* * * * * * * * * Part 32 * * * * * * * * *
"Mau gak jadi pacar gue?" Bhisma kembali mencecar Vale dengan pertanyaan itu lagi, seolah melupakan penawaran untuk mengakui kepada Pak Tono, d a n memilih untuk menunjuk pilihan y a n g itu. Bhisma sepertinya memang lebih mengarahkan untuk memilih pilihan tersebut, dari pada mengaku pada Pak Tono. Toh Bhisma juga gak butuh butuh banget buat Vale mengaku ke Pak Tono, lebih baik Vale memilih untuk menjadi pacarnya. Sebab untuk saat ini, hal itu lah y a n g se d a n g di butuhkan Bhisma alih alih Vale mengaku kepada Pak Tono soal kejadian kemarin. Bhisma t i d a k habis pikir bahwa dirinya akan sampai kepada masa seperti ini, yan justru malah meminta Vale untuk menjadi pacarnya.
"Gak!" Vale masih membantah dengan keras, t i d a k peduli bagaimana Bhisma berusaha untuk mencecarnya d a n memaksanya saat itu. Ia dengan yakin menolak keras pernyataan Bhisma y a n g aneh itu, ia t i d a k yakin Bhisma sungguh sungguh menginginkan Vale untuk menjadi pacarnya. Ini pasti C u m a akal akalan Bhisma aja y a n g sama sekali gak masuk akal, buat mengerjain Vale atau apa pun itu. Udah gila kali, masa Bhisma mau jadi pacar Vale. Gak mungkin! Dalam mimpi aja Vale gak mau, apa lagi kenyataan kayak gini. y a n g ada Vale bisa mati berdiri kalo harus pacaran sama Bhisma y a n g aneh banget ini. Bisa bisa setiap hari serasa berada di neraka jika Vale d a n Bhisma berpacaran.
"Pikir dulu." Bhisma kembali bersuara, berusaha untuk meminta agar Vale berpikir terlebih dahulu sebelum menolak lagi. Kali ini suaranya kembali terdengar serius. t i d a k iseng seperti tadi, saat Bhisma berusaha menggoda Vale dengan senyuman senyuman jailnya itu.
"Gue udah mikir!" Vale balas membentak Bhisma dengan suara ketusnya, men j e l a s kan bahwa ia memang sudah berpikir. Sudah sangat berpikir dengan matang se matang matangnya orang berpikir. Jadi gak ada lagi y a n g perlu di pikirkan, memangnya Bhisma siapa pake harus di pikir pikir dulu. Satu detik saja sudah cukup waktu untuk menolak dengan keras pernyataan aneh Bhisma itu, gak perlu berlama lama d a n berpikir panjang.
Lagian, apa y a n g membuat Bhisma bisa percaya diri untuk di terima Vale sih? Sama sekali gak ada variabel y a n g bisa menunjukan bahwa hasil akhir dari pernyataan Bhisma itu, akan di terima oleh Vale. Sedikit pun gak ada, jadi seharusnya Bhisma gak usah aneh aneh aja dengan berkata demikian padahal sudah menemukan jawaban d a n hasil akhir y a n g paling memungkinkan d a n paling masuk akal. Dari segala hal d a n kejadian y a n g sudah terjadi selama ini, sedikit pun Vale gak pernah nunjukin tanda tanda bahwa cewek itu tertarik pada Bhisma. Gak ada! Jadi kenapa Bhisma malah menyatakan pernyataan pada Vale d a n ngarep di terima?
Tet. Tet. Tet. Bel tanda habisnya jam istirahat sudah dibunyikan, y a n g mana terdengar dengan nyaring sampai ke dalam perpustakaan y a n g memang di pasang banyak speaker di setiap sudutnya. itu artinya, sudah hampir setengah jam dia di sini sama cowok gila ini. Vale meurtuki hal tersebut d a n rasanya ingin mendorong Bhisma saat itu juga, k a r e n a telah membuang buang waktunya y a n g berharga. Ia bahkan belum menuntaskan tujuannya untuk meminjam buku biologi di perpustakaan ini k a r e n a ulah Bhisma y a n g mengganggunya itu. Padahal Vale h a n y a memperkirakan akan menghabiskan waktu selama kurang lebih sekitar lima sampai sepuluh menit untuk menghabiskan waktu di sini, d a n ia akan menikmati jam istirahat seperti biasanya. Tapi semuanya harus musnah k a r e n a ulah Bhisma y a n g macam macam ini.
Padahal bagi seorang siswa, jam istirahat itu berharga banget. Bayangin aja ya berapa jam waktu mereka terpakai di sekolah untuk mengikuti jam pelajaran, se d a n gkan waktu istirahat itu C u m a sekitar setengah jam. d a n dalam waktu sesingkat itu Vale harus kehilangan waktunya y a n g terbuang sia sia C u m a k a r e n a mendengarkan Bhisma memaksanya untuk jadi pacarnya, benar benar keterlaluan sekali kan. Bhisma memang menjadi penghalang terbesar di hidupnya, y a n g selalu sukses membuat huru hara y a n g aneh d a n keributan y a n g membuatnya selalu emosi ketika menghadapinya. Vale benar benar gak sanggup harus bertemu Bhisma seperti ini d a n menghadapi kelakuan kelakuan anehnya y a n g sering kali di luar nalar itu.
"Minggir! Gue mau masuk kelas!" Vale menepis kedua tangan Bhisma disamping kepalanya. Tapi itu keras banget. Kayaknya, Bhisma memasang lem deh ditangannya, jadi bisa nempel banget gitu.
"Gue bakalan lepasin kalo lo jawab." Bhisma masih berusaha untuk memaksa Vale memberikan jawaban terkait pernyataannya untuk menjadi pacarnya itu. y a n g padahal tadi Vale sudah j e l a s j e l a s menolaknya, tapi emang Bhisma gak butuh jawaban sih, y a n g di butuhkan Bhisma kan Vale harus menerimanya. Jadi hal tersebut emang gak di anggap sebagai jawaban bagi Bhisma, sehingga cowok itu masih berusaha mencecar Vale hingga memberikan jawaban sesuai dengan keinginannya. Emang maksa banget sih, tapi yauda lah, sama Vale emang harus maksa maksa gini biar dia mau. Vale kan gak bisa di ajak ngomong baik baik, harus ngotot dulu baru deh di turutin.
"Gue udah jawab, b**o!" Vale balas mengotot sambil melotot d a n mengatai Bhisma sedemikian rupa k a r e n a rasa kesal y a n g sudah di ubun ubun, Bhisma emang gak j e l a s . Dia butuh jawaban apa lagi coba. Vale harus teriak teriak gitu buat menegaskan kalo jawabannya ya gak mau, gak mau, gak akan mau. Emang Vale udah kena gangguan jiwa sampe bisa bisanya mau buat jadi pacar Bhisma? Ya gak mungkin banget lah. Selama Vale masih memiliki seluruh kewarasannya, hal tersebut j e l a s gak akan mungkin terjadi. Vale bener bener harus periksa ke psikolog kalo emang dia sampe menerima Bhisma buat jadi pacarnya, kayaknya kewarasannya sduah tak bersisa kalo sampe hal tersebut kejadian.
"Gue maunya lo jawab 'iya, Bhisma'. Bukan 'Gak' kayak tadi." Nah kan benar! Bhisma tuh gak butuh jawaban, dia C u m a mau Vale jawab iya, bukan jawaban y a n g lain. Kalo itu sih namanya bukan meminta Vale untuk jadi pacarnya, tapi maksa! Apanya y a n g di suruh mikir kalo Bhisma malah maksa harus jawab ya, kalo gitu ya gak perlu di pikir pikir juga lah. Sok sok lembut d a n baik hati nyuruh Vale mikir, mungkin maksudnya Bhisma C u m a ngasih Vale waktu buat bisa menerima keadaan kalo dia harus jadi pacar Bhisma. Ih enak aja, emang Bhisma siapa berani beraninya memaksa Vale seperti itu. Vale j e l a s gak akan menuruti ucapan Bhisma d a n memilih untuk tetap menolak.
Vale y a n g terlanjur kesal, entah kenapa bisa menginjak kaki kanan Bhisma dengan keras, saat cowok itu merintih, Vale beralih menggigit jari tangan Bhisma y a n g ada disamping kepalanya.
Mampus lo, cowok gila! Batin Vale y a n g sudah t i d a k tahan dengan tingkah Bhisma itu, akhirnya ia bisa membuat cowok itu lengah d a n menyalurkan emosinya untuk membuat Bhisma kesal k a r e n a ulahnya itu. Vale juga kesel banget, k a r e n a Bhisma y a n g gak tau diri ini. Udah jam masuk kelas d a n masih menahannya di sini buat urusan y a n g sama sekali gak ada penting pentingnya, padahal mau seberapa keras Bhisma memaksanya juga Vale gak akan mau buat jadi pacar Bhisma sampai kapan pun. Vale benar benar gak berminat sedikit pun, ia mending jadi pacar Gani dari pada pacaran sama Bhisma. Eh? Kenapa jadi Gani? Kalo itu sih kayaknya Vale ikhlas banget.
Saat itu juga, pertahanan Bhisma rapuh, d a n itu digunakan Vale untuk melarikan diri dengan segera. Ya ampun, kenapa gak dari tadi aja ngelakuin itu?
Sial! Vale emang gak bisa mikir kalo ada di deket cowok itu. d a n tadi, itu gerakan spontan k a r e n a kekesalan, tanpa berpikir tentu aja. Bhisma meringis, d a n itu malah bikin Vale makin puas akan perbuatannya. Sekaligus, um, ahh apaan sih gue?
Vale pun segera berlalu dari sana k a r e n a enggan untuk menanggapi Bhisma lebih lanjut lagi, d a n ia memang harus buru buru untuk pergi dari sana sekarang juga sebelum ada kejadian kejadian y a n g t i d a k di inginkan terjadi lagi. Sudah cukup Bhisma menahannya di perpustakaan selama jam istirahat, Vale malah gak jadi minjem biologi d a n kayaknya besok harus pasrah aja deh nyontek sama Lala. Seenggaknya Vale udah niat belajar, y a n g penting kan niat dulu. Entah terlaksana atau engga se t i d a k nya niat Vale udah baik. Tapi ya mau gimana lagi kalo keadaan memaksanya untuk menyontek saja pada Lala y a n g memang sudah pasti akan belajar dengan sungguh sungguh.
Lagian, ini bukan sepenuhnya salah Vale k a r e n a gak mau belajar. Ini semua gara gara Bhisma y a n g menghalangi niat baiknya, dengan sok menahannya tadi. C u m a buat urusan y a n g gak ada penting pentingnya sama sekali, C u m a buat dengenr Bhisma maksa maksa agar cewek itu mau menjadi pacarnya. Betapa gak berguna banget kan ocehan Bhisma itu, membuatnya semakin emosi saja, sudah mana buang buang waktu dengan perc u m a. Asli sih ini Vale rugi waktu d a n rugi segala galanya k a r e n a ulah Bhisma. Ia merasa seperti makhluk t i d a k berguna k a r e n a banyaknya hal y a n g terlewat dengan sia sia begini.
Tapi y a n g terpenting, ia lebih berharap Bhisma t i d a k akan bertindak gila lagi seperti tadi. Maksudnya memaksa maksa Vale untuk menjadi pacarnya, semoga Bhima t i d a k akan membahasnya lagi. apa tadi kata Bhisma? Vale di suruh mikir, tapi jawabannya harus ya? Di mana definisi mikir y a n g Bhisma maksud kalo ceritanya kayak gitu? Bener bener Vale gak habis pikir rasanya, kok ada manusia seaneh Bhisma di muka bumi ini, d a n y a n g terparah Vale harus banyak berurusan dengan cowok aneh itu. Ia pikir pembalasan dari Bhisma atas kejadian kemarin akan lebih cerdas dari ini, ternyata malah se d a n gkal ini. Entah Bhisma mendapatkan ide dari mana sampai harus berpikir bahwa Vale setuju menjadi pacarnya.
Gini gini, Vale itu anaknya lumayan hopeless romantic. Vale masih pengen hal hal romantis ada di dalam hubungan asmaranya, y a n g berarti pacaran pun harus berlandaskan rasa suka, cinta, d a n penuh kasih sayang. Tapi barusan apa? Bhisma meminta untuk jadi pacarnya? Se d a n gkan Vale sedikit pun gak ada suka sukanya sama Bhisma, apa lagi cinta. Getaran getaran d a n percikap percikan gemas saja gak ada. y a n g ada malah getaran k a r e n a menahan emosi setiap kali berhadapan dengan Bhisma. Mana bisa Vale berpacaran dengan orang seperti itu y a n g t i d a k akan membuat hari hari Vale menjadi indah d a n malah jadi gak bener.
Huaaa... Brak! Biasanya cewek ini paling pandai mengendalikan keseimbangan, tapi entah kenapa lututnya lemas sehingga saat dia kaget, dia juga jadi kehilangan keseimbangan. Antara kaget, sama jantungan. Eh tunggu, apa be d a n ya tuh?
Ini semua pasti gara gara Bhisma, k a r e n a ngelamunin tentang cowok itu membuat Vale jadi aneh begini d a n sempoyongan. Bhisma emang biang masalah dari segala gala masalahnya itu. Bhisma emang bikin orang celaka aja k a r e n a ulahnya, Vale gak mau lagi pusing gara gara Bhisma demi kesehatan mental, batin, d a n segala galanya. Vale gak mau membahayakan hidupnya C u m a gara gara Bhisma. Barusan Vale C u m a sempoyongan, gimana nanti kalo Bhisma melakukan hal y a n g lebih aneh aneh, d a n Vale malah jadi jantungan di usia muda. Ih serem banget, Vale gak mau kena serangan jantung mendadak y a n g bikin ia harus tutup usia tanpa ada kata kata terakhir.
Kok jadi serem ya bahas gituan. Duh lagi lagi semuanya k a r e n a Bhisma, jadi merembet ke mana mana deh. Bhisma emang biang masalah, jadi merembet ke mana mana deh. Vale gak mau deh berurusan sama Bhisma y a n g aneh lagi itu, jangan sampe nanti Bhisma muncul lagi dengan ide tak kalah aneh y a n g mana membuat Vale harus terus terusan menghindari cowok itu agar tetap waras. Asli ini udah gak lucu banget keisengan Bhisma k a r e n a mainan perasaan d a n status hubungan y a n g gak bisa di permainkan. Vale gak mau ya sampe main ke arah pacar pacaran d a n maksa pula.
Uh! Tapi, kesialannya, h a n y a k a r e n a berada di dekat cowok tadi, buktinya, kali ini dia beruntung. Gak jatoh d a n nyium lantai. Baik lah, udah sempoyongan d a n nyaris jatuh pun Vale masih merasa beruntung, padahal keberuntungannya kali ini bukan tanpa alasan. Tentu aja k a r e n a ada seseorang y a n g menahannya. Sebelum Vale sukses terjatuh tadi d a n terjengkang ke belakang atau pun mencium lantai, tangan tersebut sukses menyelamatnya dengan menangkap tubuhnya, meski gak kayak di sinetron juga sih. Ini C u m a menahan doang, di tangkep bahunya gitu, gak sampe ada tangkep tangkepan d a n pan d a n g pan d a n gan. Kayaknya hidup Vale gak akan sedramatis itu sih. Bisa bisa Vale jadi pengarang novel kalo sampe kejadian seperti itu sakingnya hidupnya berasa drama. Eh tapi drama korea kan lagi rame ya, mungkin Vale bisa jadi penulis skenario drama korea. Oke juga deh kayaknya.
Tunggu dulu, ngomong ngomong tangan siapa ini y a n g tadi menahannya sampai t i d a k jatuh, d a n membuat Vale sedikit beruntung melewati hari y a n g penuh kesialan ini. Cewek itu pun segera mengangkat kepalanya untuk melihat orang y a n g berhasil menyelamatkannya itu. d a n Vale menahan napas saat tau siapa cowok itu. Matanya seketika membola k a r e n a terkejut dengan sosok cowok y a n g berdiri di hadapannya, y a n g sangat t i d a k Vale sangka, d a n pasti dia malu maluin banget dong mau terjengkang seperti tadi. Vale bener bener gak tau lagi harus naro muka di mana, k a r e n a dirinya saat ini gak punya muka sama sekali. Kenapa Vale harus malu maluin gini sih.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *