Hanan memalingkan wajahnya

1632 Words
Saat Yang Rou We melewati Hanan yang bersandar di dinding, dia merasa jika tangannya di hentikan oleh Hanan dan kini tubuhnya kembali ke hadapan Hanan. "Hanan ini masih pagi, tolong jangan membuat masalah," pinta Yang Rou We dengan suara rendah. "Apa kamu tidak lelah?" tanya Hanan balik. "Aku baru saja akan memulai aktivitas ku hari ini." "Apa kamu tidak lelah terus menghindar dariku? Apa kamu tidak lelah membohongi perasaanmu sendiri?" "Hanan ...? Bisa tidak jangan tunjukkan wajahmu padaku, aku lelah melihat wajahmu setiap hari." "Benarkah?" "Emm," dengan pelan Yang Rou We mengedipkan matanya untuk mengiyakan jika dia serius. "Baiklah." Dengan cepat Hanan melepaskan tangan Yang Rou We, dan melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun, Yang Rou We menoleh pada Hanan yang sudah pergi, dia memang serius dengan apa yang dia katakan namun tidak sepenuhnya serius, karena dia ingin sedikit lagi melihat Hanan berusaha lebih keras untuk bisa mendapatkan hatinya, tidak di sangka d detik-detik terakhir Hanan berbalik arah meninggalkan Yang Rou We. Itulah wanita, sulit di mengerti lebih sulit dari rumus matematika, dia bicara tidak namun sebenarnya mereka menginginkan sebaliknya, dia bisa bicara iya dengan senyuman lebar namun di dalam hatinya menjerit mengatakan tidak dengan derai air mata. Terlebih saat ini Yang Rou We sedang datang bulan, semua hal yang di lakukan Hanan di matanya sama sekali tidak yang benar bahkan jika Hanan bernapas di depannya itu juga tidak akan benar. Jika hari ini Yang Rou We tidak ada tes mungkin Yang Rou We akan memilih untuk tidur di dalam kamarnya, jujur Yang Rou We selalu merasakan sakit di perutnya tiap kali dia datang bulan apalagi dua hari pertama setiap bulannya. Tidak semua wanita yang datang bulan merasakannya namun mereka pantas mendapatkan hak istimewa. Tapi Yang Rou We tidak begitu khawatir jika Hanan akan benar-benar menyerah begitu saja karena selam ini melihat kegigihannya mendekatinya dia tidak akan terpatahkan dengan hanya dengan satu penolakan dari Yang Rou We. Apalagi Yang Rou We tidak tahu jika Hanan seorang pemuda yang baik. Satu Minggu berlalu dan Yang Rou We benar-benar merasa damai karena tidak melihat Hanan sedikitpun di manapun, setelah merasa damai menikmati waktunya sendiri selama satu Minggu, Yang Rou We merasa ada sesuatu yang hilang, kosong dan Yang Rou We bisa menyimpulkan jika itu karena Hanan. Tapi dia juga tidak bisa menyalahkan Hanan karena itu adalah permintaannya sendiri. Yang Rou We mengambil ponselnya melihat jika Hanan sedang online namun sejak kejadian pagi itu, Hanan tidak pernah mengunjunginya meski hanya sebuah pesan. Yang Rou We menjelajahi sosial media milik Hanan, dan dia melihat satu postingan yang dia unggah lima hari yang lalu, itu video pendek dengan durasi hanya 30 detik namun sangat mengenai hati Yang Rou We, Sebuah lagi lama yang di nyanyikan oleh penyanyi jalanan. Salah aku juga karna jatuh cinta. Insan seperti dirimu seanggun bidadari. Seharusnya aku cerminkan diriku. Sebelum tirai hati aku buka untuk mencintaimu. Yang Rou We terpaku dengan postingan Hanan, dia tidak menyangka jika Hanan benar-benar.akan membawa sampai ke hatinya, apalagi penyanyi jalanan itu memiliki suara yang indah dengan nada tinggi, begitu menyayat hati. Yang Rou We saat ini benar-benar ingin menghubungi Hanan namun egonya terlalu besar saat akan menekan tombol hijau. "Aku akan menemuinya besok saja," gumam Yang Rou We, dia tidak lagi membuka sosial media, dia memasukkan ponselnya dan berniat untuk pergi mencari sesuatu yang bisa dia makan, namun hari ini adalah hari keberuntungan Yang Rou We, dia bermaksud akan menemui Hanan besok namun keinginannya langsung terwujud dalam hitungan menit, dia berpapasan dengan Hanan dengan dua teman laki-lakinya, mereka sedang bercengkrama sambil berjalan dan semuanya memegang kopi cup di tangan mereka, nampaknya mereka baru saja dari coffee truck. Yang Rou We berdiri di tempatnya menunggu Hanan dan teman-temannya mendekat dan dia menunggu Hanan akan menyapanya karena dia nampaknya baik-baik saja, jare dia nampak tersenyum sangat lebar dan bercengkrama dengan bebasnya, namun sayang meski Yang Rou We melihat jika Hanan juga mengetahui jika dia berada di jangkauan jarak pandang Hanan, dia menatap Yang Rou We bukan seperti biasannya, melainkan tatapan Hanan sangat datar seakan Yang Rou We adalah orang asing seperti lainnya. Yang yang tetap berdiri di sana hingga Hanan melewatinya dengan mudahnya, menoleh padanya pun tidak dia mendengarkan temannya berbicara sambil meminum kopi di tangannya. Dua orang yang saling mencintai yang sedang berpapasan namun tidak ada salah satunya yang melihat apalagi menyapa. Yang Rou We tidak tahu apa yang mereka bicarakan namun itu seperti sangat menarik hingga Yang Rou We berdiri di sini tidak ada yang menyapanya, jika Hanan tidak menyapanya karena dia sedang perang dingin dengan Yang Rou We, tapi kedua teman Hanan mereka patut di beri apresiasi karena kompak mendukung Hanan. Ini adalah pertama kali Yang Rou We di abaikan oleh Hanan setelah pertemuan mereka kembali, dan dia merasakan sakit karena terabaikan namun Yang Rou We tidak bisa merasa sedih apalagi tersinggung karena Yang Rou We menempatkan dirinya pada Hanan yang tiap kali dia tolak. Ternyata perang dingin ini masih terus berlanjut, Yang Rou We masih terus di abaikan oleh Hanan saat mereka bertemu di tempat umum beberapa kali, dan pernah sekali Yang Rou We mencoba menyapa Hanan saat mereka hanya berdua saja. "Hanan," panggil lirih Yang Rou We, namun Hanan berlagak tidak mengenal dan tidak mendengar panggilan Yang Rou We dia masih dengan santainya berjalan meninggalkan Yang Rou We sendirian. "Ini benar-benar melelahkan," gumam Yang Rou We. Perang dingin ini berlarut-larut hingga hampir setengah bulan, namun hari ini Yang Rou We mendapatkan sebuah kiriman buket bunga di apartemennya, Yang Rou We menerimanya dengan senyuman lebar dan ada surat kecil di sana. (Bisakah kita bertemu besok di gerbang universitas?) Yang Rou We sangat bersemangat karena Hanan telah kembali menghubunginya, meski lewat bunga. Yang Rou We ingin membuat panggilan pada Hanan jika dia sudah menerima bunga kirimannya dan dia bersedia bertemu dengan Hanan besok pagi. Namun entah mengapa Yang Rou We lagi-lagi mengurungkan niatnya, dia ingin mengikuti permainan Hanan dan datang besok pagi. Paginya Yang Rou We nampak semangat dan memakai pakaian yang lebih baik daripada biasanya, dia berjalan dengan tidak sabar untuk sampai ke universitas, namun saat dia menunggu di sana Hanan tidak kunjung datang, dan yang datang bukan Hanan melainkan orang lain. "Hai ... Yang Rou We," sapa pemuda itu dengan senyuman lebar. Yang Rou We tidak mengharapkan jika yang datang adalah orang lain, pemuda ini adalah Logan. Dia bintang kampus yang terkenal dengan ketampanannya dan prestasinya, dia juga salah satu pemegang keluarga pemegang donatur universitas ini, Logan anak emas di universitas ini namun sayang dia punya kebiasaan buruk yaitu satu kampus tahu jika dia seorang playboy kelas kakap, kebanyakan wanita mengetahuinya namun banyak wanita yang rela di pacari Logam meski hanya satu hati. "Hai ...," balas Yang Rou We dengan senyuman yang dia buat-buat. "Apa kamu suka bunga yang aku kirim?" tanya Logan penuh percaya diri. Ternyata Yang Rou We salah, dia mengira jika buket bunga itu dari Hanan melainkan itu dari Logan, karena terlalu bersemangat hingga Yang Rou We melupakan fakta jika surat itu bukan tulisan tangan Hanan. Saat datang ke sini dia melihat Logan yang datang firasatnya mengatakan jika ada yang tidak benar dan ternyata ini. "Bagus, terimakasih bunganya. Tapi jika aku boleh tahu, kenapa kamu mengirimkan aku bunga, apakah kita saling kenal?" "Kita memang tidak saling kenal namun aku sudah memperhatikan mu sejak lama, bisakah kamu bagi nomor mu agar kita benar-benar kenal." "Maaf, tapi untuk apa kita kenal?" Logan bukannya marah malah mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Yang Rou We, karena biasanya dia selalu bisa mendapatkan nomor seorang gadis dalam hitungan menit saja, dan nampaknya Logan mendapatkan lawan yang seimbang. "Untuk kita lebih mengenal dan bisa lebih dekat, dan jujur aku tertarik padamu. Apakah boleh aku jatuh cinta padamu?" "Tentu saja boleh," jawab Yang Rou We. "Terimakasih," jawab Logan tersenyum penuh kemenangan, karena dia merasa berhasil memikat Yang Rou We. "Lalu mana nomornya?" Logan mengulurkan tangannya namun Yang Rou We membalasnya dengan gelengan kepala. "Aku tidak terbiasa memberikan nomor kontak kepada orang asing." "Aku memang orang asing sekarang namun sebentar lagi aku akan membuat kamu jatuh cinta padaku dengan cintaku." "Tidak terimakasih, aku sudah memiliki seseorang yang hatinya harus aku jaga." "Tapi kamu tadi mengatakan jika aku boleh menyukaimu?" tanya Logan dengan wajah binggung. "Memang, dan itu tidak ada yang salah, kamu yang menyukai ku aku tidak melarang, itukan kamu yang suka buka aku?" "Tapi Yang Rou We, setahu ku kamu tidak memiliki seorang kekasih?" Logan masih bersikukuh dengan keinginannya. "Logan, lain kali jika kamu ingin bertaruh sebaiknya cari informasi yang valid, ok?" Yang Rou We menepuk pundak Logan dengan lembut kemudian dia pergi. "Yang Rou We ... aku beri kamu satu kesempatan lagi," teriak Logan pada Yang Rou We. "Tidak terimakasih." Kata Yang Rou We sambil melambaikan tangannya berhala menjauh. "Aku harap kamu tidak akan menyalinnya, karena sudah menolak kesempatan ini?" Yang Rou We tidak menjawabnya, dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum aneh, benar-benar tidak tahu malu, Yang Rou We yang mendengar teriakkan Logan saja malu, mungkin dia sudah tidak memiliki urat malu lagi karena kepercayaan diri yang terlalu tinggi. Tapi di satu sisi Yang Rou We malah prihatin pada Logan, karena kebanyakan orang yang terlihat sangat sempurna belum tentu dia bahagia dengan kehidupannya di rumah, itu sering terjadi pada anak-anak yang hidup dengan bergelimpangan harta, mereka mencari kebahagiaan mereka di luar dengan caranya sendiri, dan seperti yang di lakukan Logan, dia bisa ganti wanita sehari sekali, karena kelebihan yang dia miliki itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Dan ajang itu di buat taruhan olehnya dan teman-temannya, dan Loga sekali menang besar karena dia sangat jarang kalah dalam pemain ini. "Entah berapa euro yang di pasang untuk ku?" tanya Yang Rou We pada dirinya sendiri, Yang Rou We sangat yakin akan hal itu. Jika Logan tidak akan mendekatinya dari hatinya, ini adalah sebuah taruhan, Yang Rou We bisa yakin sampai 99,9% untuk ini, karena sudah begitu banyak korban yang berjatuhan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD