Part 4: Pelukan menenangkan

1162 Words
"Prince Satan" Author by Natalie Ernison Zea baru saja kembali dari resto tempat ia bekerja paruh waktu. Namun hal yang tak terduga justru membuatnya hampir tak percaya akan apa yang terjadi. ~ ~ ~ "Bagaimana mungkin pria itu bisa melakukan hal yang sangat tidak tahu malu seperti ini!" gumam Zea, sembari menggosokan bibirnya. Melucuti seluruh pakaiannya, lalu membersihkan dirinya. Malam itu merupakan malam yang cukup menegang bagi saraf Zea. Bagaimana tidak! Edzard secara tiba-tiba menyambar bibir ranum milik Zea. Zea bahkan tidak mengenal sosok Edzard, dan pertemuan mereka malam itu pun berlalu begitu saja. Zea belum sempat melihat wajah dari pria yang mendorong sang kakaknya Thania dari dalam mobil. Andai Zea tahu, jika pria yang membuat Thania terluka ialah Edzard. Mungkin Zea akan semakin membenci Edzard. *** "Universitas Exx" "Zea! Zea!" teriak salah seorang teman sekelasnya di kampus. Ahkk... Zea memekik terkejut hingga menjatuhkan kotak bekal makan siang miliknya. "Yolanda! Mengapa kau sangat suka membuatku terkejut!" pekik Zea kesal. Seorang gadis yang bernama Yolanda, ialah teman kampus Zea. Yolanda sangat dekat dengannya, dan Yolanda ialah sahabat terdekat bagi Zea. Zea kerap kali berbagi keluh kesah dengan Yolanda, namun karena kesibukan tugas akhir, hubungan mereka menjadi cukup renggang. "Zea.. Aku merindukanmu, kau selalu saja sibuk dengan pekerjaanmu," rengek Yolanda sembari menggandeng Zea. "Aku harus bekerja Yoa, untuk biaya hidupku," tukas Zea pada Yolanda, yang ia sapa Yoa. "Zea, aku tahu kau sangat sibuk. Tapi, tidak bisakah kau mendengarkan curahan hatiku sebentar," tukas Yolanda masih dengan nada merengek pada Zea. Hmm... "Baiklah, kita ke perpustakaan saja" ajar Zea, sembari merangkul sahabat baik man manjanya itu. "Thank you so much, my best friend..." ucap Yolanda manja. Keduanya pun melangkah menuju ruangan perpustakaan kampus tersebut. Yolanda pun mulai menceritakan keluh kesahnya pada Zea. Yolanda sangat menyukai seorang senior mereka di kampus, namun ia tak cukup berani untul mendekati sang seniornya tersebut. Sehingga Yolanda pun meminta pertolongan dari Zea, agak membuat pertemuan antara dirinya dan si senior idolanya. "Yoa, kau tahu bukan, jika senior Rey cukup fuckboy!" bisik Zea mencoba memperingatkan sahabatnya. "Zea, kau jangan dengarkan perkataan orang-orang. Mereka hanya menduga-duga, dan itu bukanlah yang sebenarnya!" kekeh Yolanda. "Yoa...--" "Zea, come on!!" Yolanda masih kekeh dengan keinginannya. Hal itu membuat Zea tak mampu memberi penolakan. Toh hanya membuat pertemuan antara senior Rey dengan Yolanda sahabatnya, bukanlah hal yang terlu sulit baginya. *** Zea mulai mencari-cari waktu untuk mendekati Rey, namun usahanya selalu gagal. Terlebih lagi Yolanda selalu mendesaknya. Di sebuah area stadion. Senior Rey sangat suka berolahraga Basket. Hampir seluruh waktu luangnya hanyalah untuk bermain basket. Inilah kesempatan bagi Zea untuk mendekatinya. "Bukankah itu senior Rey! Siapa gadis itu?" batin Zea. Kala itu, matahari sudah mulai terbenam kembali. Zea berada di area sisi parkiran tak jauh dari lokasi senior Rey bersama seorang gadis. "What the hell!!" batin Zea. Tanpa sengaja, Zea menyaksikan adegan panas senior Rey bersama seorang gadis muda, bahkan masih mengenakan seragam sekolah menengah atas. Keduanya b******u dengan begitu panasnya. Terlihat jelas, senior Rey meraba area paha putih mulus milik sang gadis. Lalu meremas dua buah d**a yang belum terlalu matang itu. Senior Rey melahap kedua buah d**a iru, dan tangan kirinya masuk ke dalam celana lapisan dalam sang gadis. Sang gadis mulai menggeliat tak karuan. Melihat itu, Zea spontan merasa ada yang aneh dalam tubuhnya. Tubuhnya terasa sedikit menggelanjar, menelan salivanya. "Kau sangat suka melihat orang lain b******u!" tukas seseorang dari belakangnya. Hal itu membuat Zea memekik terkejut dan mengeluarkan suara teriakan kecil. Sejenak senior Rey menghentikan kegiatan mereka, lalu melangkah ke arah Zea. "Apakah kau..--" tukas senior Rey, namun saat melihat sepasang pria dan seorang gadis sedang berpelukan. "Ada apa sayang?" seru sang gadis yang kala itu bersama dengan senior Rey. Mereka pun pergi dari hadapan dua pasang pria dan gadis tadi. Hahh hhh.... Deru nafas Zea yang kian tak beraturan. "Hampir saja" ujar seorang pria yang saat itu sedang memeluk erat tubuh Zea, pria itu ialah Edzard. "Lepaskan!" pekik Zea sinis. Edzard tersenyum padanya, dan meraih kedua tangan Zea. Ahh... "Lepaskan aku!" pekik Zea mencoba melepaskan diri. "Apakah kau ingin aku menyerahkanmu pada senior itu!" tukas Edzard dengan menyeringai puas. "Bukan urusanmu! peringat Zea sinis. Ia sangat tidak senang dan benci dengam sikap tak tahu diri Edzard. "Aku akan mengantarkanmu pulang," ajar Edzard sembari menarik paksa tangan Zea. Zea terpaksa ikut masuk ke dalam mobil mewah milik Edzard. *** Sepanjang perjalanan, Zea terdiam dan tak ingin melihat ke arah Edzard. "Bagaimana jika orang-orang mengetahui kebiasaan menguntitmu ini!" tukas Edzard sembari terkekeh. "Aku bahkan tidak mengenalmu, mengapa kau selalu bertindak sesuka hati!" tukas Zea kesal. "Tapi aku mengenalmu, sangat mengenalmu, manis!" tukas Edzard sembari mencengkram rahang milik Zea. "Kau penjahat!" teriak Zea kesal. Zea sangat ketakutan kala itu. Edzard menunjukkan tatapan mata yang sangat tajam, dan perlakuajn yang cukup kasar. "Aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Tapi, aku paling tidak suka penolakkan." Peringat Edzard lalu melepaskan cemgkraman tangannya pada rahang milik Zea. Zea terisak ketakutan, hal yang tak pernah ia bayangkan seumur hidupnya. *** Zea duduk di atas kasur miliknya, sembari merenungi apa yang telah terjadi. "Kak Thania, aku merindukanmu kak.." isak Zea pilu. Karena hanya Thanialah satu-satunya keluarga bagi Zea. Namun kini Thania justru meninggalkan dirinya. Zea benar-benar hidup sendiri, bahkan ia pun tidak pernah mengenal siapa orang tua kandungnya. Hidup hanya bersama seorang nenek, yang ialah kerabat dari pihak Thania. Sedari kecil Zea sudah diletakkan di ruang bayi, tepatnya di sebuah rumah sakit bersalin. Nenek dari Thania ialah seorang bidan yang dengan rela hati mau merawat Zea, dan menjadikan Zea keluarganya. Thania ialah cucu kandung dari sang nenek. Thania begitu menyayangi Zea, namun karena keterbatasan ekonomilah yang membuat Thania memilih pekerjaan sebagai wanita penghibur. Terkadang Zea sangat merindukan kehadiran kedua orang tuanya. Namun apa daya, ia sendiri pun tak pernah mengenal siapa yang telah melahirkannya. Sang neneknya pun telah wafat, dan hanya dirinya bersama Thanialah berjuang melanjutkan kisah hidup mereka. Kisah perih kehidupan Zea tentu menyisakan luka batin yang sangat mendalam. Kebahagiaan pun seakan menjauh dari kisah hidupnya. Drrrtt.... Satu panggilan baru... Zea menjawab panggilan suara tersebut. "Istirahatlah, jangan terlalu banyak berpikir" tukas seseorang dari balik panggilan suara. Suara yang berat dan sedikit serak, tentu saja itu adalah Edzard. "Jangan usik kehidupanku lagi, kumohon." Tukas Zea lalu mengakhiri panggilan. Zea masih terisak sembari mendekap guling miliknya. Tiba-tiba saja suara ketukan pintu mengharuskannya untuk beranjak. Dengan kesal, Zea pun mencoba beranjak. Belum sempat melihat siapa di balik pintu depan. Zea langsung memutar gagang pintu, dan yang berdiri di sana ialah Edzard. Berdiri dengan tegap, hingga membuat Zea mendongak ke atas untuk mendapati wajah pria yang kini berdiri di hadapannya. "Bukankah aku sudah mengatakan padamu untul beristirahat!" tukas Edzard dingin. Zea terdiam dan dengan wajah sembabnya. Menyeka air mata yang tersisa, namun Edzard meraih tangannya dan membuat Zea terpojok ke sisi pintu. "Lepaskan aku, jangan usik hidupku lagi.." ucap Zea lirih. Kali ini ia tidak berlaku sinis, namun ia terlihat butuh sebuah pelukan hangat. Tanpa banyak bicara, Edzard langsung meraih pinggul Zea lalu memeluknya. Pelukan hangat nan menenangkan bagi Zea, sekali pun Edzard sempat berlaku sedikit kasar padanya. Perasaan Zea kala itu begitu sedih, tak tahu apa yang harus ia katakan. Namun rasa sesak kian membuatnya ingin terus menangis. Pelukan pria kasar ini pun sangat menenangkan hati Zea, yah itu adalah pelukan dari Edzard. "Jika sudah puas menangis, tidurlah. Atau aku akan menidurimu" tukas Edzard dingin. Entah mengapa, Zea spontan mengangguk setuju, dan bersikap manis pada Edzard. "Aku tidak akan menyakitimu, jika kau menurut" tukas Edzard dingin. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD