bc

Bismillah Cinta

book_age16+
50
FOLLOW
1K
READ
love after marriage
arranged marriage
goodgirl
independent
confident
student
twisted
sweet
bxg
campus
like
intro-logo
Blurb

"Saya tidak akan menetapkan peraturan apapun dalam kontrak pernikahan kita. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu inginkan. Kamu boleh mencampuri urusan saya, dan saya juga boleh mencampuri urusan kamu. Karena saya adalah suami kamu, dan kamu adalah istri saya. Jadi kita berdua berhak mengetahui apapun yang terjadi kepada masing-masing dari kita. Saya tidak akan melarang kamu apapun, asalkan kamu meminta ijin saya sebelumnya dan saya anggap bahwa apa yang kamu inginkan masih bisa saya terima dengan baik. Kamu juga boleh melarang saya untuk melakukan apapun jika kamu merasa itu buruk untuk saya.

Hanya ingat satu hal, pernikahan kita hanya 3 tahun. Setelah itu saya akan menceraikan kamu."

Zora mengira dia bisa menerima kesepakatan itu dan menjalaninya dengan mudah. Awalnya memang mudah, tetapi ketika benih cinta itu tumbuh dihatinya, segalanya menjadi lebih rumit.

Zora harus merahasiakan perasaannya dan mengubur dalam-dalam keinginannya dalam rumah tangga mereka. Mengingat pernikahan ini hanya akan bertahan selama 3 tahun saja. Siapa dia yang begitu serakah menginginkan Hanan untuk hidupnya?

chap-preview
Free preview
Dosen An***g
"Menikahlah denganku." Kepala Zora tiba-tiba saja terasa mengambang. Rasanya segala pikirannya menghilang dan pergi begitu saja dari kepalanya. Telinganya juga berdenging. Zora mengorek telinganya, siapa tahu ada kotoran disana yang membuat Zora salah mendengar. "Kamu tidak salah dengar. Saya benar-benar mengajak kamu untuk menikah." Zora mau ngilang aja rasanya. Niat mau bimbingan skripsi kok malah diajak nikah. Apakah ini salah satu modus halo bang versi dosen? Tiba-tiba ngajak nikah mahasiswinya dan ngasih iming-iming skripsi bakal di lancarin, terus kalau udah dipake bakal dibuang gitu? Oh tidak bisa. "Maaf pak, saya rasa ini sudah diluar pembahasan. Kalau Bapak mau nikah, ajak orang lain aja pak. Jangan ajak saya." Kata Zora. Memangnya dosennya pikir Zora cewek apaan? Amit-amit Zora nikah sama dosen pembimbingnya sendiri. Yaaa walaupun masih muda sih, tapi tetap saja Zora tidak mau. "Kenapa? Apa yang kurang dari saya? Saya tampan, muda, finansial baik, dan yang paling terpenting, saya dan kamu seagama." Duh ini kalau bukan lagi di kampus dan di kantor jurusan, Zora udah dari tadi kali nyumpahin nih dosen. Bisa-bisanya ya dia ngebanggain dirinya sendiri begitu. Biar apa coba? Biar Zora mau nikah sama dia? Gila kali nih orang. "Tidak pak. Bukan perkara bibit, bebet, dan bobot Bapak. Cuma saya lagi nggak mau nikah Pak. Saya mau bimbingan hari ini. Saya pengen cepet lulus." Elaknya. Nih kalau Pak dosennya masih ngebet ngajak nikah Zora trus ngasih iming-iming skripsi lancar, sumpah demi Allah buku ensiklopedia bakal melayang ke wajah dosennya. "Oke, saya cek dulu." Zora mengangguk dan bernafas lega. Hanan, dosen muda yang baru saja mengajar di kampus Zora memeriksa proposal milik gadis itu dengan teliti. Dia baru saja menjadi dosen baru di kampus ini, menggantikan Prof. Bambang yang sudah pensiun. Juga, dia harus menghandle beberapa Mahasiswa yang berada di bawah bimbingan Prof. Bambang. Salah satunya adalah Izora. Mahasiswi yang baru saja dia ajak menikah. Hanan memijit pelipisnya kuat. Sebenarnya apa yang salah dengannya hari ini? Tiba-tiba meminta Zora untuk menikah dengannya. Sungguh, Hanan sangat malu sekarang. Mana dia ngajak nikah dua kali lagi, rasanya pengen ditelan bumi aja Hanan. "Setelah saya baca, saya rasa kamu harus ganti objek kajiannya." Ucapnya setelah membaca proposal itu. Kening Zora berkerut dalam. Sumpah, kalau yang ini Zora bener-bener pengen salah denger. Nggak mungkin kan Pak Hanan nyuruh Zora buat ganti objek penelitiannya setelah dia susah payah nyusun nih proposal. "Apa?" Hanan mendorong proposal itu ke arah Zora dan menatap Zora dengan tatapan matanya yang serius. "Saya bilang, ganti objek kajiannya. Kamu mengambil topik nilai kebudayaan, tetapi novel yang kamu gunakan tidak relevan sama sekali. Budaya Jepang yang ingin kamu angkat ini sangat berat. Cakupannya juga luas, ditambah lagi referensi mu kurang. Jadi daripada kamu berat di awal, lebih baik kamu ganti objek kajianmu. Ambillah topik yang lain, atau kau ganti saja novelnya." Jelas Hanan. Apa katanya? Ganti novelnya? Tidak tahukah Hanan bagaimana susahnya Zora memilih novel yang tepat untuk objek kajiannya itu? Dan sekarang laki-laki itu memintanya untuk mengganti objek kajiannya dan lebih parahnya lagi mengganti novel yang ingin ia kaji? Mencari mati sekali Hanan ini. "Tapi Pak, saya sudah melakukan banyak observasi dan membaca banyak referensi. Saya rasa novel yang saya pilih ini tepat dengan objek kajian saya." Zora berusaha menjelaskan kepada dosen barunya itu agar ia tak perlu mengganti objek kajian penelitiannya. "Tetap saja. Kamu mengangkat budaya Jepang, bukan budaya Indonesia. Saya menyuruhmu mengganti objek kajianmu agar kamu tidak kesulitan nantinya. Lagipula banyak novel-novel Indonesia yang mengangkat budaya Indonesia. Kamu hanya perlu melakukan pembaharuan pada penelitian mu ini." Hanan masih tetap dengan pendiriannya untuk menyuruh Zora mengganti objek kajian gadis itu. Zora jadi suudzon nih, jangan-jangan Hanan sengaja buat Zora ganti objek kajian karena Zora nolak Hanan. Mau buat Zora susah nih ceritanya? Duh ilah, beban hidup aja udah berat masih ditambah dapet dosen pembimbing yang pendendam kaya Hanan. Zora mau mati aja udah. Namun lebih dari itu, Hanan benar-benar serius dengan ucapannya. Terlepas dari Zora yang menolaknya agak membuatnya kesal, tapi dia benar-benar tulus membantu Zora dalam pengerjaan skripsi gadis itu. Bagaimanapun juga Zora adalah mahasiswi bimbingannya. Tentunya Hanan tidak ingin menyulitkan mahasiswinya. Dia lebih dari tahu bagaimana susahnya dalam penyusunan skripsi. Hanan sudah melalui itu semua. Zora menghela nafasnya kasar. Ia meraih proposal nya dan menyimpannya kembali ke dalam tas map yang ia bawa. "Baik Pak. Saya akan merevisi proposal saya. Apakah bimbingan saya sudah selesai?" Tanya Zora Hanan menganggukkan kepalanya. Zora segera bangkit dari duduknya dan menyalami tangan Hanan sebelum ia pergi. Zora keluar dari ruangan dosen itu dengan suasana hati yang buruk. Sedangkan Hanan hanya menatap kepergian Zora dengan tenang. Zora berjalan menuju kantin fakultasnya, ia membutuhkan sebotol air untuk menenangkan dirinya. Rasanya kepala Zora akan meledak saja jika tak segera meneguk air putih. Setelah mendapatkan airnya, Zora mengambil tempat duduk di sana dan membanting tas map yang ia bawa ke atas meja kantin. Suara tabrakan Antara tas map nya dan meja kantin sangat keras, sehingga beberapa mahasiswa yang ada di sana terkejut dan mau tak mau menoleh untuk melihat ke arah Zora. Ia membuka tutup botol airnya dengan kesal dan meneguknya sampai setengah. Zora menghembuskan nafasnya kasar. Tangannya terkepal kuat dan kedua matanya memanas. "Sialan! Ganti objek kajian? Novel gue nggak relevan? b*****t banget tuh orang! Seenaknya aja ngomong kaya begitu. Dia nggak tahu apa gimana susahnya gue ngerjain nih proposal." Kesal Zora. Ia mati-matian menahan air matanya yang siap meluncur bebas itu. Ia tidak akan menangis di sini, walau rasanya susah sekali untuk menahan air matanya itu. Zora mengusapnya kasar, ia teguk kembali air dalam botolnya dan kembali mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia lebih baik untuk melakukan revisi sebanyak-banyaknya daripada harus mengganti objek kajiannya. Itu sama dengan Zora harus menulis ulang proposal nya dan itu sangat sulit bagi Zora. Memilih novel yang tepat saja Zora butuh waktu 2 bulan untuk menentukannya. Dan sekarang setelah ia menyelesaikan 3 bab awal proposal nya, dosen barunya itu dengan seenaknya meminta Zora untuk mengganti objek kajiannya? Gila saja! Zora menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya. Ia tak bisa lebih lama lagi membendung air matanya itu. Zora menangis dalam diam. Hanan yang baru saja memasuki area kantin pun tak sengaja melihat Zora yang tengah menangkupkan dirinya dalam lipatan kedua tangan itu. Ia mengamati punggung sempit Zora dan melihat bagaimana bahu perempuan itu bergetar kecil. Hanan sudah bisa menebaknya, mahasiswi bimbingannya itu pasti tengah menangis. Yaaah, siapapun yang berada di posisi Zora pasti akan mengerti mengapa wanita itu tengah bersedih sekarang. Bahkan dirinya pun juga memahami perasaan Zora. Hanan sudah lebih dulu merasakan bagaimana susahnya mengerjakan tugas akhirnya. Banyak rintangan yang harus ia hadapi, selain karena tekanan dari kedua orangtua, dosen pembimbingnya dulu juga sangat perfeksionis. Hal itu sangat memberatkan Hanan dulu. Beruntungnya ia sudah melewati masa itu, dan sekarang ia sudah menjadi dosen lalu berjanji pada dirinya sendiri untuk tak memberatkan ataupun menyulitkan mahasiswa bimbingannya kelak. Hanan tak melakukannya dengan sengaja, walau ia sempat kesal dengan penolakan Zora, tetapi ia juga masih memikirkan Zora kedepannya. Proposal yang ditulis oleh Zora sangatlah 'berat'. Ia hanya tak ingin membuat Zora kesulitan nantinya, maka dari itu ia menyuruh Zora untuk mengganti objek kajiannya. Lagipula ini demi kebaikan Zora sendiri. Karena merasa bersalah kepada Zora, Hanan berniat untuk menghampiri perempuan itu dan menenangkannya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria yang berjalan dari arah berlawanan dengannya dan duduk tepat di depan Zora. Hanan menghentikan niatnya itu dan memilih untuk memesan minumannya dan mengambil tempat tak jauh dari kedua orang itu. Tak lupa juga Hanan sengaja duduk membelakangi kedua orang itu. "Widiiihhh acc nih proposal? Bersih banget keliatannya. Hebat banget sih lu sekali bimbingan lansung di acc." Zora yang mendengar suara itu pun mengerutkan keningnya dan berdecak kesal. Orang bodoh mana yang kini mengatakan omong kosong seperti itu. Zora mengangkat wajahnya dan menatap teman organisasinya yang duduk di depannya dengan makanan yang ia bawa. Zora menatap sinis temannya itu. "Biji mata lo picek! Gue di suruh nulis ulang proposal, b*****t!" sembur Zora kesal. Laki-laki yang mendapat u*****n kesal dari Zora pun tersentak kaget, ditambah lagi wajah Zora yang basah akan air mata. "Ya santai dong! Kan gue kagak tahu!" Laki-laki itu meraih tisu yang tak jauh dari mereka dan membersihkan sisa-sisa air mata yang masih membasahi wajah Zora. "Udah kagak usah nangis. Jelek amat lu nangis begitu. Nih minum dulu." Laki-laki itu menyodorkan es teh miliknya pada Zora. Zora menerima minuman itu dan meminumnya dengan sisa-sisa segukan tangisnya. "Jangan sedih, lu pasti bisa merevisi ulang tulisan lu. Sulit emang, tapi gua yakin lu pasti bisa. Semangat ya Ra." "Gue kesel tahu nggak, seenaknya banget tuh dosen nyuruh gue buat ganti objek kajian. Nggak tahu apa ya dia kalau gue butuh waktu lama buat nulis nih proposal. Rasanya pengen banget gue santet tuh dosen." "Hush!! Nggak boleh kaya gitu! Ini masih di kampus, seenggaknya nanti pas lu pulang aja kalau mau nyumpahin tuh dosen. Atau lu butuh kenalan dukun buat nyantet Dospem lu, gua ada nih satu." "Boleh deh, bisa pesen boneka voodoo nggak? Biar gue bisa siksa tuh dosen." "Bisa banget Yang Mulia." Hanan yang mendengar percakapan mereka berdua sampai tersedak minumannya sendiri. Zora tak serius dengan ucapannya bukan? "g****k banget sih jadi orang. Inget dosa weh! Mau main nyantet aja lu." Laki-laki itu melemparkan kerupuk ke arah Zora. "Lah lu duluan yang nawarin anjing!" kesal Zora, tapi tak menghentikan tangannya untuk mengambil kerupuk lemparan temannya itu dan memakannya. "Gua nawarin dukun ya! Bukan anjing!" Zora berdecak kesal. Lama-lama berbincang dengan teman organisasinya ini hanya akan menambah dosanya saja. "Tau ah! Kesel gue lama-lama ngomong sama lo. Dah lah gua pergi aja." Zora beranjak dari sana dan meninggalkan temannya itu. Sedangkan laki-laki itu hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. Ia hanya berniat untuk menolong Zora, tetapi sepertinya Zora bertambah kesal dengannya. Jadi ya sudahlah, terserah Zora saja. Entah Zora yang memang tak menyadari keberadaan Hanan disana, ia melewati laki-laki itu begitu saja tanpa melirik sedikitpun ke arah Hanan. Hanan melihat kepergian Zora dengan hati yang merapalkan doa semoga Zora tak merealisasikan niatnya itu. Baru sehari ia bekerja di sini tetapi sudah mendapat ancaman santet saja. Tidak lucu sekali. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
97.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook