bc

CEO and BellAngel

book_age18+
982
FOLLOW
3.1K
READ
fated
goodgirl
CEO
drama
tragedy
sweet
bxg
office/work place
disappearance
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Bagi Min Yunki, Kim Reya adalah sebagian dunianya. CEO muda itu begitu larut dalam pesona gadis yang juga adik dari sahabat lamanya.

Jika saja bisa ia jabarkan gadis cantik itu bukan hanya pemilik hatinya. Lalu saat ia dipaksa menerima kepergian sang pujaan hati. Seluruh kesadaran seolah ditarik.

Anda ada jalan untuk membawa Reya kembali. Apapun, akan ia turuti.

Lalu apa yang Yunki lakukan untuk membawa kekasih hatinya kembali?

chap-preview
Free preview
★satu★
Menjadi bagian dari kaum miliuner, mungkin adalah hal yang diinginkan semua orang. Memiliki segalanya, apapun yang kau mau bisa dengan mudah didapatkan. Namun, bukankah kesuksesan adalah sesuatu yang tak bisa didapat secara instan? Kehidupan mereka dijalani dengan berbagai aturan. Teman, sekolah, waktu makan dan segalanya telah ditentukan. Seperti yang dialami CEO Taman bermain Elanis, Min Yunki. Si pucat, pemilik mata layaknya bulan sabit dan senyum manis layaknya anak kucing. Siapapun pasti terpana akan parasnya. Tampan dan ramah, meski bisa juga menjadi tegas dan dingin jika dihadapkan pada situasi serius. Sejak kecil Yunki hidup dengan ritme yang telah ditentukan keluarganya. Itu membawanya bertemu William Kim, yang kemudian mempertemukannya dengan Reya Kim. Tak banyak gadis yang ditemuinya, hingga Reya seolah menjadi magnet terbesar dalam hidupnya. Lahir dari mungkin keluarga yang kolot, mengekang Yunki pada banyak aturan. Beruntung William dan Reya sedikit banyak membantunya melihat suasana di luar zona nyamannya. Taman bermain Elanis, berada di salah satu pusat kota Korea Selatan. Dibangun megah dengan berbagai area bermain, juga aneka taman tema yang mengasikkan. Tak ayal menjadikan Elanis salah satu destinasi wisata yang digemari. Apalagi sejak Yunki memangku jabatan CEO. Inovasinya membuat Elanis semakin berkembang. Aneka taman tema adalah Yunki pencetusnya. Lalu para investor datang dengan sendirinya. Menjadikan pria itu salah satu CEO muda yang tak diragukan lagi kemampuannya. Siang ini ia duduk di ruangan, setelah memeriksa laporan yang menumpuk. Saat Pintu ruangannya terbuka, William. Pria dengan senyum kotak itu berjalan mendekat seraya membawa dua gelas americano dingin. Yunki tersenyum, temanya itu memang terbiasa seperti itu. Masuk tanpa perlu ijin dari sekretarisnya. "Ah, kau tak bosan dengan pekerjaan?" tanya William, ia lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Yunki. Ia lalu menyerahkan kopi yang sengaja ia untuk sahabatnya itu. "Aku bosan dan hampir selesai. Lalu adikmu membuatku gila karena tak membalas pesanku sejak kemarin." Yunki menjawab, Sementara dirinya masih memeriksa map terakhir. "Hmm? Ia mungkin kesal padamu? Atau kau melakukan kesalahan?" William meneguk kopi miliknya. Seraya melirik Yunki dari sudut matanya. "Kami baik-baik saja. Sungguh. Apa aku harus ke Amerika setelah ini?" Yunki bertanya menatap William serius, yang hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. Ya, Amerika. Ke Amerika begitu mudah baginya. Hanya hubungi sekertaris minta ia menyiapkan helikopter milik perusahaan atau sewa pesawat pribadi. Semudah itu, pemilik kuasa bisa melakukannya. Yunki, menghentikan kegiatan tiba-tiba karena sebuah pemikiran buruk terlintas begitu saja. Ia meletakan pena miliknya dengan kesal. Bunyi hentakan itu membuat William terkejut dan nyaris saja mengeluarkan kopi dari mulutnya. "Yak! Willy adikmu tak selingkuh kan?" "Entahlah, pria Amerika mungkin lebih menggoda baginya saat ini. Hahaha." Yunki merapikan laporan dari mejanya. Ia bergerak dengan terburu-buru. Sungguh ucapan dari William membuat ia kesal. Ia lalu berdiri dan mengenakan jas yang tersampir di kursinya. "Kau mau kemana?" "Akan ke Amerika." "Sekarang?" William bertanya. Yunki mengangguk pelan, lalu mengambil ponsel miliknya. Willy berdiri, menahan Yunki kemudian. Iya takut jika temannya itu segera menghubungi sekretarisnya untuk memesankan pesawat pribadi. "Jangan." "Biarkan aku ke sana, akan ku rontokkan pria itu hingga tersisa tulang belulang," kesal Yunki. "Ya, jangan terlalu serius. Aku hanya bercanda tadi. Ponselnya rusak." "Aish, beli yang baru apa susahnya. Dia selalu seperti itu. Setiap kehilangan tak pernah mau bertindak cepat." Si pucat kembali duduk "Dia memang seperti itu. Kau tau sendiri, bagaimana ia sering kali merepotkan dirinya sendiri." Yunki hanya mengangguk mendengar penuturan William. Itu juga alasan yang membuat ia tergila-gila pada gadis itu. "Ayo ikut aku, kita makan siang." Keduanya lalu beranjak dari ruangan. Dua CEO muda berjalan keluar kantor. Yunki mengenakan setelah kemeja hitam, lalu jas yang ia sampirkan di tangannya. Lalu William mengenakan kemeja berwarna moccha, dengan celana berwarna sedikit lebih gelap. Mereka sampai di tempat parkir dimana William memarkirkan mobilnya. Yunki masuk disusul Willy. Si pucat duduk di kursi penumpang lalu mengenakan sabuk pengaman. "Kita makan siang dimana?" tanya Yunki. William hanya tersenyum. "Hmm, ayo kita minta saran seseorang." William menoleh ke kursi belakang, seseorang muncul dari balik sana. Yunki terkejut menatap kaca dashboard melihat Reya di sana. Ia menoleh mendapati tunangannya berada di balik kursi. Gadis pemilik mata bulat besar, dengan sebuah tanda lahir di atas alis kirinya. Ia tersenyum menatap Yunki dengan jahil. Sementara William sudah terkekeh melihat raut wajah sahabatnya yang terkejut. "Mau makan steak oppa?" Ia bertanya pada Willy. "Kapan kau ke Korea?" tanya Yunki yang malah terlihat kesal. "Kau tak suka?" "Bukan begitu, hanya saja harusnya kau katakan dulu padaku." "Tentu saja aku harus kembali ke Korea. Sebentar lagi pernikahan kita dilaksanakan." Reya menjawab seraya menunjukkan cincin pertunangan mereka. Willy tak mau peduli. Ia memilih melajukan mobilnya. Pertengkaran kali ini rasanya akan menjadi soundtrack perjalanan mereka. *** Apartemen minimalis dengan nuansa abu dan putih, lalu furniture di dalamnya didominasi dengan warna hitam. Apartemen milik Yunki. Ia memilihnya tinggal di apartemen karena jaraknya dekat dengan kantor. Ia malas jika harus berlama-lama di jalan. Meski ada rumah orang tuanya, yang memang cukup jauh dari kantor. Butuh hampir satu jam untuk tiba di kantor dari sana. Sementara butuh lima belas menit untuk tiba di Elanis. Malam ini Reya dan Yunki duduk di ruang tengah. Keduanya mengenakan piyama pasangan seraya mengenakan masker emas. Yunki rebah di pangkuan Reya. "Kau tak merawat diri baik-baik setelah kembali kemari. Lihat tadi ada kerutan di matamu, juga ada bekas jerawat." "Aku rutin memakai perawatan kulit yang kau berikan. Ini hanya karena aku semakin tua." "Aish, kau bahkan belum berusia empat puluh tahun." Yunki hanya mendesis menahan tawa, gadisnya memang cerewet dalam segala hal. Mungkin itu salah satu alasan ia jatuh hati. "Aku senang, melihat perkembangan harga saham Elanis." "Hmm, perang dagang antara Amerika dan China tak berpengaruh besar dalan industri pariwisata dan hiburan." Reya mengangguk. "Kau tak berpikir mencari ambassador untuk Elanis?" "Ambassador?" "Hmm, belakangan perkembangan KPop dan idol berkembang pesat. Peminat bukan hanya hadir dari Asia. Merambat juga dari kawasan Eropa dan Amerika. Aku dengar beberapa boygrup sukses mengadakan konser di sana. Pilih salah satu dari mereka untuk ikon tahunan Elanis." Yunki hanya mengangguk mendengar penuturan Reya. "Akan aku pikirkan." "Bagaimana Kalau kita pilih BTS?" Reya bersemangat membuat Yunki menatapnya dengan curiga. "Kenapa harus BTS?" "Karena mereka yang populer, juga—" "Juga apa?" Gadis itu mendekatkan wajahnya pada telinga kekasihnya. "Tampan." Ia berbisik lalu terkekeh sendiri. Yunki bangkit lalu duduk, dan dengan dengan kesal membuka masker yang ia kenakan dengan kesal. "Aish, menyebalkan." "Hahahah, kau pencemburu." Yunki memegang wajah Reya menatap gadis yang masih terkekeh itu. Lalu membuka masker wajah kekasihnya. Mengecup bibir sang kekasih beberapa kali. "Menyebalkan." Reya memeluk pria pucat itu. "Kita liburan ya? Merayakan ulang tahunku. Aku ingin ke vila ayahmu. Hmm?" Vila di daerah pegunungan dengan hamparan taman bebungaan. Bukit-bukit di sekitar menambah kesan asri. Suasana yang nyaman sekali untuk melepas penat. Beristirahat, menjauhkan diri dari kesibukan dan keramaian. Alam memang terkadang jadi penghilang penat. Suara nyanyian alam kadang jadi hiburan tersendiri. Dan Reya menyukai itu, Amerika membuat ia bosan. Bukan karena tak ada tempat indah. Hanya saja beristirahat di tanah kelahiran tentu akan beda rasanya. "Baik, lakukan apa yang ingin kau lakukan. Selama berada di sini." Tentu saja, tak akan menikah permintaan sang kekasih. Apa sih yang tak akan dikabulkan Yunki demi Reya? CEO taman bermain Elanis itu mungkin gila akan rasa cintanya. Hingga kadang menolak permintaan sang kekasih membuat ia kesal sendiri. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Just Friendship Marriage

read
507.4K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
661.3K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.6K
bc

HYPER!

read
557.8K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.8K
bc

DRIVING ME CRAZY (INDONESIA)

read
2.0M
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook