Entah sudah berapa lama aku tertidur setelah mabuk perjalanan tadi, yang jelas sekarang badanku terasa sedikit nyaman daripada sebelumnya.
Ketika aku dibangunkan oleh Mama Laras, ternyata kita sudah sampai rumah. Rumah orang tua baruku ini begitu besar, gerbang yang tadi aku lewati juga besar dan menjulang tinggi, ada taman bunga menyambut kedatanganku. Begitu warna warni dan asri, seketika aku langsung jatuh hati pada taman bunga ini. Ada ayunan yang menghadap ke taman dan juga ada lapangan bola. Aku tersenyum riang lalu turun dari mobil menghampiri taman dengan bunga warna warni itu. Mereka seakan melambaikan tangannya untuk dilihat.
"Kamu suka bunga?" Tanya Mama sembari menghampiriku.
"Iyaa maa, Yanti suka banget. Boleh aku petik Maa..." Aku menatap Mama Laras, kulihat Mama tersenyum kemudian mengangguk.
"Boleh dong sayang.. Kamu bebas melakukan apapun. Sekarang kan rumah ini juga rumah kamu." Jelas Mama.
"Beneran Maa?? Yeayy..." Jawabku antusias,
Kupetik satu bunga warna pink dan menghirup aromanya.
"Hmmm... Wangii.."
"Hahaha kamu lucu banget sih. Ayo masuk sayang Papa dan kakak sudah menunggu di dalam." Ajak Mama.
Kusudahi acara menikmati taman bunga dadakan kemudian aku membuntuti disamping Mama, Mama menarik tanganku agar sejajar dengannya lalu tangannya merangkul bahu kecilku, rasanya sangat hangat dan membuatku nyaman. Seketika aku merasa seperti sedang bersama ibu kandungku. Padahal aku sendiri pun tak tahu bagaimana rasanya dirangkul oleh ibu kandung.
"Mamaaaa...." Seorang anak lelaki datang dan langsung memeluk pinggang Mama Laras. Mama Laras tertawa dia melepas rangkulannya dari bahuku lalu memeluk anak lelaki itu.
"Mama dia siapa ma.." Tanyanya, aku menunduk melihat tatapan matanya yang tajam sedikit menyeramkan menurutku.
Mama tersenyum, lalu menarik tanganku. Seketika aku gugup.
"Sayang, dia Yanti. Sekarang yanti akan menjadi adik kamu, katanya kamu mau adik cewek kan? Nah, Yanti ini Joni kakak kamu. Yang mama ceritain itu loh.."
Mama menyuruhku bersalaman tapi kak Joni tidak menyambut tanganku.
Sepertinya dia marah kulihat mukanya memerah. Padahal kan aku tidak berbuat salah.
"Gak mau. Aku gak mau punya adik." Teriak kak Joni.
"Sayang gak boleh begitu. Ayo salaman dulu." Mama terus membujuk kak Joni untuk bersalaman denganku.
Dengan terpaksa kak Joni menyalamiku. Lalu dia mencubit tanganku kemudian berlari.
"Awh..." Aku mengusap tanganku yang memerah.
"Astagaa anak itu."
Mama menyuruhku agar tidak meladeni kak Joni. Kata mama, kak Joni itu sebenarnya anak yang baik. Dia hanya belum bisa menerima kehadiran aku dirumah ini.
Aku mengangguk. Mungkin besok kak Joni mau bermain denganku.
"Tangan kamu masih sakit sayang?"
"Udah enggak ma, cuma cubitan kecil sih hehe.. "
"Sayang kamu baik banget sih, maafkan kakak kamu yaa sekali lagi."
"Iyaa maa gapapa kok."
****
Mama dan Papa baruku sangat baik. Aku diberikan kamar yang besar dengan dekorasi berwarna pink, warna kesukaanku. Kamar ini ada dilantai dua bersebelahan dengan kamar kak joni. Sedangkan kamar papa dan mama berada di bawah.
Aku sangat senang. Sekarang kasurku empuk beda sekali dengan kasur yang berada di panti. Aku jadi teringat Nova, apa dia sudah dapat orang tua baru apa belum yaa?hhmm... Semoga saja secepatnya dia diadopsi juga.
Kusimpan tas dan bonekaku di kasur lalu aku menaikinya. Diatas kasur aku melompat-lompat girang. Sungguh sangat senang. Setelah agak sedikit cape aku turun dan melihat lemari besar dengan motif hello kitty dan berwarna pink, ku buka dengan perlahan seketika aku dibuat takjub dengan isi lemari itu. Ada banyak sekali baju-baju cantik dengan beraneka ragam warna dan model. Kulihat satu persatu dan membayangkan ketika aku memakainya. Ah, Ya ampuunn bajunya bagus semua. Aku sangat suka.
Oh ya, tadi ada boneka beruang besar di kasurku berwarna pink juga. Bagus banget bulunya juga lembut.
Kubuka satu persatu pintu lemari pakaian ini dan aku sangat suka dengan semua isinya.
Tapi apa ini semua buat aku? Ah, nanti saja aku tanyakan.
Kembali berkeliling melihat seisi kamar ini, ternyata ada kamar mandinya juga. Tapi tidak ada bak mandi juga gayung, yang ada hanya seperti bak mandi bayi tapi lebih besar ukurannya. Terus gimana dong aku mandinya? Ah, jadi orang kaya kok ribet yaa..
Akhirnya impianku untuk jadi anak orang kaya yang baik terwujud.
Tok tok tok
Pintu terbuka, ternyata mbak Dewi. Pembantu dirumah ini.
"Maaf non, disuruh kebawah sekarang."
"Oh iyaa mbak. Makasih yaa.."
Setelah mbak Dewi pergi, aku langsung menaruh tas bawaanku dari panti di atas kasur. Lalu turun ke bawah.
"Sayang sini duduk."
Sambil memegang boneka panda kecilku yang sudah kumal aku duduk di kursi empuk berwarna moca ini.
Aku sangat kagum pada rumah ini. Barang-barangnya besar dan mewah. Semua terlihat mengkilat tidak ada yang berdebu. Aku yakin, pembantu disini pasti sangat lelah membersihkan rumah ini.
"Ada apa pah, mah?"
Aku bertanya bingung. Kulihat ada kak Joni juga di samping mama.
"Mmm... Jadi, mulai besok kamu sudah bisa sekolah lagi. Kak Joni dan kamu satu sekolahan."
Aku tersenyum sumringah mendengarnya.
"Asyiiikkk.."
"Terus. Nama kamu Papa ganti yaa..." Papa melanjutkan perkataanya nya.
"Ganti nama? Maksud papa?"
"Iya, nama kamu Papa ganti menjadi Sahira Riandi. Gimana, cantikan?"
Aku mengangguk ragu.
"Iyaa sayang. Kamu suka kan?" Ucap mama.
"Mmm... Sukaaa mah. Namanya bagus . Yanti eh aku suka." Aku tersenyum.
"Nah, Joni nanti panggil adik kamu dengan nama Sahira yaa."
Kak Joni mengangguk.
"Oke, sekarang ayo kita belanja baju lagi untuk kamu. Yuk Sahira siap-siap, kak Joni juga."
"Aasiikkk pergi ke mall."
Kak Joni berjingkrak-jingkrak.
Dan aku menatap bingung pada mereka.
Apa itu mall?
****
Kami tiba di tempat yang kata mama di sebut mall itu.
Aku memakai baju dress yang bagus warna putih dan biru.
Kata mama aku sangat cantik.
Rambutku panjang dengan warna sedikit kecoklatan, hidung yang mancung dengan mata yang besar. Sebenarnya kata mama kulitku juga putih tapi karena waktu di panti aku sering bermain panas-panasan jadinya warna kulitku berubah warna menjadi sedikit coklat.
Aku sangat senang mendengar pujian Mama, tanpa sengaja aku memeluknya. Aku suka dipuji.
Mama juga memakaikan aku bando bunga warna putih.
Di mall kak Joni menggandeng tanganku aku terkejut bukannya kak Joni tadi sedang marah. Tapi aku tersenyum berarti kak Joni sudah sayang padaku.
Kak Joni membawaku berlari. Mama mengawasi kami dari belakang.
Aku sangat terkagum-kagum dengan mall itu. Banyak baju bagus dari dewasa sampai anak kecil, baju lelaki, sepatu, sandal, tas dan masih banyak lagi.
Mama membawaku dan kak Joni kesana kemari, aku sangat capek mengikuti langkah mama.
Mama memberikanku banyak baju begitupun dengan kak Joni.
"Hh... Kalian capek yaa?"
"Iya nih ma, makan yuk?" Ajak kak Joni
"Ayok, kita makan habis itu kita pulang."
"Yeeayy.."
Aku hanya mengikuti mama dan kak Joni. Rasanya tangan dan kaki ku sangat pegal.
"Sahira sini nak, taro belanjaannya disini.." aku pun menurut.
"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya mama.
Aku menggeleng
"Dasar norak." Ucap kak joni.
"Huss.. Joni jangan begitu pada adikmu yaa. Nah, Sahira mama pilihkan spageti aja yaa.."
Aku mengangguk lalu kepalaku menunduk, tanganku terus meremas baju bagus ini. Ternyata kak Joni belum sayang padaku.
Mama mengelus rambutku, aku mendongak mama tersenyum lalu berkata.
"Udah jangan dengerin kak Joni, nanti juga kalau sudah akrab kak Joni bakal sangat sayang pada Sahira."
Aku mengangguk lagi.
Setelah itu pesanan datang, kami makan dengan lahap kemudian pulang ke rumah.
****
Setelah sampai rumah hari sudah malam aku disuruh langsung masuk ke kamar untuk istirahat, kata mama nanti terlambat ke sekolah kalau sekarang masih mau main.
Aku patuh lalu masuk ke kamar. Dikamar aku sibuk membereskan baju-baju dari panti dan buku sekolahku dulu.
Lalu aku tertidur sambil memeluk boneka panda kucel.
Pagi hari telah tiba. Mbak Dewi datang ke kamar menyuruhku mandi, setelah mandi aku memakai baju yang sudah disiapkan oleh mbak Dewi.
"Ini baju sekolah aku mbak?"
"Iya, kenapa?"
"Bagus mbak. Warna biru sama putih."
Mbak Dewi tersenyum. Kemudian menyuruhku turun ke bawah untuk sarapan.
Aku sangat senang sekali, ternyata begini rasanya jadi anak orang kaya. Semua telah disiapkan oleh pembantu tanpa harus repot-repot mencari terlebih dahulu.
Mama Papa dan kak Joni sudah menungguku di meja makan.
Kami sarapan bersama, kak Joni banyak cerita tentang sekolahnya aku hanya diam mendengarkan.
Ternyata kak Joni lucu juga, aku tersenyum kecil.
****