3. Pertemuan kedua

941 Words
Pagi datang seperti biasanya, menampakkan matahari yang memancarkan sinarnya dengan terik. Dio yang masih bergulung selimut di tempat tidurnya pun meringkuk tak nyaman. Perlahan matanya yang terpejam membuka dan mengerjap karena silau matahari yang merambat lurus melewati cela jendela. Drrrttttt....drrrttt....drrrtttt... Ponselnya yang ada di nakas bergetar, Dio meraihnya dan mendapati nama Eriskha di sana. Seketika itu pun Dio teringat jika sekarang Eriskha adalah pacarnya. Dengan satu gerakan Dio pun duduk dan mengeser layar smart phonenya. Saluran telepon itu pun tersambung. Suara Eriskha terdengar, namun sebelum itu Dio tentu saja sudah mencari alasan jika ditanya Eriskha macam-macam. Dan benar saja. "Halo Dio, kemana saja kamu? Uda hampir satu minggu loh kamu nggak masuk? Dan nggak ngabari aku. Sebenernya aku ini kamu anggap apa si? Jangan bilang kamu cuma main-main ya sama akuh?" Mendengar rentetan pertanyaan Eriskha membuat Dio tersenyum, jika saja gadis itu ada di hadapannya sekarang pasti sangat lucu bisa melihat eksepresi wajah Eriskha yang tengah merajuk. "Maaf Ris, aku habis—" "Sudah ya, aku nggak mau denger alasan kamu lagi. Mending sekarang kamu mandi dan berangkat sekolah, nanti kita ketemu di istirahat." Ucap Eriskha di sebrang sana. Dio mau tak mau pun menurut, ia mengangguk mengiyakan seolah Eriskha bisa melihatnya. Setelah menutup telepon ia menatap jam di dinding. Pukul setengah tujuh, pantas saja Eriskha menyuruhnya mandi. Ternyata ia telat. Dengan gerakan super cepat, Dio pun mandi-pakai seragam-sisir rambut dan berangkat sekolah. Semoga saja jalanan hari ini tidak macet, agar Dio tidak telat. Sayangnya itu tidak mungkin terjadi, lihatlah padahal ini belum setengah jalan menuju sekolahnya tapi sudah macet. Oke, fix Dio akan telat. . . . "Maa Zara pergi dulu ya!" Teriak Zara seraya sibuk memakai sepatunya di teras rumah. Mama yang ada di ruang makan pun panik, karena mengetahui anaknya berangkat sekolah tanpa sarapan. Dengan tergopoh, Mama meraih beberapa helai roti bakar dan membawanya ke teras rumah. "Kamu ini nggak sarapan dulu apa?" Ucap Mama dengan nada kesal, "ini makan di jalan!" Mama menyodorkan roti bakar tadi. Zara tersenyum-merasa bersalah, "makasih Mama!" Ia pun meraih tangan Mamanya dan salim. "Zara berangkat ya.." "Hati-hati." Setelah berpamitan dengan Mamanya, Zara pun keluar rumah dan mendapati ojek yang ia pesan melalui aplikasi online. Hari ini Pak Tasman libur, anaknya ulang tahun jadinya Zara harus berangkat sekolah sendiri. Bukan itu sih yang membuat Zara kesal hari ini, namun Zara kesal pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya telat bangun ketika hari sekolah. Untung saja dia mens hari ini, jika tidak mungkin Zara akan marah marah pada dirinya sendiri karena sudah melewatkan ibadah wajibnya. "Kok baru berangkat sekolah Neng, lima belas menit lagi udah masuk loh sekolahnya." Ucap abang gojeknya di tengah perjalanan. Zara menghembuskan nafas kesal, "iya bang, telat bangun. Makanya bang boleh dicepetin lagi nggak jalan motornya?" "Aduh Neng, dicepetin gimana lagi, jalannya kan emang lagi macet." "Haduuh," Zara semakin gelisah. Dia tidak mau telat, namun jika sudah begini dia pasti telat kan? Oke, tidak masalah jika Zara telat di sekolah lamanya. Namun, Zara baru saja satu hari menjadi murid baru. Masak iya sudah telat saja? Apa kata guru-guru? Pasti belum-belum Zara sudah dicap yang nggak-nggak. Aaaaaah! Salah Zara sendiri sih, semalam pakai soksokan ikut Mamanya pengajian. Jadinya telat bangun kan. Hemm.. "Sudah sampai Neng," ucapan abang gojek itu membuyarkan lamunan Zara. Sontak saja ia pun turun dari motor dan menyodorkan beberapa selembaran uang. "Makasih bang," ucap Zara. Setelah itu ia menuju gerbang sekolahnya yang sudah di kunci. Wajar saja, jam di tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit. Artinya gerbang itu sudah di tutup sejak sepuluh menit yang lalu. Zara benar-benar telat. Ia pun menghembuskan nafas panjang. Tenang zara, gpp kok. Semuanya akan baik-baik saja. "Kenapa Nak, kamu telat?" Pak satpam yang tadinya duduk di posnya pun kini menghampiri Zara yang berada di depan gerbang sekolah. Zara mengangguk dan tersenyum masam. Tak lama kemudian, ketika Mang Bejo-nama satpam sekolah- tengah membukakan gerbang yang tengah dikunci, ada motor yang berhenti di depan gerbang. Mang bejo pun berdecak ketika mengetahui siapa pemilik motor tersebut. "Dio telat lagi?" Sang pemilik nama Dio itu pun melepas helm yang tengah ia kenakan, lalu nyengir tak bersalah seolah menjadi jawaban dari pertanyaan satpam tua itu. Tanpa menyadari jika di sampingnya kini berdiri gadis yang tengah memperhatikannya dengan seksama. Ya, sedari tadi Zara menatap Dio lekat. Tentu saja dia ingat siapa cowok yang ada di sampingnya. Cowok yang ia tolong beberapa hari lalu, cowok yang berkali-kali membuat Zara khilaf karena terbayang-bayang ketampanannya. Melihat cowok itu sudah bisa masuk sekolah dan mengendarai motor lagi, membuat Zara merasa lega. Artinya cowok itu baik-baik saja, sekalipun bekas pukulan masih terlihat jelas di wajahnya. "Oke kalian boleh masuk, tapi langsung ke ruang Bp ya! Awas kalau langsung masuk ke kelas! Eh bentar-bentar, jangan pindah dulu. Bapak foto kalian, biar ada laporan ke bu Nanik kalau ada siswa yang telat." Ucap Mang Bejo seraya mencari hpnya. Mendengar ucapan Mang Bejo, membuat Dio sadar jika dirinya tidak sendiri. Ia pun sangat terkejut ketika tau bersama siapa dia telat. Yakni cewek yang menolongnya satu minggu yang lalu. Sebenarnya selama satu minggu ini Dio hidup tidak nyaman. Selain karena tubuhnya sakit semua, dia juga kepikiran dengan janji yang ia buat sendiri. Dan betapa terkejutnya, ketika ia mendapati cewek itu. Apalagi ketika cewek itu kini juga menatapnya. Membuat tangan Dio gemetar. Bukan, bukannya Dio grogi tapi Dio berasa diingetin sama janji yang pingin dia lupakan. Ckrek "Sudah kalian boleh masuk," ucap Mang Bejo seraya memasukkan hpnya kedalam saku celana. Kedua anak manusia itu pun masuk kedalam area sekolah tanpa saling tegur sapa, seolah tak pernah bertemu sebelumnya. Mereka berpisah, Dio mengendarai motornya menuju parkiran, sementara Zara berjalan menuju ruang Bp yang ada di samping kantor guru. Tbc. Muffnr
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD