"Mr. Satan"
Author by Natalie Ernison
Edzard sangat marah, tatkala mendapati Zea sedang bersama pria lain. Terlebih lagi, Edzard sudah mulai menyukai sosok Zea.
Edzard memukul wajah tampan Mr. Ho, hingga mengeluarkan sedikit darah dari ujung bibirnya.
~~~
Zea kembali bekerja seperti sedia kala.
"Nona Zea!" Panggil seseorang sembari menepuk bahu Zea.
"Tuan Ho," balas Zea dengan senyuman ramah diwajahnya.
"Setelah kau lulus, apakah kau masih ingin bekerja di sini?" tanya Mr. Ho, sembari menarik kursi yang berada di samping Zea.
"Aku tidak tahu tuan. Mungkin aku tetap berada di sini ataukah aku akan bekerja di tempat lain."
Mr. Ho tersenyum teduh. Senyuman yang penuh dengan ketenangan. "Jika ada tempat yang jauh lebih baik, mengapa tidak!" Tukasnya dengan nada bicara yang ramah.
"Terima kasih banyak tuan. Tuan sangat membantuku," Zea merasa bahwa Mr. Ho begitu baik padanya.
Mr. Ho menerima Zea bekerja sebagai seorang pelayan resto, namum karena kerja kerasnya. Akhirnya Zea pun menerima posisi yang sangat baik di kantor tersebut.
Drrtttt..... Satu pesan baru...
"Zea, aku ingin bertemu denganmu sekarang! Temui aku di kampus, di samping perpustakaan!". Yolanda.
Setelah membaca pesan tersebut, Zea merasa ada sesuatu yang harus ia selesaikan.
"Tuan Ho, aku akan pergi untuk menemui Yolanda."
"Silakan Zea, hati-hati di jalan." Mr. Ho dengan senang hati mempersilakan Zea untuk pergi. Karena ia pun tidak ingin mengekang Zea dengan segala tugas tanggung jawabnya.
Zea bergegas untuk menemui sahabat dekatnya, dengan mengendarai kendaraan umum.
***
"Universitas xx"
"Zea!" Panggil Yolanda dari samping gedung perpustakaan.
"Yolanda, mengapa sangat mendadak?"
Bugh...
Yolanda secara tiba-tiba mendorongnya tanpa sebab.
"Dasar keterlaluan! Aku fikir kau adalah orang yang baik. Ternyata kau sangat sampah!" Bentak Yolanda dengan penuh amarah.
Sungguh hal yang sangat membingungkan bagi Zea. "Apa maksudmu Yolanda? Mengapa kau menuduhku!"
"Kau sudah tahu jika Rey itu adalah senior yang sangat aku sukai. Tapi kau diam-diam mendahuluiku!" Teriak Yolanda sembari menunjuk-nunjuk ke arah Zea.
"Sungguh dramatis. Seorang sahabat yang hanya menganggap dirinya..." ujar seseorang di sela pertengkaran antara Zea dan Yolanda.
"Kau puas Zea! Kau puas!!" teriak Yolanda lalu lari meninggalkan Zea. Sementara Joanah terlihat puas dengan apa yang ia saksikan.
"Apakah ini semua ulahmu Joanah!" ujar Zea kesal.
"Dasar anak p*****r!" Cela Joanah.
"Kau!" Balas Zea.
"Kau fikir aku tidak tahu, jika kakak perempuanmu adalah seorang p*****r. Masih untung, aku tidak menyebarkan berita ini." Ancam Joanah, lalu pergi meninggalkan Zea.
Zea terbangun dari tempat itu, lalu berjalan menuju lorong kampus. Sungguh hal yang tidak bisa ia bayangkan. Ia bahkan tidak pernah menyukai senior Rey, bahkan mengenalpun tidak. Namun justru dialah yang harua menerima fitnahan kejam dari Joanah.
"Meisie Zea." Panggil seseorang dari arah samping. Lelaki itu ialah senior Rey, si lelaki m***m juga fackboy.
"Apakah kau yang menuliskan surat ini?" Tanya senior Rey sembari memberikan sepucuk surat. Zea mengambil kertas tersebut, lalu membacanya.
Isi surat tersebut ialah ungkapan hati seorang wanita pada kekasih impiannya. Wanita tersebut ialah nama dirinya, Meisie Zea.
"Maaf senior. Aku sungguh tidak tahu tentang surat ini," ujar Zea meyakinka n sang seniornya.
"Jadi kau yang telah mengirimkan surat pada kekasihku! Dasar tidak tahu malu!" Bentak seorang gadis yang ialah kekasih dari senior Rey.
"Stop!" Peringat senior Rey pada sang kekasihnya. Saat gadis itu hendak menaikan tangannya dan memukul wajah cantik Zea.
"Dia hanya jalang..--"
"Diam!" Kau sangat banyak bicara. Ini hanya kesalahpahaman. Oke!" tukas senior Rey, membuat sang kekasihnya terdiam.
"Aku tidak pernah mengenal senior, terlebih lagi aku sibuk bekerja. Aku tidak memiliki waktu untuk bermain surat." Zea pun pergi meninggalkan senior Rey bersama sang kekasihnya.
***
"Kediaman Zea"
Zea kembali ke tempat kediamannya. Kini ia hanya seorang diri dan tak ada lagi yang menemaninya.
Beruntung, rumah yang ia tempati ialah milik kerabat dari Thania. Zea tak perlu repot untuk berpikir membayar uang listrik dan lainnya.
Zea mencoba untuk menghubungi Yolanda. Namun kontaknya pun sudah di blokir oleh sang sahabat dekatnya tersebut.
"Apakah persahabatan kita hanya sebatas ini..." Batin Zea. Zea sangat sedih atas apa yang terjadi antara dirinya dengan Yolanda.
Sejak saat itu, Yolanda terus menjauh darinya. Sedangkan Zea sudah memilih untuk mengambil kelas dua kali dalam sepekan. Ia disibukkan dengan segala pekerjaannya.
***
"Hari ini resto akan sangat sibuk, karena beberapa acara penting akan diadakan di tempat ini. Tolong semua berikan pelayanan yang terbaik dan jangan lupa untuk tetap tersenyum." Ujar Zea yang sedang memimpin rapat. Sedangkan Mr. Ho sibuk mengurus para event organizer.
Zea sangat sibuk dengan acara yang akan diadakan.
Malampun tiba...
Acara akan segera dimulai, semua tamu sibuk mempersiapkan perlengkapan acara.
Mr. Ho terlihat begitu dekat dengan para tamu-tamu undangan. Sedangkan Zea hanya duduk di tepi keramaian.
"Kehidupan orang-orang kaya memang sangat berbeda. Mungkinkah aku bisa seperti mereka kelak..."batin Zea kala itu.
Memandangi semua tamu-tamu kehormatan. Mr. Ho juga turut serta dalam bagian dari tamu kehormatan. Sekalipun ia sebagai pimpinan resto yang kini mereka tempati.
"Sungguh indah, bukan!" Ujar seseorang dari samping Zea.
Ahh.. "Yah, sangat ramai," balas Zea biasa. Seorang rekan kerjanya datanh mendekatinya, dan duduk di samping dirinya.
"Aku pernah berpikir untuk menjadi seorang jutawan. Namun, melihat keadaanku sekarang... Sepertinya aku harus bersabar," ujar sang rekan Zea dengan tersenyum sendu.
"Setiap perjalanan hidup... Memiliki cerita dan proses masing-masing. Mungkin saja, merekapun menapaki kehidupan yang sulit dulu."
Tsk... "Kau sangat optimis. Tidak salah, jika tuan Ho memilihmu menjadi tangan kanannya." Keduanyapun saling tersenyum satu sama lain.
"Nona Zea! Kemarilah!" Panggil Mr. Ho, Zea pun segera pergi bersamanya.
"Ada apa tuan?" tanya Zea penasaran.
"Aku akan memperkenalkanmu pada rekan-rekanku," balas Mr. Ho dengan tersenyum.
>>
"Wow... Nona Zea sangat luar biasa. Diusia muda, namun sudah memiliki beban tanggung jawab yang cukup besar." Puji salah seorang rekan bisnis Mr. Ho.
"Tuan muda Howard, apakah nona cantik ini yang akan menjadi partner terbaikmu dimasa depan?" Ujar salah seorang rekan lainnya.
"Kita serahkan saja semuanya pada sang pencipta," balas Mr. Ho sembari melemparkan senyumannya pada Zea.
Zea hanya tersenyum, tak tahu harus berkata apa dan membalaskan apa lagi.

Acara pun berakhir....
"Terima kasih untuk semua kerja kerasmu. Kuharap, kau tidak keberatan untuk pergi bersamaku besok lusa."
"Apakah ada pekerjaan tambahan lagi, tuan?" balas Zea polos.
Mr. Ho terkekeh dengan jawaban polos dari Zea. "Yah, akan ada pekerjaan tambahan tentunya."
***
Mr. Ho menghantarkan Zea kembali ke kediamannya. Setelah hampir dini hari menyelesaikan segala pekerjaan dan tanggung jawab acara.
"Apakah Howard sudah memberimu uang yang jauh lebih banyak!" Ujar seseorang dari arah belakang Zea.
Ahk.. Zea memekik, saat pergelangan tangannya ditarik paksa oleh seorang pria.