"Prince Satan"
Author by Natalie Ernison
Zea sangat sedih dengan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Terlebih lagi jika mengingat kenangan masa kecil yang kurang beruntung. Semua sungguh sangat memilukan hati.
Dalam tangisan sedihnya, justru Edzardlah yang berada di sisi Zea. Sebuah pelukan yang cukup menenangkan bagi Zea.
~ ~ ~
"Resto xx"
"Jika kau merasa lelah, kau boleh beristirahat terlebih dahulu," ujar Mr. Ho yang kala itu mendapati Zea sedang terlihat pucat.
"Tidak tuan, aku akan baik-baik saja," jawab Zea yang tak ingin membuat cemas Mr. Ho.
"Duduklah, aku akan ke depan terlebih dahulu," ujar Mr. Ho lagi, dan pergi dari hadapan Zea. Sementara itu, Zea masih terlihat kelelahan.
Setelah beberapa saat kemudian...
Mr. Ho menyalakan mobil miliknya, lalu mengajak Zea untuk pulang bersama.
"Maaf merepotkanmu, tuan" ujar Zea.
"Kau jangan terlalu memendam masalahmu sendiri. Kita sudah saling mengenal sejak lama, jadi jangan bersikap seolah kita sangat jauh."
"Bukan seperti itu tuan Ho. Aku hanya tidak ingin karyawan lainnya membicarakan kita."
"Kau bahkan sangat peduli dengan pendapat orang lain, yang bahkan belum tentu benar adanya. Sudahlah, mulai detik ini, jadilah Zea yang kukenal dulu."
Zea canggung dengan kedekatan mereka, karena walau bagaimana pun juga Mr. Ho adalah atasan baginya. Sedangkan dirinya hanyalah bawahan, walau pun sebagai orang kepercayaan bagi Mr. Ho.
"Zea, apakah kau masih ingat dengan danau di daerah pedesaan barat?" Mr. Ho melirih ke arah Zea sembari tersenyum.
"Yah, tentu saja aku ingat tuan Ho," jawab Zea antusias.
"Akhir pekan aku ingin mengajakmu pergi ke sana,"
"Apa? Apakah tuan Ho serius?" Zea menggoncangkan bahu Mr. Ho.
"Yah, tentu. Besok kau boleh istrahat dan selesaikan tugas akhirmu."
"Baiklah tuan Ho." Zea terlihat begitu bahagia, senyuman merekah tak hentinya terpancar dari wajah cantiknya.
***
Tiba saatnya, hari dimana Zea akan pergi ke sebuah danau area pedesaan bersama Mr. Ho. Rasa tak sabar menyelimuti hatinya.
Tak lupa membawa kotak bekal pada saat tiba di tepi danau, dan juga sendal jepit miliknya.
Mr. Ho sudah duduk di atas motor sport hitam, sembari menunggu Zea selesai berbenah.
"Kita akan mengendarai motor?" tanya Zea dengan wajah penuh senyuman.
"Yah. Karena jalan terlalu merepotkan jika membawa mobil."
Mereka pun pergi, sepanjang jalan Mr. Ho fokus mengendarai motor sportnya. Sedangkan Zea menikmati sejuk dan indahnya suasana asri di area pedesaan yang mereka lewati.
***
Ohhh... "Amazing!" ucap Zea sembari menikmati suasana sejuknya danau yang mereka kunjungi saat ini.
"Kau menyukainya?" tanya Mr. Ho
"Yah, aku sangat menyukainya," jawab Zea.
Danau area pedesaan barat, ialah tempat pertemuam pertama antara Mr. Ho dan Zea beberapa tahun yang telah lalu.
Pada saat itu, Zea sedang menikmati acara sekolahnya, sedangkan Mr. Ho ialah seorang bintang tamu di acara tersebut.
Mr. Ho kala itu ialah seoranh pembicara yang kerap kali diundang ke berbagai event khusus. Zea yang masih berada di bangku sekolah menengah atas, sedangkan Mr. Hi sedang menempuh pendidikan strata duanya.
Bebepa jam lamanya, Zea bersama Mr. Ho menikmati indahnya pemandangan asri area danau pedesaan barat.
Zea sangat bahagia, karena Mr. Ho merupakan pria yang pernah ia kagumi beberapa tahun yang talah lalu, dan mungkin hingga saat ini perasaan itu masih tetap bertahan.
***
Karena perjalanan dari pedesaat barat cukup jauh, mereka pun tiba di kota sudah menjelang malam hari. Namun ada rasa tidak puas dihati keduanya.
"Terima kasih tuan Ho, hari ini sangat menyenangkan" ujar Zea sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya.
"Jadi pria ini yang kini menggeser posisiku!" tukas seseorang dari depan halaman kediaman Zea yang sedang bersama Mr. Ho.
Pria itu berjalan mendekati Zea juga Mr. Ho, pria yang sangat Zea kenal.
"Kau!" ucap Zea terkejut.
"Sudah puas berselingkuh dariku?" tukas si pria yang ialah Edzard. Sungguh mimpi buruk bagi Mr. Ho, karena hal ini sudah membuat Edzard marah dan tidak akan peduli dengan penjelasan mereka.
"Berselingkuh! Sejak kapan aku menjadi kekasihmu!" tukas Zea sinis, sementara Mr. Ho saling bertatapan dengan Edzard.
"Tuan Howard, si pemilik Resto xx. Aku bisa saja membeli resto kecilmu itu, jika suatu saat kau mendadak bangkrut." Cela Edzard yang terlihat sedang merendahkan derajat Mr. Ho.
"Zea bukan milik siapa-siapa, dan aku tahu bagaimana perangaimu sejak kuliah. Jadi, berhentilah berbuat masalah." Tukas Mr. Ho sembari meraih tangan Zea.
Edzard seketika itu tertawa. "Howard, kau sudah berani banyak bicara, setelah berhasil menghancurkan pertunanganku bersama Zefanya!" bentak Edzard dan...
Bugh...
Edzard langsung mendaratkan pukulannya pada wajah Mr. Ho dan bekas pukulan itu membuat pinggir bibir Mr. Ho terluka. Sebuah pukulan yang cukup keras tentunya.
"Hentikan! Dasar tidak tahu malu! Kau sangat suka berbuat sesuka hatimu!" teriak Zea yang mencoba melerai pertengkaran antara Edzard dan Mr. Ho.
"Jadi kau lebih memilih pria b******n ini!" tukas Edzard geram.
"Apa maksudmu! Sungguh tidak beradab! Mr. Ho adalag atasanku, sudah begitu banyak hal yang dia lakukan untukku. Sedangkan kau hanya bisa mengusik kehidupan seseorang yang bahkan tidak pernah mengenalmu!" teriak Zea kesal, lalu meraih tangan Mr. Ho.
Edzard sangat marah, entah mengapa Edzard sudah terlanjur tertarik pada Zea. Tentu saja sangat sulit baginya untuk melepaskan sesuatu yang sudah ia dambakan.
"Kali ini aku akan membiarkan kalian, tapi tidak untuk besok dan seterusnya!" peringat Edzard lalu pergi dari hadapan Zea.
Zea membantu Mr. Ho untuk masuk ke dalam rumah kediamannya.
"Tua Ho, apakah tuan mengenal pria tidak tahu malu itu?" tukas Zea sembari mengompres rahang milik Mr. Ho, yang masih terasa nyilu akibat pukulan keras dari Edzard.
"Dulu kami adalah teman kuliah, hingga akhirnya pertemanan kamipun berakhir hanya karena wanita yang bernama Zefanya."
"Apakah tuan Ho menyukai wanita itu?"
"Zefanya bukanlah wanita yang tapat baginya, namun aku tidak langsung memberitahukan hal itu pada Edzard. Hingga suatu saat, Edzard mendapati Zefanya sedang bersama pria lain, dan saat itu aku ada di lokasi kejadian. Tentu saja Edzard merasa jikalau aku dengan sengaja membohonginya dan menghancurkan mereka. Terlebih lagi pria yang bersama Zefanya adalah kerabatku."
"Jadi pria yang bernam Edzard telah salah paham padamu, tuan Ho?"
"Yah, bisa dibilang begitu. Namun, Edzard tak sepenuhnya salah dalam hal ini. Akulah yang tak peka akan hubungannya bersama Zefanya. Kabar terakhir, rencana pernikahan mereka pun gagal, dan Zefanya pun pergi entah kemana."
"Maafkan aku, jika terlalu banyak bertanya," sesal Zea.
"Aku lega bisa membicarakan hal ini padamu. Lalu, sejak kapan kau mengenal Edzard?"
Ahh... "Kami hanya kebetulan bertemu dalam suatu kesempatan, dan aku lupa setelah itu." Zea terlihat panik saat Mr. Ho balik bertanya. Namum Mr. Ho justru gemas dengan tingkah Zea.
Sepertinya akan ada babak baru dalam kehidupan Zea berikutnya.
***
***