Part 13

4189 Words
* * * * * * * * * Part 13 * * * * * * * * *   Vale merasakan tubuhnya  y a n g dibopong beberapa siswa laki-laki. Matanya seDikit terbuka untuk melihat posisinya saat ini. Setelah menyadari posisinya  y a n g sudah cukup jauh dari keberadaan Pak Tono tadi, Vale segera menggerak-gerakkan tubuhnya untuk meronta. Berusaha memberi tahu para anak basket  y a n g membawa tubuhnya itu bahwa Vale sudah sepenuhnya sadar dari keadaan pingsannya tadi, hingga tak perlu lagi di gendong ramai ramai seperti ini. Vale sampai heran sendiri, memangnya berapa sih berat ba d a n  Vale kok bisa bisanya banyak banget  y a n g membawa tubuhnya saat ini, padahal kan di gendong satu orang saja pasti sudah ke bawah, gak perlu sampai ramean begini  d a n  membuatnya menjadi seperti di arak satu sekolah  h a n y a    k a r e n a  pingsan tadi. Lagian, masa iya tenaga anak basket segitu lemahnya  d a n  gak bisa membawa tubuh Vale sendiri saja tanpa harus beramai ramai begini. Vale sungguh  t i d a k  habis pikir apa  y a n g membuat mereka  t i d a k  malu membawa Vale  y a n g sekecil ini ramai ramai, sementara berat ba d a n  mereka pasti nyaris dua kali lipat dari berat ba d a n  Vale saat ini. Tapi Vale gak tau juga sih, anak basket tergolong atletis ba d a n nya. Ah tapi tetap saja angkat Vale aja gak seberapa kuat, Vale jadi meragukan kemampuan mereka dalam permainan bola basket. Jangan jangan C u m a nampang keren doang  d a n  biar bisa di teriaki oleh para siswi  y a n g gemar mengagungkan anak anak basket  y a n g di nilai selalu keren. Padahal bagi Vale sih biasa aja, gak ada keren kerennya malah. "Turunin gue, hey, kalian para cowok-cowok bau!" teriak Vale sambal terus bergerak agar ia segera diturunkan dari gendongan para cowok-cowok  y a n g tadi bermain basket,  y a n g kini mengangkat tubuhnya. Padahal Vale sudah berusaha menggunakan bahasa tubuh dengan menggerak gerakan tubuhnya tadi, agar mereka semua tau kondisi Vale  y a n g sudah baik baik saja. Tapi rasanya mereka masih  t i d a k  mengerti, sebab akhirnya Vale harus bicara langsung seperti ini  d a n  meminta untuk di turunkan, bahkan Vale sampai harus mengatai mereka bau segala  k a r e n a  memang benar a d a n ya. Di gendong mereka begini, Vale bisa mencium aroma bau ba d a n  mereka  y a n g terasa menyengat  k a r e n a  habis main basket hingga berkeringat begini, ya ampun emangnya mereka gak pake deodoran apa gimana sih. Kok bisa bisanya sampai menyengat begini hawanya, membuat Vale enek  d a n  ingin muntah di depan mereka saat ini juga. Oke, kayaknya Vale agak keterlaluan dalam menghina orang  y a n g padahal gak salah apa apa dengannya, padahal malah Vale  y a n g salah dengan orang orang itu. Sudah tadi Vale usir dari lapangan, kini Vale pingsan pake di bopong mereka,  d a n  Vale malah mengatai mereka bau serta memakinya dalam hati pula. Bukan kah Vale sungguh  t i d a k  tau diri pada mereka  y a n g sudah menolong Vale hingga menyelamatkannya dari lapangan,  d a n  terbebas dari hukuman Bhisma, bahkan hingga melihat Bhisma di giring Pak Tono untuk menikmati hukuman  y a n g akan di berikan pada cowok itu  k a r e n a  ulah Vale ini. Langkah kaki mereka seketika terhenti saat mendengar suara membentak seseorang  y a n g sekarang ada dalam 'gendongan' mereka semua.  y a n g sebelumnya mereka ketahui bahwa cewek ini tadi pingsan di lapangan  d a n  Pak Tono memerintahkan mereka untuk membawanya ke UKS  k a r e n a  kasihan harus tergeletak di sana di tengah teriknya sinar matahari  y a n g tampak menyorot sosok siswi ini  y a n g kelelahan  k a r e n a  habis berlari mengitari lapangan demi memenuhi ajang taruhan dengan temannya itu. Mereka pun percaya saja  d a n  menggendong Vale tanpa menaruh rasa curiga sama sekali, meski sebelumnya Vale justru malah mengusir mereka  y a n g se d a n g bermain basket di lapangan  k a r e n a  cewek itu ingin menggunakan lapangan untuk berlari mengitarinya,  y a n g berikutnya malah membuat cewek ini terkapar di tengah lapangan dengan  t i d a k  sadarkan diri. Hal tersebut  j e l a s   saja sukses  menimbulkan kehebohan di tengah para siswa  y a n g se d a n g menikmati jam istirahatnya, lalu melihat sosok ini pingsan setelah berlari di tengah cuaca  y a n g terik ini. Tatapan iba  d a n  kasihan seketika mewarnainya, tak luput juga dengan mereka  y a n g tadi di usir cewek ini. Turut menatap Vale dengan pan d a n gan kasihan  k a r e n a  berpikir bahwa cewek ini kelelahan  k a r e n a  lari larinya itu. Makanya mereka mau menolong Vale tanpa ragu untuk di bawa sampai ke ruang UKS  d a n  di rawat oleh penjaga  y a n g berada di sana. Atau minimal di beri minyak kayu putih hingga membuat Vale sadar. Namun saat mendengar suara tadi, Dengan bingung, mereka semua saling menatap satu sama lain, sebelum apa  y a n g sekarang ada di pikiran mereka sama-sama menyiratkan satu arti kata  y a n g tepat  d a n   t i d a k  terbantahkan lagi. Kebohongan! Benar! Mereka seolah baru menyadarinya bahwa Vale berbohong, terbukti dengan suara cewek itu  y a n g tampak sehat sehat saja, di iringi dengan gerakannya  y a n g tampak aktif kini berusaha melepaskan dirinya. Cewek itu terus meronta selagi mereka semua masih kebingungan dengan sikap Vale  y a n g tampak  t i d a k  takut sama sekali padahal tertangkap bohong oleh mereka semua,  k a r e n a  kebingungan  d a n  masih takjub dengan sikap Vale, mereka  h a n y a   menuruti permintaan cewek itu  y a n g minta di turunkan dari gendongan. Maka dari itu mereka membiarkan Vale untuk turun  d a n  menjejakan kakinya kembali ke lantai.  d a n  benar saja, kini mereka dapat melihat Vale dapat beridiri dengan tegak  d a n  tampak segar, sama sekali  t i d a k  terlihat seperti orang sakit atau pun kelelahan  k a r e n a  habis lari keliling lapangan. Vale juga  t i d a k  terlihat seperti orang sakit  y a n g baru sadar dari pingsan, tatapannya kembali garang  d a n  galak seperti saat tadi mengusir mereka  y a n g se d a n g bermain basket di lapangan. Vale seolah sudah kembali dalam mode galaknya itu, seolah lupa bahwa beberapa detik  y a n g lalu cewek itu abis pingsan  d a n  tergeletak lemah tak berdaya bagaikan sang putri tidur  y a n g menanti pangeran untuk membangunkannya dengan kecupan abadi  y a n g di nilai sebagai cinta sejati. Halah! Vale mana percaya sama gituan, dongeng murahan  y a n g menjual romatisasi untuk hal hal gak berguna. Mana ada pangeran  y a n g mau sama putri  y a n g doyan tidur  d a n  gak bangun bangun. Terus lagi, cinta sejati apanya. Mendengarnya saja membuat Vale merinding, biasanya orang orang  y a n g suka sama dongeng itu mereka  y a n g hopeless romantic banget  d a n  orang itu  j e l a s   gak mungkin Vale. Boro boro hopeless romantic, malah kayaknya Vale lebih tepat di sebut fobia uwu saking gelinya Vale mengingat hal hal seperti itu  y a n g ia rasa  t i d a k  berguna untuk di pikirkan. Banyak hal  y a n g lebih realistis  d a n  masuk akal,  d a n  lebih berguna juga untuk kehidupan sehari hari, atau pun lebih berguna untuk masa depannya, ketimbang dongneg  t i d a k  berguna itu  y a n g  t i d a k  akan ada pengaruhnya bagi kehidupan Vale ke depannya juga. Jadi, Vale benar benar bukan dalam golongan orang orang  y a n g menyukai dongeng sedemikian rupa hingga lupa bahwa dirinya terdampar pada kenyataan  y a n g terasa menyakitkan  d a n  di nilai menyiksa itu. Kenyataan  y a n g lebih di hindari banyak orang  k a r e n a  merasa bahwa menghadapi kenyataan itu terlalu pahit, makanya mereka lebih menyukai negeri dongeng dengan sejuta muslihatnya,  y a n g di nilai lebih manis  d a n  membuat mereka bisa memikirkan akhir  y a n g bahagia di setiap akhir cerita. Vale mengangkat tangan kanannya  d a n  melayangkan satu jitakan pada mereka--masing-masing mendapatkan satu --  d a n  saat itu juga, keempat cowok itu seDikit meringis  d a n  memegang kepalanya masing masing. Mereka tampak mengaduh  k a r e n a  jitakan kecil Vale itu,  y a n g  t i d a k  mereka antisipasi sebelumnya  k a r e n a  mengira Vale  t i d a k  akan melakukan hal itu. Sebenarnya mereka bukan kesakitan atau gimana, lebih ke refleks saja. Tapi refleksnya emang kompak banget sampe Vale heran melihatnya, mentang mentang mereka satu kelompok basket memangnya harus sekompak itu ya dalam meringis  d a n  merasa kesakitan. Eh gak sakit kan, jadi apa ya di sebutnya? Entahlah, Vale juga gak mau mikirin hal hal  y a n g gak penting.  y a n g terpenting kan dirinya sudah di turunkan  d a n  sudah melampiaskan rasa kesalnya  k a r e n a  gak di turunin dari tadi saat Vale  h a n y a   menggerak gerakan tubuhnya saja,  d a n  malah baru di turunin saat Vale sudah membentak. Dasar mereka ini, sukanya di bentak bentak terus, gak bisa apa cepat tanggap  d a n  membaca gerak gerik tubuh orang, sebelum orang itu emosi  d a n  keburu kesal sampai kayak Vale ini,  d a n  berakhir memberikan sebuah jitakan kecil sampai mereka meringis itu. Padahal itu kecil banget, ya ampun anak kecil aja gak akan mengaduh, meringis, atau apa pun itu jika C u m a di jitak seperti itu. Emang dasar anak basket ini manja banget, serasa Vale ini ibu tiri  y a n g habis memukuli anak tirinya  k a r e n a  tak menurut dengan Vale, meski memang Vale sangat cocok untuk berperan menjadi kejam seperti ibu tiri sih. Walaupun Vale merasa marah, tak urung juga, cewek itu menyiratkan tanda kegelian di dalam matanya  y a n g sekarang se d a n g memelototi mereka. Matanya membesar lagi, seolah menunjukan bahwa cewek itu tengah murka pada mereka semua,  y a n g di tunjukan dengan gerak ba d a n nya  y a n g kini juga tengah berkacak pinggang sembari menatap mereka satu satu. Seolah memberikan tatapan mengintimidasi pada mereka semua, si anak anak basket  y a n g tadi menggendongnya itu. Dasar Vale memang  t i d a k  tahu di untung, ia cenderung bertindak sesuai dengan apa  y a n g ada di kepalanya saja, terdengar implusif memang. Tapi begini lah memang sikap Vale, pantas saja Bhisma  t i d a k  menyukainya  d a n  ingin sekali menindas Vale agar jera. C u m a  k a r e n a  sikap ini juga  y a n g membuat Vale menjadi batu hingga menjadi musuh bebuyutan Bhisma. Sebab Vale memang gak ada takutnya, bahkan meski kini di hadapkan oleh cowok cowok basket  y a n g mana jumlahnya berkali kali lipat dari dirinya  y a n g C u m a sendirian. Malah kayaknya galakan Vale, sersa Vale ini ketua genk paling di takuti di sekolah ini  k a r e n a  ketakutan mereka saat di pelototin Vale. Astaga, C u m a di pelototin doang kok, Vale gak ngapa ngapain sumpah. Vale heran sendiri kenapa mereka sampai harus setakut ini padahal Vale gak melakukan hal serius  y a n g sampai mengancam akan menghabisi mereka satu per satu, masalahnya yaa emang Vale bisa?  j e l a s   aja enggak. Kalo pun bisa Itu sudah  j e l a s    h a n y a   gertakan semata. "Lo semua gak punya kekuatan sama sekali sampe 'nge-gendong' cewek langsing kayak gue aja mesti rame-rame begini, Hah?" omel Vale sambal menatap mereka semua dengan pan d a n gan meremehkan. Vale berdecak saat mengingat hal ini,  y a n g mana dirinya di bopong ramean padahal ba d a n nya kan kecil,  d a n  cukup di gendong satu orang saja, atau maksimal dua orang lah kalo emang kebertan. Ini literally ramai ramai gitu lho, ngapain. Serasa di arak keliling kampung kan kalo ramean begini, Vale sampai heran emangnya tenaga mereka segitu gak kuatnya, atau memang mereka penganut persahabatan bagai kepompong  d a n  harus bersama kemana mana. Haduh, padahal kan mereka sudah SMA gitu, sudah SMA loh ini, sudah lebih dari remaja  d a n  menuju pendewasaan. Masa iya masih bermental seperti anak TK  y a n g harus jalan beramai ramai seperti study tour, di tambah lagi mereka cowok pula, aneh banget kan. Ngapain juga gitu jalan rame rame gini kayak orang mau nyeberang, seolah jika ada salah satu  y a n g gak ikut bakal gugur. Padahal kan ya gak juga, mereka sudah SMA hei bukan anak TK, emang harus di galakin kali ya biar mereka sadar  d a n  lebih mandiri lagi, tanpa harus ramai ramai begini C u m a buat gendong satu cewek berba d a n  ramping nan enteng ini. Atau jangan jangan mereka membayangkan bahwa meski ba d a n  Vale kecil, tapi berat ba d a n nya berat gitu? Keberatan dosa maksudnya, wah Vale gak terima banget kalo di pikirkan demikian, ini namanya pencemaran nama baik berdasarkan praduga pribadi nih. Keempat cowok  y a n g mendapatkan ketenaran nama lantaran masuk ekskul basket ini  h a n y a   terdiam.  t i d a k  menyahut. Sambil terus memegang kepalanya-- y a n g Vale yakini gak sakit sama sekali itu--  d a n  mengeluarkan ringisan mirip seorang bocah lima tahun  y a n g habis di jewer oleh orang tua nya masih berdiri tegak di sana.  y a n g sekarang otomatis berada di depan Vale. Harusnya penggemar mereka ini menonton kelakuan idolanya ini,  y a n g menurut Vale gak layak di idolain  k a r e n a  cengeng. Hih Vale masih kesal, kenapa mereka harus kesakitan sih, orang gak sakit sama sekali. Vale beneran jadi berasa menganiaya orang kan kalo begini caranya. Menganiaya manusia gak berdosa, halah padahal C u m a sekelompok manusia lembek aja. Vale menyesal harus terlibat dengan mereka, gimana kalo sampe mereka terlibat tawuran atau adu jotos bersama lelaki lain. Bisa bisa mereka malah nangis kejer  k a r e n a  ketakutan bahwa sebelum pertandingan adu jotos itu di mulai,  y a n g kemudian malah gak jadi adu jotosnya  k a r e n a  mereka  y a n g kepalang merengek nangis. Vale bener bener gak keba y a n g rasanya harus menghadapi cowok cowok kayak gini setiap hari,  y a n g bermental tempe  d a n  gak bisa di ajak becanda kasar. Ya gimana mau bercanda kasar kalo di jitak aja kesakitan  d a n  ketakutan gitu, heran Vale juga. Harusnya mereka lebih latihan fisik lagi biar gak merasa seperti itu, atau apa pun lah  y a n g penting gak gampang cengeng atau Dikit Dikit meringis kayak orang di pukulin  y a n g padahal kan C u m a di jitak doang. Vale sering kok jitak Vio  y a n g lemot itu, tapi Vio gak nangis, paling C u m a manyun Dikit  k a r e n a  sebel sama Vale. "Dasar, cowok-cowok lembek  y a n g c u m an ngandelin tampang!" cerca Vale sekali lagi. Tak sanggup menahan omelannya  k a r e n a  mereka dengan berani mengangkat tubuhnya dengan tangan-tangan kotor itu. Ih. Vale yakin abis main basket pasti cowok cowok itu belum cuci tangan kan? Bayangkan tangan berkeringat  y a n g sudah bercampur dengan kuman dari bola basket  y a n g berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya, hii gak keba y a n g gimana rasanya kulit Vale  y a n g di sentuh mereka semua  y a n g belum cuci tangan. Kayaknya Vale harus segera mandi pulang sekolah nanti,  y a n g memang masih lama juga. Vale jadi gak sabat pengen buru buru pulang sekolah kalo gini caranya untuk membersihkan diri. Duh harusnya mereka semua itu punya hand sanitizer untuk mencuci tangan setelah main basket, agar tangannya bisa bersih selalu  d a n  higienis. Rasanya Vale jadi ingin menyumbang hand sanitizer untuk club mereka. Sebagai ucapan terima kasih juga sih  k a r e n a  mereka sudah menyelamatkan Vale dari lapangan, meski sikap Vale justru terbalik  d a n  cenderung mengomel atau mengatai mereka semua, bahkan mengancam. Tapi dalam hati kecil Vale sebenarnya ia sangat berterima kasih kok dengan mereka semua  k a r e n a  sudah membawa Vale dari lapangan hingga ke tempat ini  d a n  jauh dari jangakauan Pak Tono serta Bhisma  y a n g kini tengah menjadi tahanna Pak Tono untuk di giring ke ruang BK entah untuk menerima hukuman apa. Vale juga gak peduli dengan hal itu,  y a n g terpenting adalah Bhisma mendapatkan balasan  y a n g setimpal. "Pergi lo semua!" usir Vale kemudian, enggan untuk melihat mereka lebih lama lagi. Tangannya bergerak untuk memberikan isarat agar mereka semua bubar  d a n  segera pergi menjauh dari pan d a n gannya. Suara Vale terdengar galak  d a n  mengintimidasi cowok cowok itu, padahal Vale berwajah manis  d a n  bisa Dikira sebagai cewek lemah. Tapi aura cewek itu kalo sudah melotot sambil berkacak pinggang di sertai ucapannya  y a n g tajam, sudah pasti hal tersebut terasa pas sekali dalam menakuti orang. Seperti saat ini lah contohnya, Vale menggunakan hal itu untuk mengintimidasi anak anak basket  y a n g  t i d a k  melawan sama sekali padahal mereka ramean sementara Vale sendirian tapi gak ada takutnya. Vale tampak sudah terbiasa bersikap seperti itu, jadi gak ragu atau pun kaku, membuat mereka semua yakin bahwa Vale ini titisan ketua genk di jaman penjajahan  y a n g berenkarnasi menjadi siswa SMA  y a n g sok lemah  d a n  sok manis padahal garang bukan main. Mereka sampai heran, bisa bisanya percaya bahwa Vale tadi pingsan, padahal  j e l a s    j e l a s   Vale tampak bersemangat saat mengusir mereka sebelum melakukan lari tadi,  y a n g seharusnya bisa menjadi pertimbangan mereka bahwa Vale  t i d a k  selemah itu. Benar juga kata Bhisma tadi  y a n g mengatakan Vale  h a n y a   pura pura pingsan, seharusnya mereka lebih percaya pada rival Vale itu  y a n g memang sudah lebih mengenal Vale  d a n  bisa membaca gerak gerik cewek itu. Keempat cowok itu baru saja akan melenggang pergi, tapi Vale kembali menahan mereka dengan nada suara  y a n g di buat agar sangat meyakinkan cowok-cowok itu untuk  t i d a k  membongkar 'rahasia' nya  y a n g ini. Bisa banget emang Vale kalo urusan galakin orang, padahal sebenernya suara Vale tuh lembut untuk hal hal tertentu,  y a n g  j e l a s   bukan dalam hal ini. Kalo saat ini yaa  y a n g di butuhkan suara garang nan menyeramkan  y a n g akan menakuti mereka semua. Kalo Vale bersuara lembut seperti ngomong sama gebetan, yaa mereka gak bakal takut lah, malah menyepelekan  d a n  Vale  y a n g jadi di tindas. Bayangin aja kalo hal tersebut menjadi nyata. Vale jadi gak bisa bales dendam lagi sama Bhisma, atau melakukan hal apa pun  y a n g akan membuat Bhisma kewalahan  k a r e n a  sikap Vale itu. Vale  j e l a s   harus menyusun strategi lain untuk menyiapkan atau mengantisipasi serangan balik dari Bhisma  y a n g entah kapan di luncurkan itu, makanya Vale harus galak pada mereka agar mereka gak akan macem macem sama Vale  y a n g punya kepentingan lain ini. Sebab kalo Vale terlibat sama mereka juga kan repot, masa banyak banget  y a n g harus Vale hadapi, sama Bhisma aja belom kelar. Ya gak tau sih kapan kelar, tapi kayaknya gak akan pernah kelar  k a r e n a  memang rutinitas mereka setiap harinya ya memang seperti itu. Balas balasan memberikan tindakan balas dendam tiada akhir  y a n g membuat mereka saling melemparkan bom ke arah satu sama lain, terdengar aneh  d a n  membingungkan memang bagi orang orang  y a n g  t i d a k  mengerti keadaan mereka. "Kalo sampe gue denger orang ngomongin gue  k a r e n a  mulut lo-lo semua  y a n g comel itu, gue gorok lo pada!" kata Vale lagi mengancam mereka, dengan tangannya  y a n g kini bergerak ke lehernya seorang memperagakan gorok  y a n g di maksud Vale. Meski hal itu tentu saja  h a n y a   gertakan semata, ngapain juga Vale menggorok mereka, Vale kan bukan kriminal. Lagian Vale juga gak tau caranya gorok menggorok, ia  h a n y a   sok galak saja agar mereka tutup mulut  d a n  gak bawel. Vale juga C u m a asal sebut aja barusan tanpa benar benar mau melakukan hal kriminal terhadap mereka, ya mana mungkin juga masa depan Vale masih panjang gini, masa iya mau melakukan hal hal  y a n g bertentangan dengan hukum C u m a demi memuaskan hasrat untuk memainkan peran galak seperti ini, yaa  j e l a s   gak mungkin kan yaa. Vale gak separah itu kok, itu  j e l a s    j e l a s    h a n y a   gertakan semata saja  y a n g gak mungkin Vale lakuin. Mereka juga pasti ngerti lah kalo Vale  h a n y a   sok mengancam saja tanpa benar benar mau melakukan hal itu kepada mereka  y a n g juga masih muda  d a n  memiliki masa depan  y a n g masih panjang. Bisa bisa Vale di amuk sama orang tua mereka  y a n g sudah memiliki banyak harapan pada mereka semua dalam hal ini, baik dari segi akademis atau pun di bi d a n g olahraga seperti basket  y a n g juga bisa membanggakan  k a r e n a  prestasinya itu. Saat Vale menyadari bahwa  t i d a k  ada satupun dari mereka  y a n g menyahuti perkataannya, Vale melanjutkan. "Ngerti gak?" kata Vale lagi sambil melotot untuk ke sekian kalinya  k a r e n a  merasa  t i d a k  di tanggapi oleh mereka semua.  y a n g mereka lakukan saat mendengar ucapan Vale  h a n y a   menatapnya saja, tanpa ada niatan untuk menyahut padahal Vales sudah susah payah memberikan ancaman  d a n  berpikir perihal kalimat ancamannya itu agar mereka  t i d a k  akan bocor kepada siapa pun tentang Vale  y a n g hari ini pura pura pingsan, atau  h a n y a   sebatas demi balas dendam pada Bhisma saja. Mereka juga gak peduli sebenarnya dengan alasan tersebut  d a n  gak mau terlibat sama Vale atau pun Bhisma  y a n g tentu saja akan ribet urusannya. Perseteruan mereka berdua biarkan saja di nikmati oleh keduanya, tanpa perlu ada  y a n g ikut campur kecuali ke dua teman mereka. Seperti Vale  y a n g memiliki teman Lala  d a n  Vio  y a n g ka d a n g ka d a n g terlibat. Maksudnya Lala doang sih  y a n g sering terlibat, melibatkan Vio C u m a bikin cari mati doang,  k a r e n a  bukannya berhasil malah jadi ketahuan oleh lawan saking Vio gak bisa bohong atau pun mengarang bebas. Padahal nilai ujian mengarang bebas Vio tergolong bagus, tapi dalam kehidupan nyata justru gak bisa di terapin. Vale jadi bingung sendiri harus gimana menanggapi Vio  y a n g entah kapan bisa di ajak untuk ikut ke dalam rencananya dalam memberikan serangan terhadap Bhisma. * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o  B e  C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD