bc

MORE (Indonesia)

book_age12+
4.7K
FOLLOW
44.2K
READ
love after marriage
like
intro-logo
Blurb

Flora masih tidak menyangka bahwa di abad 21 seperti ini, perjodohan pernikahan masih dilangsungkan. Sialnya Flora mengalami hal itu di usia 20 tahun. Dia bahkan belum lulus kuliah tapi sudah dinikahkan dengan laki-laki yang lebih tua 8 tahun darinya. Keluarga Widjaja memang sangat kaya, dan suaminya adalah lelaki yang sangat tampan. Bayu Widjaja juga tidak pernah main-main dalam menuruti semua keinginan Flora. Termasuk memberikan segala fasilitas mewah untuk istri mudanya itu. Kaya raya, tampan, dermawan, dan baik hati rasanya belum cukup membuat Flora mau menerima Bayu sebagai suaminya.

Widjaja Series 1

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Flora masih memasang raut wajah cemberut bahkan ketika sudah memasuki ruang tamu. Matanya memandang isi ruangan dan meneliti rumah barunya ini. Ternyata bagus juga. Rumahnya minimalis namun penataannya sangat cantik dan elegan. Langkahnya terhenti. Ini adalah malam kedua dirinya resmi menjadi menantu keluarga Widjaja yang kaya raya. Kemarin ia sudah menegaskan kepada suaminya untuk tidak menyentuh Flora sebelum Flora siap. Ia juga sudah menegaskan tidak ingin tinggal bersama mertua mereka juga harus ada asisten rumah tangga di rumah mereka. Flora sebenarnya sangat mandiri, sungguh. Ia pintar memasak dan rapih dalam segala hal. Dirinya juga terbiasa melakukan semuanya sendiri. Hanya saja semenjak merasa kesal dengan perjodohan dan pernikahan di usia 20 tahunnya, Flora berniat menunjukkan segala sikap menyebalkan agar suaminya tidak betah dan memilih ceria. Flora tidak masalah menjadi janda di usia muda, asal dirinya masih cantik dan perawan. Langkahnya terhenti ketika teringat bahwa ia tidak tahu seisi rumah ini. Badannya sudah sangat lelah setelah selama dua hari harus bersandiwara sebagai pengantin yang bahagia di hadapan keluarga besar Widjaja. Ia tidak ingin membuat keluarganya malu dan ia terpaksa memasang senyum palsunya. Hanya di depan keluarga Widjaja saja. Di hadapan suaminya, Flora tidak peduli meski harus bertingkah menjijikkan sekali pun. “Om, kamarku dimana?” tanya Flora seraya membalikkan tubuhnya dan menatap Bayu. Ia lebih nyaman memanggil suaminya dengan sebutan Om karena usia mereka terpaut cukup jauh. Flora berusia 20 tahun sementara Bayu Widjaja berusia 28 tahun. Selisih angka 8 tahun merupakan jarak yang cukup jauh bagi Flora. “Lantai 2.” sahutnya seraya melangkah mendahului Flora. Awalnya Bayu sempat protes dengan panggilan Flora kepadanya, padahal mereka sudah menjadi suami istri. Akan tetapi mengingat mereka tidak sempat untuk saling mengenal dan tiba-tiba dinikahkan tentu membuat Flora masih merasa shock. Ia memaklumi jika Flora sedang belajar menerima keadaan yang mendadak ini. Mereka menikah benar-benar secara mendadak seolah menikah karena Flora sedang hamil. Padahal jangankan untuk menjadi suami istri, mereka bahkan terhitung masih orang asing jika harus menjalin pertemanan. “Kamu mau makan apa?” Flora mengikuti langkah Bayu menaiki tangga kayu yang tersusun estetik menurutnya. Baguslah rumah ini memiliki beberapa sudut yang bagus untuk mengambil foto. Ia jadi punya kegiatan selama liburan ini. Mengingat soal liburan dirinya menghela napas. Padahal tadinya ia berencana berlibur ke Bali. Dan gagal sudah karena acara pernikahan ini. Tapi sepertinya sehabis ini, ia akan tetap pergi ke Bali sesuai rencana awal. Flora akan bernegosiasi dengan Bayu agar bisa pergi ke Bali sendirian, dan ia akan menggunakan uang tabungannya untuk berlibur. Karena melamun, ia tidak sadar Bayu menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Sehingga kening Flora pun membentur punggung Bayu. “Flo? Mau makan apa?” tanyanya lagi. Flora memutar bola matanya kemudian menyalip Bayu sehingga ia yang kini berada di depan. “Apa aja tapi aku nggak mau masak.” “Bibi baru dateng lusa.” “Kok lama, sih?” tanya Flora heran. Bayu melanjutkan kembali langkahnya menaiki tangga. Apa Flora tidak paham jika mereka butuh waktu berdua dulu beberapa waktu. Minimal untuk saling mengenal satu sama lain. “Aku kan udah minta ke Om, biar ada ART segera.” Bayu bisa merasakan bahwa istrinya itu sedang kesal. “Bisanya dateng lusa. Aku males masak.” Flora membalikkan tubuhnya, kini menatap Bayu dengan kedua tangan bersilang di depan d**a. “Yaudah delivery lah. Kamarnya yang mana?” Bayu melangkah untuk membuka pintu kamar mereka. Tanpa perlu menunggu lama, Flora segera masuk kesana dan merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk. Ia mulai merindukan kasurnya di rumah. Ah, andai saja ia masih lajang saat ini. Pasti menyenangkan menghabiskan liburannya. “Aku delivery Richeese aja ya. Kata Ibu itu makanan favorit kamu.” Flora yang dalam posisi menelungkupkan wajah di atas bantal menahan kekesalannya. Bayu memanggil mertuanya dengan sebutan ayah ibu sementara orang tua kandungnya papa mama. Flora bahkan bingung harus menyebut mertuanya dengan sebutan apa karena Flora sejujurnya lebih nyaman memanggil om tante, atau Tuan dan Nyonya Widjaja. “Aku pesen tiga porsi, yang paha atas level 5. Tiga porsi termasuk nasinya.” Bayu mengeryitkan kening ketika mendengar permintaan istrinya. Flora adalah perempuan yang kurus, juga memiliki body yang bagus. Ternyata dia makan cukup banyak. Atau mungkin itu karena tenaganya habis setelah dua hari ini berkenalan dengan keluarga besar Widjaja yang cukup banyak. Bayu lantas mengeluarkan ponselnya dan mulai memesan, setelah itu ia menatap istrinya yang terbaring di atas kasur. Ia mendekat dan duduk di pinggir kasur. Hal itu diketahui oleh Flora. “Ngapain masih disini?” tanyanya ketus. Bayu merasa bahwa semenjak menikah, Flora selalu berbicara dengan nada ketus kepadanya. Flora juga memanggilnya Om dan bertingkah kebalikan dengan semua informasi yang Bayu ketahui tentang Flora selama ini. “Ini kamar kita.” Flora langsung bangkit dari posisi tidur menjadi duduk menghadap Bayu yang kini menatap layar ponselnya. Ia membulatkan matanya kesal. Kemarin dirinya sudah cukup menderita tidur satu kasur dengan Bayu ketika mereka di hotel. Membayangkan bahwa ia harus tidur satu kamar, satu kasur dengan lelaki ini membuatnya murka seketika. Flora sangat menyukai privasi terlebih untuk kamarnya sendiri. Lalu berbagi kamar dengan lelaki asing ini tentu adalah hal yang tidak ia sukai. “Nggak mau!” pekik Flora tiba-tiba. Membuat Bayu terkejut bukan main. “Apa?” “Iya aku nggak mau sekamar sama Om!” “Kita udah nikah, Ra.” Bagus, Om Bayu kini memanggilnya dengan panggilan yang berubah-ubah. Kadang Flo, kadang Ra. Memang kedua itu bagian dari namanya, hanya saja Flora lebih menyukai panggilan yang konsisten. Flora menggelengkan kepalanya dan bangkit dari tempat tidurnya. “Pokoknya aku mau tidur sendiri, Om. Aku mau punya kamar sendiri.” Ia menatap Bayu dengan kesal. Sangat kesal. Ia tidak suka kehidupannay dipaksakan seperti ini. Menikah dengan orang asing di usia seharusnya ia masih merasakan kebebasan, sudah cukup membuat Flora merasa tidak bahagia. Dan jika suaminya tidak bisa menuruti keinginannya, Flora yakin dirinya akan benar-benar menderita selama disini. “Kita emang belum saling kenal. Tapi dari sini kita mulai pelan-pelan. Kalau kita tidur pisah kamar, ngga baik, Ra.” Flora hanya diam saja menatap Bayu. Tenggorokannya terasa memanas dan matanya mulai berair. Ia sebenarnya benci harus menangis hanya untuk pernikahan s****n ini. Akan tetapi dirinya benar-benar kesal. Ia lantas melangkah keluar kamar tanpa sepatah kata pun.                  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.2K
bc

Fake Marriage

read
8.4K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.0K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

Wedding Organizer

read
46.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook