Chapter 2

1162 Words
Mood Flora benar-benar buruk setelah keluar dari kamar. Merasa tidak mengetahui isi rumah ini. Dirinya pun melangkah menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Rasa untuk kabur dari rumah ini tiba-tiba terbesit di benaknya. Akan tetapi ia masih cukup waras untuk tidak melakukan itu. Dompetnya masih ada dalam koper yang kini berada di dekat pintu, ia masih bisa mengambil itu. Tapi tentu uangnya tidak akan pernah cukup untuk melarikan diri. Di samping itu, ia hanya akan membuat keluarganya merasa malu saja. Terlebih dia juga tidak punya tujuan tempat kabur. Jadi itu hanya akan merepotkan saja. Tangannya mengusap air mata yang perlahan turun. Ia tidak akan menangis. Tidak akan. Air matanya terlalu berharga untuk pernikahan s****n yang tidak diinginkan ini. Minimal ia harus membuat dirinya merasa bahagia. Satu-satunya yang bisa ia dapatkan adalah harta keluarga Widjaja. Tiba-tiba ia memiliki ide. Selain beringkah pemalas, ketus, dan menyebalkan. Mengeruk uang Bayu Widjaja sepertinya ide yang bagus. Suaminya itu sangat kaya, kan? Jadi Flora akan memanfaatkan itu untuk membeli semua yang ia mau. Idolanya BTS akan come back beberapa waktu yang akan datang. Ia akan membeli semua versi albumnya. Bahkan ia berniat membeli album siapapun boyband dan girlban Korea yang come back tahun ini. Tidak perlu seperti sebelum-sebelumnya ia harus menabung dan hanya membeli satu versi album BTS. Sekarang ia bisa membeli lebih banyak. Baiklah, ide itu setidaknya menghilangkan sejenak rasa kesal karena kenyataan ia harus sekamar dengan Bayu. Rasa kesal kembali bersarang di hatinya ketika Bayu datang menyusulnya ke ruang tamu. Pandangan Flora hanya lurus saja ketika Bayu datang. Ia terdiam dan duduk dengan posisi tegak serta kedua tangan bersilang di depan d**a. Gaya andalannya jika ia sedang merasa kesal. Bayu duduk di sebelahnya dan kini menatap Flora yang membisu. “Maaf, Ra. Tapi kita harus sekamar. Kamu boleh ngapain aja di kamar itu. Anggap kamar sendiri. Kalo mau rombak juga nggak papa. Tapi kita tetep sekamar.” Bukan itu yang Flora inginkan. Dirinya ingin tidur di kamar sendirian dan bebas melakukan apapun tanpa merasa terganggu dengan kehadiran orang lain. Ia selalu memiliki kamar sendiri hingga kuliah. Dan setelah 20 tahun hidupnya kini ia harus berbagi kamar dengan orang asing rasanya benar-benar risih. Flora memilih tetap bungkam. Kalau Bayu bersikeras bahwa mereka harus sekamar, Flora juga akan bersikeras agar mereka beda kamar. Ia tidak ingin lelaki yang lebih tua delapan tahun darinya itu tiba-tiba ‘,menyentuhnya’ dengan bebas selama mereka satu kamar. Membayangkan itu saja membuat Flora merasa geli sendiri. “Ra. Kenapa diem aja? Kamu marah?” kini Bayu menyentuh lutut Flora dan menatap istrinya lekat. Pandangan Flora tetap fokus ke depan dan terdiam. Sudah jelas-jelas raut wajah Flora tidak bersahabat seperti ini dan matanya memerah karena marah dan menahan tangis. Bisa-bisanya Om Bayu menanyakan dia marah atau tidak? Hal itu akan Flora catat dengan baik! Fakta mengenai suaminya ini adalah suka basa-basi dan tidak bisa memami situasi sekitar dengan baik. Suaminya sungguh tidak peka. Telepon bayu berdering karena telepon ia mengangkatnya dan rupanya itu abang yang membawakan pesanan mereka. “Makanannya dateng. Aku keluar dulu ya ngambil itu.” Diam-diam Flora merasa lega karena Bayu keluar. Dia juga lega karena tidak perlu membayar makanan favoritnya. Biasanya ia hanya membeli Richeese jika sedang diskon. Agar uangnya bisa dipakai untuk menabung membeli album bias. Dan sekarang, ia bisa membeli tiga porsi sekaligus secara gratis karena dibayari suaminya. Setidaknya ada hal yang membuat Flora sedikit bersyukur dengan pernikahan ini. Suaminya sangat kaya. Bayu kembali dengan makanan di tangannya. Ia meletakkan itu di atas meja ruang tamu. “Ra. Ayo makan dulu. Nanti kita bicara itu lagi.” Mencium aroma Richeese yang khas membuat Flora sangat tergiur untuk segera makan. Tapi gengsinya masih sangat tinggi untuk saat ini. Sangat. Dirinya sedang memutar otak terkait bagaimana caranya agar bisa pisah kamar dengan suaminya. Flora tidak terlalu mengenal Bayu jadi ia tidak tahu bagaimana cara membujuk lelaki itu. Setidaknya Flora telah memastikan bahwa Bayu bukan tipe pria kasar yang suka main tangan. Mamanya sempat mengatakan bahwa Bayu adalah lelaki yang sangat penurut. Flora membenarkan hal itu ketika Bayu setuju saat dirinya meminta untuk tinggal sendiri terpisah dari mertua dan mau memperkerjakan asisten rumah tangga. Juga ketika Bayu menuruti permintaannya untuk tidak melakukan hubungan suami istri di malam pertama mereka karena Flora belum siap. Akan tetapi, untuk urusan pisah kamar ini Bayu nampaknya tidak akan menurut. Atau lebih tepatnya tidak akan menurut begitu saja. Bayu mulai membuka bungkus makanan itu. Dan mengambil miliknya yang hanya satu porsi kemudian membukakan tiga bungkus lainnya pesanan Flora. Bayu tidak bisa makan pedas dan istrinya sepertinya pecinta makanan pedas dilihat dari pesanannya yang mencapai pesas level 5. Itu level ukuran pedas tertinggi untuk makanan Richeese. “Ra. Ayo cuci tangan dulu. Atau mau aku suapin?” tawar Bayu. Mendengar itu Flora mendengus kesal. Ia tidak akan pernah sudi melakukan hal itu. “Kita satu kamar, tapi pisah ranjang,” ujar Flora kemudian. Itu akhirnya keputusan yang sempat terpikir oleh Flora. Baiklah tidak apa mereka satu kamar, tetapi Flora akan menghabiskan lebih banyak waktunya di luar kamar. Dimana pun di sudut rumah ini yang menyenangkan. Ia hanya perlu menjelajah untuk menemukan spot favoritnya selain kamar. Pergerakan Bayu terhenti kemudian ia menatap Flora. “Pisah ranjang?” tanya Bayu. Kedengarannya terlalu s***s untuk pengantin yang baru menikah. Flora menganggukkan matanya dan tetap menatap lurus ke depan. Bayu terdiam sejenak. “Maksudnya kasurnya ada dua?” “Ya terserah, yang penting engga tidur satu kasur.” “Tapi kasur di kamar itu cuma satu.” “Ya beli lagi, lah. Om kan kaya, punya banyak uang.” Bayu kembali terdiam untuk berpikir sejenak. Ia selalu berusaha memahami Flora ketika dirinya minta sesuatu. Dan ia hanya bisa menebak bahwa Flora benar-benar belum siap untuk menjalani kehidupan pernikahan. Dari hal sekecil tidur bersama suami saja sepertinya dia belum siap. Bayu menghela napas. Ya dia harus memaklumi hal tersebut. Flora masih sangat muda dan pasti masih ingin bebas serta mencapai banyak hal. Bayu sendiri juga sebenarnya kurang suka dengan tipe perempuan yang terlalu muda untuknya, bukan masalah umur tapi soal pemikiran. Flora tentu masih terlalu muda untuk segi usia dan pemikiran. Sementara Bayu sudah melewati banyak hal dalam hidupnya dan bertemu dengan bermacam-macam orang. Ia sedang belajar menerima Flora, sungguh. Setidaknya Flora membuat Bayu terkagum-kagum ketika mamanya menceritakan soal kepandaian Flora dalam berdiplomasi ketika pergi lomba ke Jerman. Flora juga sangat mandiri karena berbisnis kecil-kecilan untuk bisa membeli apa yang ia inginkan. Flora pintar memasak, jadi ia sering menjual masakannya di kampus. Menurut informasi yang Bayu dapatkan, Flora adalah penggemar boyband Korea dan ia sering menabung untuk membeli hal-hal berbau kesukaannya. Juga untuk liburan. Paras Flora juga cantik dan manis. Secara fisik, Flora adalah tipe idaman Bayu. Secara kepribadian yang Bayu dengar, Flora juga sangat menakjubkan dan Bayu menyukai semua itu. Hanya saja, Bayu belum melihat semua kepribadian itu semenjak menikah dengan Flora. Akan tetapi mereka baru dua hari menikah dan tentu Flora masih shock sehingga dirinya bersikap demikian. “Oke. Berarti malam ini kita tidur satu ranjang.”                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD