Chapter 3

1021 Words
Mereka mulai makan malam setelah keduanya cuci tangan dan membaca doa. Flora tidak yakin bisa menghabiskan tiga porsi jadi ia memberikan satu porsi kepada Bayu. Biasanya paling banyak ia membeli dua porsi akan tetapi tidak pernah habis. Akan tetapi jika membeli satu porsi dirinya merasa kurang. Flora berharap Richeese mengeluarkan produk dengan prosi satu setengah. Sehingga kaum makan dua kelebihan makan satu kurang seperti Flora bisa puas dengan porsi yang pas itu. “Aku nggak bisa makan pedes.” Oke, setidaknya itu satu fakta terbaru yang Flora ketahui tentang suaminya. Ia lantas menatap satu porsi makannaya. Lalu akan diapakan satu porsi ini. Ia sepertinya tidak kuat. “Ya terus masa ngga diabisin.” “Ya kamu habisin. Kan kamu yang pesen tiga.” Flora memberenggut kesal. Dia sangat menyukai makanan pedas. Makanan buatannya bahkan lebih banyak berisi cabai dari bahan utamanya sendiri. Dan ini apa, ia mendapatkan suami yang tidak bisa makan pedas. Flora sangat memahami setiap bahasa memiliki arti yang berbeda. Catat, suaminya tidak bisa makan pedas bukan tidak suka. Itu artinya perihal makan pedas tidak bisa dipaksakan. Jika hanya sebatas tidak suka, Flora akan mengatasi itu pelan-pelan. Akan repot jika memiliki selera yang bertolak belakang dalam hal makanan seperti ini. “Aku bener-bener nggak bisa makan pedes. Kalo cuman nggak suka, aku pasti cobain makan. Tapi ini nggak bisa.” Sebenarnya Flora sangat menyayangkan bila ia harus membuang makanan ini mengingat antara dirinya dan Bayu tidak bisa memakannya. Akan tetapi harga makanan ini nyaris setara dengan satu uang berwarna biru. Flora butuh memasak di pagi buta dan menjualnya seharian untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Tentu sangat sayang jika sekarang ia harus menghamburkan uangnya seperti ini. Ralat, uang suaminya. Tapi husband gue kan crazy rich parah, pikir Flora. Akhirnya ia tidak ambil pusing dengan satu bungkus itu dan mulai untuk makan. Bayu yang melihat itu pun tidak lagi mempermasalahkan mengenai bungkus ketiga entah siapa yang akan memakannya. Ia juga ikut makan. Sambil makan, Flora mulai membayangkan kegiatan apa yang akan ia lakukan beberapa hari ke depan. Home tour sepertinya akan menjadi agenda pertamanya besok pagi. Dan setelah itu ia akan mencari spot favorit untuk menghabiskan waktu dan menghindari Bayu. Flora tiba-tiba terpikir untuk segera belanja online sepuasnya. Ia sepertinya bisa segera check out semua wishlist belanja yang selama ini nangkring di akun Shopeenya hingga mencapai total empat juta rupiah. Tentu saja Flora tidak bisa membeli semua itu karena uang bulannya hanya berjumlah dua juta. Ia memiliki kebutuhan makan, pulsa, make up, listrik serta kebutuhan akan kecintaannya terhadap para oppa. Belanja selain album dan seperangkat alat yang berhubungan dengan bias adalah hal yang sering Flora lakukan. Jadi dirinya pun membatasi pengeluaran belanja lain kecuali benar-benar membutuhkan. “Sebenarnya aku nggak mau kerja dulu soalnya kita baru nikah. Tapi lusa aku harus ke Samarinda buat ngurus bisnis.” “Berapa lama?” tanya Flora bersemangat. Itu artinya ia tidak bertemu si Om selama beberapa waktu, lumayan bukan. “Satu hari aja. Pagi berangkat, malemnya kesini lagi.” Flora langsung merasa kecewa tapi ia menahan suaranya. “Aku ngga bisa ninggalin istriku lama-lama,” Jika Flora tidak sedang mengunyah makanan saat ini pasti ia akan langsung muntah udara. Hanya saja, sayang jika daging ayam bercampur sambal lezat dan keju nikmat ini harus keluar dari mulutnya karena ucapan Bayu. “Kamu mau ikut?” tanya Bayu tiba-tiba. “Kita bisa sekalian jalan-jalan disana.” Maksud Bayu yang sesungguhnya adalah bulan madu. Akan tetapi menggunakan kata itu tentu akan membuat Flora langsung menolak. Jadi kata jalan-jalan akan lebih tepat. Siapa tahu Flora menyukai gagasan mereka pergi berlibur dan mengutarakan destinasi yang ia ingin kunjungi. Bayu sama sekali tidak keberatan bahkan jika harus pergi ke luar negeri. Mendengar gagasan itu, pergi jalan-jalan berdua dengan si om membuat Flora bergidik ngeri. Ia menggelengkan kepalanya dengan sangat. Untuk apa repot-repot ikut agenda bisnis si Om. Pergi ke Samarinda tapi hanya satu hari pasti akan sangat melelahkan. Lagipula apa yang akan ia lakukan disana selama suaminya bekerja? Ikut berbisnis? Atau jalan-jalan sendiri? Jika pun dibiarkan jalan-jalan sendiri, Flora sama sekali tidak berminat untuk pergi kesana. Apalagi perginya bersama Bayu. “Oke kalau gitu nanti kamu di rumah aja ditemenin Bibi.” Flora lantas menganggukkan kepalanya. Ide itu terdengar lebih aman bagi Flora. Ia mulai berpikir untuk menjelajai mall ketika Bayu tidak ada. Atau bahkan ke salon? Membeli laptop baru atau ponsel sepertinya ide yang tidak kalah menarik. Tiba-tiba dirinya juga kepikiran untuk membeli semua versi album BTS yang belum dimiliknya. Pasti ada aja online shop yang masih menjual itu. Ah, Flora ingat. Di s****e ia sudah melihat beberapa album BTS keluaran tahun-tahun sebelumnya. Ia pasti bisa mendapatkan barang itu. Jika bukan barang baru, barang second juga tidak apa asalkan Flora memiliknya. Ia menatap Bayu untuk mulai membicarakan soal uang. Bingung memulainya darimana, ia memanggil Bayu singkat. “Om?” panggilnya. Suaminya itu menoleh dan Flora mulai melancarkan aksinya dengan mengeluarkan raut wajah bersahabat dan senyuman manis. Bayu sempat terkejut sedikit saat melihat Flora yang tersenyum kepadanya. Flora tiba-tiba ragu. Bagaimana jika Bayu menolak permintaannya atau memberinya batasan uang bulanan. Mengingat Flora sudah menikah, orang tuanya pun sudah menyetop aliran uang bulanan untuk Flora karena Flora sudah memiliki suami. Flora adalah tanggung jawab Bayu Widjaja saat ini. Jadi segala kebutuhan Flora untuk bertahan hidup termasuk uang, merupakan kewajiban Bayu yang harus dipenuhi. Akan tetapi, Flora harus mencobanya kan? “Aku mau belanja. Boleh minta uang?” tanyanya kemudian menggigit bibir dengan pandangan memelas. Flora mulai berpikir reaksi apa yang akan ia tunjukan atau penolakan Bayu nantinya. Meski suaminya orang kaya, bisa saja kan Bayu cukup pelit untuk urusan uang. “Boleh. Mau minta berapa?” Flora membulatkan matanya, menahan pekikan kegirangan yang hampir saja lolos dari mulutnya. Ia harus tetap stay cool sedikit kan untuk menjaga imagenya dengan baik. “Kalo banyak banget, boleh?” “Boleh. Nanti aku kasih kartu.” Ketika mendengar ucapan itu, mata Flora berbinar senang dan dirinya tersenyum semakin manis. Dia mulai membayangkan apa saja yang harus ia beli untuk menghabiskan uang pemberian suaminya. Kalau Bayu memberikan kartu, sudah pasti ia akan mendapatkan banyak uang. Oke, untuk pertama kalinya ia benar-benar bersyukur atas pernikahan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD