser-geser layarnya untuk memastikan apakah ada aplikasi yang terinstal di ponsel sahabatnya ini.             “Aneh, jelas-jelas ada satu aplikasi ini. Tapi kenapa Lucky tidak melihatnya?” Boy merasa heran, lalu untuk memastikan isi aplikasi ini dia pun mencoba membuka aplikasi yang mencurigakan yang tiba-tiba ada di ponselnya dan menghilangkan aplikasi-aplikasi lainnya.             Ketika Boy membuka aplikasi The Superpower tersebut, tiba-tiba sebuah kilatan cahaya menyambarnya dan sebuah layar digital yang melayang muncul tepat dihadapannya.             “A.. apa ini?!” Boy tercengang melihat layar digital transparan seperti di game MMORPG ada dihadapannya.             “Ky! Apa kamu lihat apa yang ada dihadapanku?”Kata Boy mencoba memberi tahu Lucky, namun karena cahaya kilatan itu membuat Lucky jatuh pingsan dan tergeletak di atas lantai gedung yang kotor ini.             “Hei Ky! Kok malah tiduran sih?!” Boy mencoba membangunkan sahabatnya dengan menggoyang-goyangkan tubuh Lucky yang terbaring di atas lantai.             Lalu tiba-tiba muncul cahaya dari layar digital aneh dihadapan Boy ini. Dan muncul kata-kata dari layar tersebut.             “Selamat Datang! Anda adalah aplikator terpilih yang diizinkan menggunakan aplikasi The Superpower ini.”             “Hah?! Apaan ini? Aplikator?”             “Sebagai seorang aplikator The Superpower, Anda berhak menggunakan semua fasilitas yang ada di dalam aplikasi ini. Dimana Anda bisa meminjam berbagai kekuatan super dari berbagai tokoh berkekuatan super dalam jangka waktu tertentu, atau Anda pun bisa meminjam peralatan super yang memiliki batas waktu penggunaan.”             “Fasilitas kekuatan super ini bisa Anda gunakan dengan menukarkannya dengan sejumlah poin yang telah Anda kumpulkan. Dan kekuatan atau alat super yang bisa Anda gunakan hanya sesuai dengan level Anda saat ini.”             “Tekan kolom status untuk melihat status Anda saat ini.” Melihat pemberitahuan ini Boy pun langsung mengarahkan jari telunjuknya ke kolom status dan menekannya. Lalu muncullah informasi statusnya di layar digitalnya tersebut. Nama   : Boy Bima Sakti Level   : 1 Aplikator Rank: F (Newbie) Usia : 18 Tahun Status  : Anak yang ditelantarkan oleh keluarganya. Kondisi Mental: Bingung, Penasaran, Takut, Cemas. Point : 5 pts Quest yang telah diselesaikan: “Menolong pria tua yang kelaparan (5 poin)”         “Hah! Status apaan ini?! Apa aku mendapatkan poin karena menolong Pak Tua pemulung itu?” Boy tampak kebingungan dengan apa yang muncul dihadapannya ini. Namun dia tidak bisa bersantai-santai mempelajari aplikasi yang aneh ini.         “AAAAARRRGGHHH!” Teriakan Frankenstein begitu keras dan dekat dari posisi Boy saat ini.         “Sreek sreeekk.” Suara kaki yang digeser semakin dekat ke arah Boy yang berdiri di tengah gedung lantai 2 ini.         “Sial! Aku harus melakukan sesuatu, mana si Lucky pake acara pingsan segala pula.” Boy mulai memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini.       PING       Apakah Anda ingin menukarkan seluruh poin Anda dengan fasilitas aplikasi The Superpower?         Melihat pesan ini Boy pun bergumam, “Ah ini dia… haruskah aku mencoba kebenaran dari aplikasi ini?”          “AAAARRRGGHHH!” Frankenstein akhirnya muncul dan dia langsung menatap Boy yang berdiri tidak jauh darinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD