Chapter 12

1734 Words
Joo Hyun duduk bersimpuh di tengah ruangan dengan kepala yang tertunduk. Menegaskan bahwa wanita itu baru saja melakukan kesalahan fatal ketika saat ini harus dihadapakan dengan pria yang menyandang status sebagai suaminya. Kebodohan yang telah ia lakukan ketika hatinya yang terluka dan dipenuhi oleh amarah telah membuatnya menemui situasi yang sulit. Di mana ia telah tertangkap basah melakukan pengkhianatan kepada suaminya sendiri. Cukup lama mereka berdiam diri, hingga Joon Myeon yang kemudian memutuskan untuk segera memulai pembicaraan di antara keduanya. "Sejak kapan?" satu pertanyaan dengan pembawaan yang tenang, namun cukup berhasil untuk menakuti Joo Hyun. "Ada kesalahpahaman di sini ... aku bisa menjelaskan semuanya." "Jika kau ingin menjelaskan sesuatu, harusnya kau melihat lawan bicaramu ... apakah lantai di hadapanmu itu sekarang lebih menarik dari pada wajah suamimu sendiri?" Joo Hyun mencengkram roknya dan perlahan memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya. Mempertemukan pandangannya dengan wajah tenang milik Joon Myeon. "Sekarang jelaskan padaku." Tak seperti perkataan yang ia lontarkan sebelumnya. Joo Hyun justru terlihat bingung ketika ia tak mampu mengelak dari semua tuduhan yang memang merupakan sebuah kebenaran. "Kenapa diam saja? Sedang mencari alasan yang masuk akal ... kau ingin mengatakan bahwa adikku menggodamu terlebih dulu, lalu kau yang tergoda padanya. Benar begitu?" Wajah Joo Hyun memucat. Sungguh, suaminya benar-benar bisa menjadi sosok yang mengerikan jika tengah marah. Dan kali ini dia telah membuat kesalahan fatal yang akan menghadapkannya dengan kemarahan pria itu. Joon Myeon beranjak dari duduknya. Melempar meja kecil yang sempat menjadi penghalang bagi keduanya dan membuat Joo Hyun tersentak sebelum mengembalikan pandangannya pada lantai di hadapannya. Joon Myeon mendekat dan berdiri tepat di depan Joo Hyun yang hanya mampu melihat kakinya. Joon Myeon lantas menjatuhkan satu lututnya di hadapan Joo Hyun dan membuat wanitanya itu merasa terancam. Bisa dilihat dari kepalan tangan yang sedikit gemetar. "Sejak kapan kau mengenal anak itu?" Joo Hyun tak menjawab. Bukannya tak mau, melainkan tak berani. Wanita itu kembali tersentak ketika Joon Myeon tiba-tiba mencengkram lengannya. Memaksanya untuk mengangkat wajahnya dan dipertemukan kembali dengan tatapan yang berubah menajam dan mengerikan itu. "Jika seseorang bertanya padamu, kau harus menjawabnya ... apa kau sudah berubah menjadi tuli sekarang?" Joo Hyun memalingkan wajahnya dan menjawab, "sejak sebelum kita bertemu." "Apa yang dia janjikan padamu?" Joo Hyun memandang. Tatapan yang semula penuh dengan ambisi, kini terlihat gemetar ketika dihadapkan dengan tatapan kemarahan dari suaminya yang terus memojokkannya dengan pembawaan yang tenang. "Katakan." "Dia ... dia menjanjikan akan menjadikan aku sebagai selirnya." Sempat tak bereaksi. Joon Myeon lantas menundukkan kepalanya dan tawa pelan itu keluar dari mulutnya. Terdengar begitu sinis dan semakin membuat Joo Hyun terpojok. Cengkraman pada lengan Joo Hyun terlepas seiring dengan tawa pelan Joon Myeon yang terhenti. Pria itu kembali mengangkat wajahnya. Memandang sang istri yang telah ia tangkap basah tengah berselingkuh dengan adiknya. "Lalu, kenapa kau malah menerima lamaranku? Bukankah kau mencintai anak itu? Tapi kenapa kau menerima lamaranku waktu itu?" Joo Hyun kembali berpaling, namun dengan cepat Joon Myeon mecengkram rahang wanita itu. Memberikan sedikit rasa sakit yang tak seberapa dibandingkan dengan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh wanita itu padanya. "Dengan menikah denganku, kau bisa membalaskan sakit hatimu ... tapi bukannya balas dendam, kau justru jatuh hati lagi pada anak itu. Bukankah itu benar?" Joo Hyun tak berani menjawab, sekalipun semua tuduhan itu merupakan sebuah kebenaran. Cengkraman pada rahangnya terlepas. Saat itu Joon Myeon memalingkan pandangannya seperti tengah mencoba untuk mengendalikan sesuatu yang mulai memberontak di dalam dirinya. "Seberapa jauh hubungan kalian?" Joon Myeon mengembalikan pandangannya pada Joo Hyun yang kembali menunduk dan berucap dengan suara yang sedikit mengeras. "Kau pernah bermalam dengannya?" Mendengar hal itu, Joo Hyun dengan cepat mengangkat wajahnya. Menunjukkan penyangkalan di wajahnya sebelum menggunakan lisannya. "Itu tidak benar, aku tidak pernah melakukan hal itu selain dengan suamiku." Joon Myeon tersenyum miring. Menatap remeh pada wanita yang berhasil menarik perhatiannya ketika pertemuan pertama mereka beberapa tahun yang lalu. Tapi siapa sangka, dia justru tertipu dengan paras cantik di hadapannya itu. "Bisakah aku memegang ucapan dari wanita yang bahkan tidak memiliki kesetiaan pada suaminya sendiri?" Joo Hyun memberanikan diri untuk menggenggam tangan Joon Myeon guna meminta pengampunan, karena ia tidak akan bisa bertahan jika sampai diusir dari istana. "Suamiku ... aku telah melakukan dosa besar. Sekarang, aku ingin menebus dosa yang sudah aku lakukan ... aku mohon berikanlah maafmu." Joon Myeon menarik tangannya, melepaskannya dari genggaman Joo Hyun. "Setelah dia mencampakanmu malam ini, dan kau memohon padaku ... apa kau benar-benar semudah itu?" Joo Hyun tak mampu menyangkal. Pikirannya kalut akan hal-hal buruk yang akan terjadi setelah ini. Dia tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dalam pengasingan. "Jawab pertanyaanku sekarang." "A-apa?" "Yang meracuni Putra Mahkota waktu itu ... itu adalah rencanamu, benar begitu?" Joo Hyun dilanda kebingungan. Memang itu adalah rencananya, namun semua meleset dari tujuan awal dan harus mengorbankan Tae Hwa. "Kenapa kau diam? Atau ... kau salah sasaran waktu itu?" "Benar, itu adalah rencanaku." Sebelah alis Joon Myeon terangkat. "Lalu, yang mencelakai Putri Mahkota. Itu juga rencanamu?" "B-benar." Joon Myeon kembali tertawa dengan lebih keras dibandingkan dengan sebelumnya. "Mengesankan, Bae Joo Hyun ... kau benar-benar luar biasa." Tawa Joon Myeon memudar dan kembali pada raut wajah sebelumnya. "Kau ingin membunuh Park Hwa Goon?" Joo Hyun berpaling, namun saat itu Joon Myeon menarik wajahnya dengan lebih lembut dan mempertemukan kembali pandangan keduanya. "Mengakulah di hadapan suamimu ini." Dengan berat hati Joo Hyun menjawab, "b-benar ... aku ingin dia mati." "Bagaimana jika aku membantumu untuk membunuhnya?" Netra Joo Hyun membulat terkejut, tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Joon Myeon. "A-apa maksudmu?" "Bukankah itu sudah jelas? Aku akan membunuh Park Hwa Goon untukmu." "T-tapi ... tapi kenapa?" "Karena aku mencintaimu." Joo Hyun tertegun, batinnya tersentak. Namun setelah itu Joon Myeon kembali tertawa seperti tengah mengejeknya. "Jika aku membunuh Hwa Goon. Kau akan mendapatkan perhatian penuh dari adikku ... itukah yang kau pikirkan?" Joo Hyun bungkam. Pandangannya terjatuh meski wajahnya masih ditahan oleh tangan Joon Myeon. Suara Joon Myeon kembali mengeras, "lalu bagaimana denganmu? Bagaimana jika aku mengirimmu ke pengasingan setelah aku membunuh Hwa Goon?" Joo Hyun terkejut. Dengan cepat ia menggenggam kembali tangan Joon Myeon dan memohon, "jangan lakukan itu padaku ... akan kulakuan apapun asal kau memaafkanku. Aku bersalah, ya. Aku bersalah ... kau bisa menghukumku jika kau mau ... tapi aku mohon jangan mengirimku ke sana ..." "Tentu saja ... kau bersalah dan tentu saja aku harus menghukummu." Batin Joo Hyun tersentak. Menyadari kebodohannya. Tak seharusnya ia menantang bahaya seperti ini, dan jika sudah begini tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya dari sosok iblis yang menjelma menjadi pria rupawan di hadapannya saat ini. Joon Myeon mendekat. Memutus jarak di antara keduanya lalu berbisik, "ini akan sangat menyakitkan. Jangan khawatir, aku akan membuatmu menikmati setiap rasa sakit yang kau minta." Sudut bibir Joon Myeon tersungging sebelum menjadi sebuah tawa yang seakan ingin menjatuhkan Joo Hyun ke lembah kematian. °°°° Joo Hyun keluar dari ruangan Joon Myeon dengan langkah yang tertatih dan sesekali berpegangan pada dinding ketika rasa sakit hatinya tergantikan oleh rasa sakit fisiknya. Dalam perjalanannya menuju kamarnya, ia berpapasan dengan sang ibu mertua. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Joo Hyun selain hanya menundukkan kepalanya dalam beberapa detik dan melanjutkan langkahnya. Ratu Hee Sun menatap heran dengan cara berjalan menantunya itu dan memutuskan untuk kembali melanjutkan langkahnya. Membuka pintu ruangan yang sebelumnya ditinggalkan oleh Joo Hyun, Ratu Hee Sun dibuat terkejut dengan keadaan ruangan itu yang terlihat sedikit berantakan dengan putranya yang saat itu berdiri membelakangi pintu. "Pangeran Joon Myeon," tegur Ratu Hee Sun yang membuat Joon Myeon perlahan berbalik. Ratu Hee Sun mendekati Joon Myeon dan menangkap sesuatu yang tak beres dari raut wajah putranya malam itu. "Apa yang kau lakukan pada istrimu?" "Dia meminta hukuman, aku hanya memberikan apa yang dia inginkan," terdengar begitu mudah dan tanpa rasa bersalah, namun terdapat kekecewaan sekaligus kemarahan dalam sorot matanya malam itu. "Kesalahan apa yang sudah dia perbuat?" "Ibu tidak perlu memikirkan hal itu, aku bisa menanganinya sendiri ... kenapa Ibu datang kemari?" "Ini tentang ayahmu." "Ada masalah apa?" "Dia akan mengajukan kesepakatan dengan Baekje." Sebelah alis Joon Myeon terangkat. "Mari ikut denganku." Joon Myeon membimbing Ratu Hee Sun ke ruangan lain. Sedangkan di sisi lain, Joo Hyun yang sampai di paviliunnya, berhasil mengejutkan Dayang Han yang langsung berlari menghampirinya. "Ya Tuhan! Nyonya, apa yang terjadi pada Nyonya?" "Jangan banyak bicara, cepat bantu aku ke dalam!" Dayang Han lantas membantu Joo Hyun berjalan sampai di kamarnya. Dengan hati-hati Joo Hyun menempatkan diri duduk di lantai tepat di depan sebuah meja kecil. "Nyonya ... apa yang terjadi pada Nyonya?" Joo Hyun tak menjawab di saat kesakitan itu masih terlihat di wajahnya. Ia lantas membuka tali pengait pakaiannya dan menurunkan bagian belakang hingga memperlihatkan punggungnya. "Ya Tuhan! Nyonya ..." pekik Dayang Han tak terlalu lantang ketika mendapati garis kemerahan yang cukup banyak di punggung Joo Hyun. "S-siapa ... siapa yang melakukan hal ini pada Nyonya?" "Jangan banyak bertanya, cepat ambilkan obat." "Y-ye ... mohon tunggu sebentar." Dayang Han dengan panik segera beranjak dari duduknya dan berlari keluar. Tangan Joo Hyun yang menahan pakaian di dadanya terkepal kuat. Menahan amarah yang tak lagi terbendung ketika setiap luka yang ia dapatkan pada punggungnya malam itu disebabkan oleh Hwa Goon. Tak peduli bahwa semua kesalahan berada padanya, ia akan tetap menganggap bahwa Hwa Goon lah yang telah membuatnya merasakan penyiksaan yang dilakukan oleh Joon Myeon. Dengan amarah yang tertahan. Joo Hyun lantas berucap dengan penuh penekanan, "tidak akan kubiarkan ... tidak akan kubiarkan kau mengambil semuanya dariku. Aku akan membunuhmu ... kupastikan akan membunuhmu, Park Hwa Goon!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD